SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #2 - Penantian
Karena ini hari minggu, maka hari ini akan menjadi hari khusus Arsyad untuk Aira, seperti hari minggu yang lainnya. Biasanya Arsyad akan membawa Aira jalan-jalan, belanja, atau bahkan menghabiskan harinya di depan TV atau memasak di dapur. Apapun yang Aira ingin lakukan di hari minggu, Arsyad akan selalu menemaninya.
Bahkan, Ummi Arsyad sampai memberi nama khusus untuk hari minggu, yaitu Love day. Karena di hari minggu ini, Aira dan Arsyad seperti sepasang kekasih yang di mabuk asmara, selalu bersama.
Seperti hari ini, Aira enggan kemana-mana, ia hanya di kamar, membersihkan kamarnya juga lemari pakaiannya, dan Arsyad dengan setia menemani Aira.
"Mas, bajumu banyak yang udah nggak di pakai, apa nggak sebaiknya di sumbangkan saja, Mas? Masih bagus nih," kata Aira sembari mengeluarkan beberapa pakaian Arsyad yang memang jarang di pakai.
Arsyad menghampiri Aira, ia bergelanyut manja di punggung istrinya yang sedang sibuk itu. "Mas.... " tegur Aira kesal.
"Terserah kamu aja, Zaujatii," jawab Arsyad lembut.
"Kok terserah aku? Ini yang mana yang nggak mau kamu pakai lagi?" Tanya Aira sembari memberikan tumpukan baju Arsyad. "Ya Allah, bajumu banyak banget ya, Mas. Nanti baju-bajumu ini menggugat di akhirat lho, Mas." Arsyad terkekeh mendengar omelan istrinya itu.
Jika biasanya wanita memiliki baju lebih banyak dari pria, Arsyad dan Aira justru sebaliknya. Arsyad memiliki lebih banyak pakaian karena Ummi Ridha sering membelikannya, sementara Aira hanya membeli saat ia membutuhkannya saja. Dan ketika Arsyad ataupun Ummi Ridha membelikannya pakaian, maka pakaian yang lama akan langsung Aira sumbangkan pada orang yang membutuhkan.
"Sumbangkan saja semua yang masih bagus, emm tapi yang ini jangan...." Arsyad langsung menyambar baju berwarna putih, baju pertama yang Aira belikan untuknya.
"Tapi ini sudah kekecilan, Mas. Kamu juga sudah jarang pakai," ujar Aira.
"Jangan, Sayang. Ini hadiah pertama dari istri pertama, jadi ini sangat berarti untukku," jawab Arsyad sembari memeluk baju itu.
"Istri pertama? Memangnya kamu punya istri kedua?" Tanya Aira sambil terkekeh dan seketika Arsyad membisu dengan raut wajah yang langsug berubah.
"Mas, habis Dzuhur nanti kita ke panti asuhan, ya. Sudah lama kita nggak kesana," tukas Aira namun Arsyad justru terdiam melamun. "Mas...." Aira menarik hidung suaminya itu yang membuat Arsyad terkejut.
"Eh, i-iya, Sayang...."
"Habis Dzuhur kita ke panti asuhan," ulang Aira dan Arsyad langsung mengangguk sambil tersenyum.
"Apapun yang kamu minta, Sayang," ucapnya yang membuat Aira kembali terkekeh.
Sementara Arsyad, ia menatap istrinya lekat-lekat kemudian ia memeluk Aira dari belakang dengan erat.
Arsyad teringat dengan beberapa orang terdekat mereka yang selalu bertanya kapan mereka punya anak, kenapa tidak ke Dokter dan sebagainya.
Arsyad tidak bisa membayangkan betapa tertekannya Aira akan keadaan itu, apalagi hampir setiap malam Arsyad mendengar panjatan do'a Alira yang begitu lirih, memohon, memelas kepada sang Khaliq agar memberikan seorang anak untuknya.
"Aira, aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku mencintaimu apa adanya, tidak perduli apakah kamu bisa memberikanku anak atau tidak, kamu adalah bidadari yang sempurna untukku. Jangan dengarkan kata orang, Sayang." Aira mengernyit saat mendengar ucapan panjang lebar suaminya itu, ia berbalik badan dan menangkup pipi Arsyad, menatapnya dengan sendu.
"Aku juga mencintaimu apa adanya, Mas." Aira berkata dengan lembut. "Dokter bilang, kita berdua sehat, kita berdua bisa memiliki anak, hanya belum di kasih aja sama Allah. Aku yakin, suatu hari nanti, aku akan melahirkan anak yang sholeh dan sholehah untukmu dan orang-orang akan ikut bahagia untuk kita." Aira berkata dengan percaya diri, walaupun dadanya juga sesak, hatinya sedih, karena penantian lamanya tak kunjung berakhir.
"Aku tahu," lirih Arsyad.
"Tidak ada yang tidak mungkin, Mas. Kita baru menunggu selama 5 tahun, sedangkan Nabi Zakaria menunggu puluhan tahun."
"Kamu bener," Arsyad memeluk istrinya dan mengecup pucuk kepalanya dengan lembut. "Kamu bener, Aira. Kita akan menunggu, apakah puluhan tahun atau ratusan tahun, kita akan menunggu."
Aira terdiam dan tanpa sadar ia menitikan air matanya, Aira tidak sekuat yang ia tunjukan pada dunia, ia begitu rapuh dan lemah. Ia takut, khawatir dan cemas. Namun selama Arsyad ada di sisinya, tetap mencintainya, Aira akan bertahan.
Seperti kata Arsyad, puluhan atau bahkan ratusan tahun, Aira akan menunggu dengan sabar, sampai Allah menunujukan belas kasih-Nya padanya.
Aira takkan lelah berdo'a, karena ia tahu, Allah tidak pernah dan tidak akan pernah mengecewakannya dalam setiap do'a harapannya.
...TBC......