TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA-DELAPAN
......"Cangkir ini, Flo buat sendiri loh sama pengrajinnya. Bagus kan, Liam? Semoga bisa temani hari-hari dingin You ya...."......
Secarik kertas terselip di antara bunga-bunga rusak itu. Paper bag berisi cangkir keramik yang sudah remuk menjadi kepingan seribu menyertai bunga-bunga itu.
Liam yakin ini milik Flory yang akan diberikan padanya. Liam meraih ponsel, melayangkan sebuah ucapan maaf karena barusan membentaknya begitu kasar lewat pesan teks.
Tak ada satu pun balasan dari Flory, terlihat ketika lima jam dikirim, Flory baru membaca pesan darinya tanpa membalasnya lagi.
Terserah....
Liam yakin besok atau lusa Flory yang lebih dulu chat atau menelepon. Tak payah minta maaf, Flory takkan bisa marah padanya yang sedari kecil dikaguminya.
Malam tadi Liam mendapat bocoran tentang King yang akan datang temui klien Respatih, dan sedari awal Liam yakin klien itu Billy.
Jauh-jauh Liam datang pagi ini, hanya untuk melindungi gadis itu dari amukan King. Gadis yang dibuat tak bisa berjalan setelah dengan enteng King menghancurkan hatinya.
"Harusnya Lo biarin Gue ketemu, King. Biar dia sadar diri, Liam. Masih ada Gue yang butuh pertanggungjawabannya!" Beberapa waktu lalu, Billy meneriakinya.
"Siapa yang mau nikah sama cewek lumpuh kayak Gue? Sekarang Lo bilang, King udah punya cewek lain? Masuk akal nggak?"
"Gue, Bill! Gue mau nikahin Lo!"
"Gue nggak pernah punya rasa ke Elu, Liam! Gue mau datengin Om Axel. Gue mau minta pertanggungjawabannya! King yang buat Gue cacat, King juga yang harus nikahin Gue!"
Kata-kata penolakan Billy setelah segala cara dia lakukan untuk gadis itu. Liam menghela napas berat mengingat semuanya.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
Korban siuman dan mengaku jika pelaku yang membuatnya koma bukan pewaris Millers corpora group melainkan anak salah satu pejabat negara yang akhirnya ditangkap.
Respatih dijadikan tersangka setelah pengakuan korban didapatkan. Sekian drama pelik akhirnya terkuak, tanpa melibatkan Liam ataupun King.
Nyatanya barang bukti yang menunjukkan bahwa adanya orang yang menyuruh Respatih tidak ditemukan polisi. Pelaku dikenai hukuman sesuai usianya.
Daddy Axel dan Mommy Lily lega. Akhirnya King tidak perlu mendekam di penjara karena memang bukan dia pelakunya.
Sekolah Millers-corpora dibuka kembali, kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung seperti sedia kala.
Weekend kembali datang, dan Aisha Humaira pagi ini harus bertemu dengan Ummi Zivanna juga Papi Rey. Hari ini juga, Ummi akan diboyong ke rumah Papi Rey.
Sementara lihatlah, King yang seharusnya sudah berpakaian rapi masih saja berdiam diri di sisi ranjang. Padahal, sudah mandi dan shalat subuh juga.
"Kamu demam?" Aisha memeriksa dahi suaminya. Tak panas, hanya sedikit pucat, mungkin karena belum sarapan.
"Mau aku ambilin sarapan dulu?"
King menggeleng pelan dengan wajah yang begitu dramatis. "Terus?" cecar Aisha.
"Kayaknya sebentar lagi aku mati, Ning!"
"Innalilahi...." Aisha membalas dengan wajah yang lebih dramatis.
Bola mata King berputar otomatis. "Kamu seneng ya dapat warisan banyak kalo aku mati hah?"
Sialnya, King mendapat anggukan kepala Aisha yang terkikik. "Seneng banget, nanti aku cari suami lagi yang lebih ganteng dari kamu."
"Bisa nggak sih muji aku, khawatir sama aku yang serius, Ning!" ketus King. Meski sudah saling mengungkapkan rasa sayang, tapi tak pernah bisa lepas dari milyaran keributan.
Lihat saja, ekspresi Aisha terolah begitu baik saat tiba-tiba menjadi serius. "Ya Allah Kiiiing, kamu kenapa?" dramanya histeris.
Ya, King yakin ini bagian drama Aisha yang ngakunya santri tapi banyak drama. "Kamu beneran mau mati, King? Jangan lupa bikin surat wasiat dulu ya, King! Limpahkan semua warisan kamu ke Aisha!"
King seperti menonton film yang dimulai dengan logo paus bersayap. Akan cocok jika Aisha ikut mendaftar main film saja mungkin.
"Aku serius Aisha, aku mau mati!"
Membalikkan tubuh Aisha, King berujar ketus dan seketika Aisha terdiam. Mendadak, raut King begitu serius dan sontak membuat gadis itu merinding.
"Jangan buat aku takut, King." Aisha mencubit pinggang keras King yang kini berada di atas pinggangnya.
King menyipit, napasnya mulai bergemuruh tak keruan. "Aku mau...." Kepala King jatuh dan terjatuh ke dada Aisha yang besar.
"King!"
"Aku mau ini, Ning. Aku dehidrasi!" King menatap wajah Aisha dari balik gundukan padat itu. Bibir nyengir King membuat Aisha mengerucutkan bibirnya yang kesal.
"Drama banget sih!" Aisha menepis, tapi semakin ditepis semakin King merangsek pada pinggang rampingnya. Wajah itu juga terus bergelayut di antara dada istrinya.
"Ayolah Ning." King merengek. "Mau buka baju sendiri apa mau aku robek kayak kemaren?"
Aisha terdiam, yang justru membuat King koprol dalam batinnya. Ini kali ke tiga Aisha dibuat hening oleh permintaannya.
King tahu kode Aisha, pemuda itu segera mengudarakan satu persatu pakaian tertutup Aisha. "Sebelum ke rumah Ummi, kita main dulu ya," bujuknya.
Aisha mengangguk sambil tersenyum. King mulai melancarkan aksinya dengan berdiri di ujung ranjang. Selimut yang selalu Aisha tarik untuk menutupi tubuhnya selalu juga King buang.
King sempat terdiam sebentar saat Aisha tampak berdoa. "Udah bisa dimulai?" Aisha lantas menganggukkan kepalanya yakin.
"Berapa lama?" King mulai memasuki Aisha, mengguncang raganya hingga tercipta ayunan dua buah indah di depan matanya.
Sebelah tangan ke dada dan sebelahnya lagi ke pinggul, matanya fokus pada satu tujuan yaitu bibir merona Aisha yang selalu sensual di saat-saat seperti ini.
"Ning... Mau berapa lama?" King tersengal.
"Nggak usah tanya. Nanti Aish minta lima jam Jojo lecet-lecet!" ketus Aisha disela lenguhan
"Kamu suka?" King menyengir tipis. Aisha selalu terlihat lebih cantik ketika matanya terbuka dan tertutup dengan alaminya.
Aisha mengangguk mengiyakan.
"Bilang apa kalo suka?"
"Maacih Kiiiiing..."
Gadis itu tertawa lalu mencubit dada bidang suaminya. King benar, semakin sering, semakin dia candu dan tak merasakan drama sakit di tubuhnya.
Merasa tak cukup puas dengan tempo yang cukup pelan. King kian menggila dengan hentakannya, merajam rasa aneh yang kian mengikat gejolaknya.
King arahkan bibirnya pada area bawah bibir Aisha yang menggeleng meronta. "Nggak mau, nggak mau!"
King tertawa, sudah jelas Aisha takut diberikan cap merah di sana. Kemarin, Aisha sampai kikuk menghadapi pertanyaan dari pelayan soal tanda merah di bawah bibirnya.
"Kenapa?"
"Kamu mau pamer ini ke Ummi hah?" Aisha melenguh, King berusaha kuat untuk tidak mengakhirinya. Dia tahu, diam-diam begini, Aisha suka yang panjang dan tahan lama.
Gelora membakar keduanya. Sprei itu saksinya, saksi ketika Aisha memukul mukul, juga menjambak kain itu karena tak mampu lagi menahan dirinya yang sudah akan meletus.
"Sore ini kita ke taman ya." Saking bocilnya, mereka bahkan mengobrol random saat mengolah adonannya.
...📌...