Zahra. wanita yang ditinggal oleh lelaki yang dicintainya dihari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk nya dan keluarga.
setelah mengetahui alasan lelaki itu meninggal kan nya entah membuat nya merasa dikhianati atau kembali bersimpati, rasanya dia sendiri tak bisa membaca isi hati nya lagi.
Belum usai rasanya mengobati hati, Zahra justru di hadapkan dengan pilihan menerima pinangan pak kiyai untuk anaknya dan harus rela dipoligami atau menerima mantan tunangan nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trysa Azra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toko bunga
" menikah lah." kata-kata itu sekilas terdengar dari balik pintu.
Zahra yang semula ingin mengetuk pintu kantor ruangan kyai Ghafur mengurungkan niat nya yang sebenarnya sudah siap untuk mengetuk.
" seperti nya Abi sedang ada tamu." Zahra berbalik arah dan tidak jadi ingin bertemu pak kyai.
" menikahlah." kata-kata itu keluar dari mulut kiyai Ghafur kepada anaknya, hafidz masih bingung dan berpikir Abi nya salah bicara.
" permintaan terakhir, abi." ucap beliau lagi.
" apa maksud Abi? Hafidz tidak mengerti... " hafidz meletakkan kitab yang semula ia pegang dan berhenti membaca nya.
" Abi akan meminta izin pada Aqila agar mengizinkan kamu menikah lagi." sekarang sangat jelas apa yang di maksud Abi.
" tidak bi... Mana bisa aku menikah lagi.
Aku dan aqila baik-baik saja meski belum di karuniai anak, belum bukan berarti tidak bisa bi. Apa yang dikatakan dokter bisa dengan mudah berubah jika sudah di takdir kan Allah. " hafidz membela diri dan menolak permintaan Abi nya.
" Abi beri kesempatan kamu untuk memilih calon mu sendiri, atau Aqila yang memilih kan. Jika kalian berdua tidak memilih, Abi yang Carikan calon nya. "
Tanpa basa-basi Abi mengutarakan keinginan nya pada hafidz, permintaan yang sulit bagi nya.
Dirumah Abi pun menyampaikan keinginannya kepada umi dan aqila, Aqila langsung mengiyakan sedang umi masih diam tak berkomentar. Bagaimana pun umi mengerti perasaan Aqila meski poligami adalah hal yang di perbolehkan dalam Islam bukan berarti hal itu mudah untuk di lakukan, apalagi sebagai perempuan mana lah ada hati yang dengan mudah mengikhlaskan suami nya menikah lagi.
" kenapa Abi buru-buru sekali masalah ini, baru kemarin mereka dapat kabar tentang hasil lab dan sekarang abi memberi kan mereka permintaan yang berat."
Sang istri mengutarakan pendapatnya, Abi masih diam tak menjawab beliau duduk di kursi depan rumah duduk sambil memandangi pagar pondok pesantren yang tepat diseberang rumah beliau.
" Abi tidak tau berapa lama lagi Allah kasih umur untuk Abi bisa mengemban amanah ini." kata beliau masih memandangi gerbang pondok.
" anak juga amanah Abi, kita tidak tau apakah hafidz juga bisa punya anak atau tidak..." kata umi kemudian.
Tentu saja apa yang dikatakan umi itu benar karena tentu saja perihal anak atau pun kemandulan tidak serta Merta dari pihak perempuan karena bisa saja dari pihak laki-laki.
" karena itulah ini permintaan terakhir abi.
Abi ingin mewariskan ini pada anak cucu kita, namun jika pada akhirnya memang Allah tak memberi kan kita cucu dari darah daging kita. Maka Abi akan serahkan semua nya pada hafidz, terserah dia kenal mau bagaimana." jelas Abi mengutarakan keinginan dan cita-cita nya.
Memang pada umumnya sudah jadi adat dan kebiasaan sebuah pondok pesantren biasa di kelola dan diurus secara turun temurun, berbeda dengan sekolah swasta dan lain nya. Meski tidak semua pondok pesantren demikian tapi banyak yang masih memakai sistem seperti itu. Dan Abi salah satu nya, karena beliau pun mendapat kan amanah ini dari orang tua beliau.
Dikamar nya, aqila berbaring memejamkan mata tapi hafidz tau istri nya itu belum tidur, dia duduk di tepi ranjang dan mengelus kepala istri nya.
" ma'af kan mas... " ujar hafidz.
Aqila masih diam.
" kamu harus nya tidak mengiyakan permintaan,abi." tambah hafidz lagi.
" ma'af kan aku yang tak bisa memberikan mas anak." Aqila membalikkan badan membelakangi hafidz.
Tentu ini bukan hal yang mudah bagi mereka, karena beban yang mereka dapat justru dari orang yang sangat mereka hormati.
Aqila sendiri merasa tak punya hak apa-apa lagi karena sejak awal memang sebetulnya mereka menikah kurang direstui oleh Abi, karena aqila adalah wanita pilihan hafidz sendiri dan dulu dia menolak untuk di jodohkan dengan wanita pilihan abi. Meski begitu dulu Abi tidak begitu memaksakan keinginan nya, beliau hanya menyampaikan keinginannya jika hafidz menolak Abi akan terima dan akhirnya hafidz memilih menikah dengan wanita pilihan nya.
...----------------...
Minggu pagi yang cukup cerah, Zahra terlihat bersemangat sekali belakangan ini dia mulai menggeluti hobi nya lagi yaitu merawat tanaman dan bunga kebetulan pekarangan rumah kakaknya cukup luas. Selain sudah ada beberapa tanaman hias Zahra mulai menambah tanaman miliknya sendiri yang dia beli ketika pulang dari pondok.
Sudah hampir dua bulan lebih Zahra tinggal disini dan itu membuat dia sudah cukup hafal jalanan disini meskipun itu masih mencakup lingkungan rumah kakak nya dan jalan menuju pondok selebihnya dia masih belum tau dan karena ketika jalan pulang nya melewati beberapa toko bunga dan tanaman hias, biasanya sesekali dia mampir untuk membeli.
Hari ini Zahra di temani Alif keponakan nya untuk menyirami tanaman sedang kakak nya Yusuf sedang mencuci mobil yang sudah lumayan kotor karena lama tak di cuci.
" gak mau taman sayuran, Ra." tanya Laila kakak ipar nya.
" memang boleh kak?" tanya Zahra.
" ya boleh lah Ra.. Asal kamu rawat, kakak tidak terlalu berbakat kalo soal tanaman. Itu liat aja mangga di pojokan mau mati." ujar sang kakak menunjuk pohon yang di maksud.
Zahra pun tertawa melihat nya.
" kalau begitu nanti aku mau ke toko ya mau sekalian cari bibit bunga." kata Zahra, sang kakak mengangguk.
" mau diantar?" tanya Yusuf yang masih sibuk membersihkan mobilnya.
" gak perlu kak, kalian kan hari ini ada jadwal liburan bawa Alif. Aku bisa sendiri." Zahra sudah tau jadwal kakak nya di akhir pekan dan dia tidak ingin mengganggu momen mereka.
Sesuai rencana dadakan Zahra tadi, dia pun pergi ke toko bunga dan tanaman untuk mencari bibit. Disana dia bertemu dengan salah satu murid nya di pondok yang ternyata bekerja setiap akhir pekan disana.
" ustadzah.. Mau cari apa?" tanya bunga.
Ya. Nama dia memang bunga.
" kamu yang punya toko ini?" tanya Zahra masih bingung karena biasanya yang melayani dia bukan bunga.
" Bukan ustadzah ini toko nya bibi aku, saudara bapak. Aku disini cuma bantu bantu kalau di akhir pekan." jelas bunga Zahra pun mengangguk dan tersenyum.
Tak lama kemudian seorang pelanggan datang lagi,dan ternyata itu hafidz.
" ustadz.. " Zahra spontan terkejut.
" Zahra." hafidz pun menyadari orang disebelah nya.
" ustadz mau cari apa?" tanya bunga saat mengetahui yang datang adalah hafidz.
" Emm.. " hafidz melihat-lihat ke sekeliling.
" Kalau ustadz mau lihat-lihat dulu silahkan ustadz, ustadzah juga... silahkan di lihat. Kalau mau bunga yang masih di pot ada di belakang." bunga mempersilahkan.
Dan akhirnya Zahra dan hafidz melihat-lihat tanaman yang ada disana.
" mau Carikan bunga untuk mbak Aqila ustadz? atau untuk umi..." tanya Zahra memberanikan diri.
" hmm dua-duanya jawab hafidz cukup lama."
Entah bagaimana Zahra jadi menebak nebak seperti hafidz sedang banyak pikiran, karena dari tadi dia menjawab sekena nya.
" kamu sendiri." tanya hafidz balik, Zahra pun menoleh. Sesaat mereka jadi saling pandang namun lekas keduanya mengalihkan pandangan.
" saya mau cari bibit bunga ustadz." jawab Zahra, hafidz hanya mengangguk.
" Boleh pilihkan bunga sekalian?." hafidz minta tolong.
" Boleh ustadz. Ini bunga dalam rangka apa..." tanya Zahra, hafidz terdiam sesaat.
" Yang bagus untuk istri bunga apa? Untuk umi apa..?" tanya hafidz minta pendapat.
" kalau untuk istri tentu nya yang melambangkan cinta. Kalau untuk orang tua kasih sayang." jawab Zahra.
" kalau begitu terserah kamu saja pilihkan yang bagaimana bagusnya." ujar hafidz.
Zahra pun mengangguk dan dia pun memilih kan bunga untuk Aqil dan umi sesuai permintaan hafidz. percakapan mereka sekilas terasa akrab sekali padahal keduanya bisa dibilang jarang sekali ngobrol atau berbincang berdua.
Dari kejauhan bunga dan Tika memperhatikan.
" itu ustadzah Zahra dan ustadz hafidz kan?." Tika menepuk pundak bunga dan membuat nya terkejut.
" iya..." jawab bunga.
" ngapain?" Tika penasaran.
" ya beli bunga lah, ngapain lagi." sahut bunga.
" mereka janjian?" jiwa kepo nya keluar
" ya gak lah... Ustadzah Zahra memang sering kesini. Kalau ustadz hafidz baru kali ini, kebetulan tadi mereka datang gak berselang lama." bunga menjelaskan.
Tika masih mengangguk dan memperhatikan mereka dari kejauhan.