FOSKAITA "Return Of The Wind"

Bulan ke 5, Tahun 1248

Saat ini Freis Greeya sedang berjalan di sepanjang jalanan di tengah pemukiman Ibukota Kerajaan Kokki’al. Pikirannya saat ini terlalu sibuk untuk mengingat segala hal yang baru-baru ini telah ia alami dan lakukan hingga hiruk pikuk orang-orang berlalu-lalang disepanjang jalan sama sekali tidak disadarinya. Mata dan telinganya tengah tenggelam ke dalam lamunan.

Freis mengingat kembali saat-saat pertemuannya dengan Raya Reed beserta Frank Reig dan Elise Reig. Mereka menemukan dirinya tergeletak di tengah hutan perbatasan antara Kokki’al dan Lef’tigris. Kemudian Raya merawatnya hingga dirinya pulih kembali. Gadis itu selalu menemaninya saat dirinya terbaring lemah disaat itu.

Kemudian setelah kepulihan dirinya, Frank mulai bercerita tentang banyak hal kepadanya, mulai dari asal-usulnya, perjalanannya ke Tharios, serta pertemuannya dengan Elise, seorang wanita yang kini telah menjadi pendamping hidupnya. Tapi tidak sekalipun pria itu menanyakannya tentang asal-usul serta siapa dirinya, mungkin Frank merasa pertanyaan itu akan sedikit mengganggunya.

Sedangkan Elise seringkali memperhatikannya serta menanyakan kondisinya. Sosok ibu yang begitu perhatian dan penuh kasih. Hingga akhirnya sekarang ia menyadari bahwa wanita itu adalah salah satu dari empat Half-blood Hewan Suci di Foskaita, Ras Naga Langit. Dari yang ia dengar, wanita itu membantai para prajurit yang mengepung para penduduk desa yang saat itu sedang melarikan diri dengan begitu buas. Sungguh berbeda dengan sosok yang ia kenal selama ini.

Tapi pertemuannya dengan mereka, atau lebih tepat di katakan kehadiran mereka dalam hidupnya secara perlahan mengubah dirinya. Dirinya yang telah kehilangan rasa percaya, dirinya yang tenggelam dalam dendam dan kebencian. Kehangatan saat-saat bersama mereka membuatnya perlahan mulai membuka diri. Membuatnya sedikit demi sedikit untuk mulai peduli terhadap segala yang ada disekitarnya.

Ia pun terheran-heran dengan dirinya sendiri saat pertempuran di desa Ras Harimau itu. Dirinya yang dengan sukarela melepaskan salah satu dari Panglima Perang The Tiger Kingdom. Jika ia adalah dirinya yang sebelumnya, sudah tentu ia akan menghabisi mereka semua tanpa menyisakan seorangpun.

Sejak pertemuan dengan Raya, bukan mungkin lebih tepatnya sejak kematian Harse Greg oleh kedua tangannya sendiri. Dirinya menyadari bahwa jalan dendam tidak akan memberi ketenangan dalam dirinya.

Pertemuannya dengan Raya dan keluarganya, kebersamaannya dengan mereka perlahan memberi ketenangan jauh di dalam lubuk hatinya. Dan kehadiran Raya di sampingnya entah mengapa membawa kelegaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Senyuman dan tawanya seolah memberi kedamaian tersendiri di dasar lubuk hatinya. Membuat dirinya ingin melindungi serta menjaganya, membuatnya ingin selalu berada di sampingnya.

Tapi waktu berkata lain, takdir berjalan sebaliknya. Segala beban yang ia pikul membuatnya enggan untuk berada di dekat Raya. Ia tidak ingin gadis itu terluka karenanya. Sebuah permintaan dari kakeknya dan jalan yang harus ia lalui sebagai seorang WIND memaksanya untuk menjauhi gadis itu. Ia tidak ingin membuat Raya mengalami hal buruk. Mungkin itu juga yang membuat Frank dan Elise menyembunyikan jati diri Raya yang sebenarnya. Semuanya agar Raya tidak terlibat di dalam segala pertumpah darahan ini.

Tidak lama kemudian terlihat sosok yang asing berjalan mendekatinya, dan kemudian membungkukkan tubuhnya di hadapannya sembari berkata,

“Sungguh suatu kehormatan bertemu dengan Tuan.”

Dengan sedikit terkejut ia berkata kepada sosok pria tua yang asing itu,

 “Siapakah Anda? Dan kenapa Anda memanggil saya dengan Tuan?”

“Tentu, sudah seharusnya saya memanggil Anda Tuan!” katanya. “Karena Anda adalah yang Sang Terpilih, Sang Elementary Owner WIND pelindung dataran Prosdimos. Dan perkenalkan nama saya adalah Rivian Aaron, saya sendiri merupakan pemimpin dari pasukan Ras Elang dari Nos’aetos. Alasan utama kehadiran saya disini adalah keinginan terdalam untuk bertemu dengan Tuanku.”

“Hentikanlah itu!” kata Freis. “Tidak selayaknya Anda, dengan usia serta kedudukan Anda, memanggil saya dengan sebutan Tuan. Sekalipun saya adalah seorang WIND, tapi saya hanyalah seorang pemuda yang sedang menjalankan permintaan dari seorang kakek yang telah membesarkan saya. Yang harus kehilangan nyawanya untuk melindungi saya. Dan saya sama sekali tidak tertarik dengan sesuatu serperti Sang Terpilih ataupun menjadi pelindung dan penjaga seluruh dataran Prosdimos. Saya hanyalah seorang cucu yang ingin menjalankan permintaan terakhir kakeknya.”

“Mungkinkah beliau adalah Tuan Trois Greeya?”

“Apa Anda mengenal kakek saya?”

“Tentu saja, beliau adalah salah seorang yang sangat saya hormati, Kepala Pendeta dari Kuil Anemos. Dari kabar terakhir yang saya dengar beliau telah tewas saat penyerangan Ras Harimau di Kuil Anemos.”

“Tidak, kakek saya tewas saat penyerangan sekelompok Ras Harimau di kediamannya yang berada di pedalaman hutan Pengunungan Horostontros. Dan itu terjadi sekitar tiga tahun yang lalu.”

Kemudian Freis menceritakan semua kejadian yang dialami olehnya saat itu, dan juga buku catatan milik kakeknya yang menceritakan saat-saat penyerangan Ras Harimau ke Kuil Anemos. Dan juga saat-saat dimana kakeknya membawanya pergi dari kuil, yang kemudian merawat serta membesarkannya sambil berpindah-pindah tempat. Yang mungkin dilakukannya untuk menghindari kejaran dari para prajurit The Tiger Kingdom.

“Begitukah kejadian yang sesungguhnya,” kata Rivian menanggapinya. “Sungguh sangat disayangkan. Jika saja saya mengetahui semua itu tentu saja saya akan dengan senang hati membantu beliau.”

Setelah itu Rivian Aaron bertanya kepadanya cerita selanjutnya perjalanannya, bagaimana ia dapat terlibat dalam pertempuran di Ibukota Kerajaan Kokki’al. Hingga bagaimana ia dapat bertemu dan bergabung dalam rombongan Ras Harimau yang berada di bawah pimpinan Thaos Greg.

Dan ia pun menceritakan kepada pria itu perjalanannya yang pada akhirnya membawanya masuk ke dalam pertempuran di Ibukota Kerajaan Kokki’al. Kemudian pertemuannya dengan Frank, yang telah menyelamatkan nyawanya di tengah hutan belantara yang terletak di perbatasan Kokki’al dan Lef’tigris. Hingga perjalanannya sampai di Desa Tersembunyi warisan dari mendiang Raja Drias Seer. Dan tentu saja ia merahasiakan tentang jati diri Raya kepada pria itu. Bahkan ia sama sekali tidak menyebutkan nama gadis itu diceritanya.

“Begitukah yang terjadi,” gumam Rivian Aaron.

Lalu pria itu berpamitan kepadanya dan berpesan untuk mencarinya jika suatu saat nanti dirinya membutuhkan bantuan. Dan kemudian pria itu berjalan menjauh dan perlahan-lahan menghilang di tengah hiruk-pikuk para penduduk di pemukiman. Dan Freis pun melanjutkan perjalannya untuk kembali ke istana kerajaan.

***

Anya yang sedang berjalan mengitari Istana Kerajaan Kokki’al melihat Freis memasuki gerbang istana kerajaan.

 Kemudian saat pemuda itu melihatnya, ia menyapanya dengan mengangukkan kepalanya kecil ke arahnya, ia pun membalasnya dengan sebuah anggukan. Lalu pemuda itu kembali berjalan menjauh.

Entah mengapa jauh dari dasar hatinya sebenarnya dirinya ingin memanggil namanya, dan memintanya untuk menemaninya sejenak. Tapi tentu saja ia enggan untuk melakukannya karena ia menyadari betul bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dimata Freis Greeya.

Terlihat jelas olehnya dihati pemuda itu saat ini, atau lebih tepatnya di kedua matanya hanya terlihat sosok Raya Reed. Sekalipun Freis Greeya berusaha dengan sangat untuk menyembunyikannya. Tapi dirinya dapat mengetahui dari perubahan sikap Freis saat bersama Raya.

Dan ia pun mengetahui bahwa Raya sebenarnya juga menyimpan suatu perasaan tertentu kepada Freis Greeya. Dari cara gadis itu membicarakan pemuda itu saat bersamanya. Dari segala perhatian yang diberikan oleh Raya kepada pemuda itu. Ia dapat mengetahui semuanya dengan sangat jelas.

Tapi dirinya sendiri bukanlah seorang yang cukup baik untuk memiliki keingginan menyatukan mereka berdua. Karena jauh di dasar hatinya sendiri dirinya juga ingin mendapat tempat di dalam diri Freis Greeya, di kedua mata pemuda itu. Sekalipun sering kali dirinya enggan untuk mengakui dan berusaha untuk menolaknya.

Pada suatu malam ayahnya yang selalu memperhatikan dirinya tiba-tiba bertanya kepadanya,

“Apakah engkau jatuh hati kepada Freis Greeya putriku?”

Tentu pertanyaan itu mengejutkannya, apakah ia jatuh hati kepada Freis Greeya. Ya, ia jatuh hati kepada pemuda itu. Tapi bisakah mulutnya sejujur hatinya. Tentu saja tidak.

Setelah melihat tatapan mata Freis kepada Raya, setelah mengetahui segala perhatian Raya kepada Freis. Dirinya sadar bahwa tidak ada tempat bagi dirinya di antara mereka berdua, ia hanyalah kehadiran kosong tak berarti di tengah ikatan cinta yang tak berucap diantara mereka.

Tapi perasaan ini, segala rasa sakit yang menyesakkan dadanya ini. Bagaimana dan apa yang harus ia lakukan untuk meredakannya?

****

“Dan cinta itu tumbuh di antara jalinan ikatan kasih yang tak berucap,

Menjadi sesosok kehadiran asing yang tak berarti,

Yang tumbuh diantara cinta yang tak berharap,

Akankah cinta ini memiliki tempat?

Akankah keberadaan ini menjadi berarti?

Dan bagaimanakah cara untuk meredakan rasa sakit dan sesak di dada ini?”