Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Musuh
BRUUUKKK!
Bunyi orang terjatuh. Susah payah Valdi bangun berpegangan pada pagar dan berdiri. Valdi melihat ke bawah. Ternyata Hani berada dalam pelukan seseorang. Valdi tidak bisa melihat dengan jelas apakah yang menolong Hani saat ini orang yang mempunyai keahlian sulap ataukah setan. Valdi melihat orang itu menggendong Hani dalam keadaan melayang.
Valdi mencari Arash. Arash tidak terlihat. Tapi Valdi melihat kursi yang ada di depan rumahnya terbelah dua. Dalam sekejap Hani sudah berada di balkon kamar Valdi. Valdi merasakan angin lewat di samping kanannya.
Hani nampak ketakutan. Hani memandangi sekeliling. Hani sadar sekarang dia berada di depan kamar Valdi. Pergantian tempat secara singkat membuat Hani benar-benar kebingungan.
"Barusan ada yang lewat, tapi siapa?" Valdi melihat ke sekeliling.
"Kak, tadi itu apa? Siapa yang membawaku ke sini?" Hani menghampiri.
"Aku juga tidak tahu. Hani ayo cepat kita masuk. Bahaya lama-lama di sini," Valdi melangkahkan kakinya walaupun terasa sakit.
Hani menutup rapat pintu kamar Valdi. Hani mengintip dan berharap Arash tidak kembali menyerang mereka. Dalam hati Hani juga mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah menolongnya.
"Hani, apa kamu terluka?" tanya Valdi.
"Aku aman Kak. Kak Valdi kayaknya terluka ya. Istirahat az dulu," Hani memapah Valdi sampai ke tempat tidur.
"Hani, kamu tinggal az di sini dulu sampai Om Zaki tiba. Tidurlah di kamar tamu," kata Valdi.
"Hmmmm, Kak Val. Boleh nggak aku tidur di sofa, aku takut," pinta Hani.
"Di dalam lemari ada kasur angin, minta tolong ambil ya, maaf masih sakit gak bisa jalan," Valdi memegang pinggangnya.
Hani membuka lemari, mengambil kotak yang bertuliskan kasur angin dan melemparkannya ke lantai. Kasur angin otomatis sudah siap. Hani mengambil selimut, bantal dan guling. Hani bersiap istirahat.
BRAAAAKK!
BUGH!
BUGH!
"Kak, suara apa itu?" Hani menutupi dirinya dengan selimut.
Valdi memaksakan diri berjalan menahan sakit sambil membungkuk. Valdi mengintip dari jendela kamarnya. Arash dan orang yang telah menyelamatkan Hani beradu kekuatan. Mereka memporak-porandakan taman kecil yang ada di depan rumah Valdi. Arash berusaha untuk naik ke balkon kamar Valdi. Arash mengeluarkan cahaya merah di matanya dan menatap ke arah Valdi.
Arash berdiri di atas balkon kamar Valdi, tapi tubuhnya terpental. Arash kembali mencoba menembus pertahanan yang dibuat oleh sosok yang telah menolong Hani. Kali ini Arash tersetrum, Arash kehilangan tenaga, Arash memutuskan menghilang.
Valdi melihat cahaya merah yang mengelilingi rumahnya dan rumah Hani. Sosok berjubah merah itu mendekati jendela kamar Valdi seolah-olah memberitahu Valdi semua aman dan dia pun perlahan menghilang dari pandangan.
Valdi menutup semua tirai jendelanya dan menutup rapat semua pintu. Valdi tahu saat ini Hani sangat ketakutan. Valdi duduk di atas tempat tidurnya.
"Kak, apa yang terjadi?" tanya Hani dari balik selimut.
"Hani, apa orang yang berjubah merah tadi menolongmu?"
"Kayaknya iya Kak. Dia melempar Arash ke kursi taman. Dan dia juga yang mengantarkan ku ke sini," jawab Hani.
"Alhamdulillah, dia melindungi kita malam ini. Istirahatlah. Oh iya Hani, jika kamu lapar, di dalam lemari kecil itu ada cemilan. Maaf sebagai Tuan rumah aku tidak bisa melayanimu dengan baik."
"Terima kasih Kak. Aku istirahat dulu," Hani memejamkan matanya.
Valdi melihat tidak ada pergerakan dari Hani. Hani sudah terlelap. Valdi juga berbaring di atas tempat tidurnya. Valdi mulai merasakan lelah. Mereka tertidur pulas.
...----------------...
🌑 Kota C
Fani mendapatkan telepon dari Emran bahwa Hani kabur dari rumahnya. Fani bertanya apa yang terjadi sehingga Hani bisa melarikan diri. Emran bilang Hani ingin hidup mandiri. Emran yakin itu hanya alasan yang dipakai Hani agar bisa selingkuh di belakangnya.
"Eh Emran, masih banyak cewek di luar sana, kenapa lu ngejar-ngejar Hani?" Fani sinis.
"Karena hanya Hani yang gue sayangi," jawab Emran.
"Kejar sana, ini bukan urusan gue lagi. Urusan kita sudah berakhir," Fani menutup telepon.
"Siapa?"
"Emran, orang yang selama ini melindungi Hani," jawab Fani.
"Apa Hani melarikan diri?"
"Katanya sih iya. Apa kamu masih mengirimkan SMS?" Fani duduk di atas pangkuan cowok itu.
"Masih, apa kamu tidak cemburu?" cowok itu meremas paha Fani.
"Tentu saja tidak. Asalkan melihat Hani menderita. Apakah kamu masih menyimpan perasaan padanya?" Fani menatap genit ke arah cowok itu.
"Untuk sekarang aku ingin bermain maut dengannya. Ada perasaan bahagia melihat dia sakit, terluka. Dan gara-gara dia, Adik ku bunuh diri. Nyawa harus dibayar nyawa!" cowok itu melemparkan pisau buah ke foto Hani yang terpajang di tembok.
"Hani, Hani. Musuh lu banyak, ha, ha, ha," Fani tertawa lepas.
...----------------...
🌑 Kota B
Di pemakaman umum, Aresh duduk membacakan doa-doa di atas pusara. Sudah bertahun-tahun lamanya Aresh meninggalkan rumah hanya untuk menghindari orang yang sekarang terbaring selama-lamanya di dalam tanah. Siapakah dia? Dia adalah Kakak kandung dari Aresh.
Mereka dulu sangat akrab. Tapi perlakuan mama merekalah yang menyebabkan Aresh berubah. Aresh selalu dibandingkan dengan kakaknya. Aresh merasa tidak betah. Dan Aresh memutuskan kuliah di Kota C. Setelah sekian lama kakak Aresh menghubunginya dengan mengatakan dia akan ke Kota C untuk bekerja.
Tentu saja Aresh merasa bahagia karena kakaknya akan tinggal bersamanya. Dan lagi-lagi Aresh merasa marah kepada kakaknya. Saat Aresh mengetahui kakaknya menyukai seorang gadis di Kota C. Gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri.
Apakah Aresh cemburu, jawabannya tidak. Aresh menemukan keanehan pada sikap Arash kakaknya. Dia begitu terobsesi kepada Hani seolah mereka sudah menjalin hubungan cinta bertahun-tahun lamanya. Aresh menyelidiki, ternyata Hani sama sekali tidak mengenal Arash. Arash melakukan banyak kejahatan di belakang Hani. Termasuk membunuh cowok-cowok yang dekat dengan Hani.
Aresh sempat berkonsultasi kepada Dokter keluarga mereka tentang Arash. Arash pengidap Erotomania. Aresh kecewa dengan sikap Arash yang kurang waras. Aresh lah orang yang terakhir kali mengirimi pesan kepada Arash agar menjauhi Hani. Aresh bahkan mengancam Arash agar menjauhi Hani dan menyuruhnya pergi ke alam baka.
Ternyata ucapan Aresh menjadi doa. Tidak berapa lama di hari yang sama, Aresh mendapatkan kabar dari temannya Arash bahwa Arash meninggal dunia. Kematiannya pun sungguh sangat menyedihkan. Aresh merasa menyesal. Aresh waktu itu hanya berniat untuk menyelamatkan Hani dan juga melepaskan Hani dari gangguan Arash.
"Bang Arash, maafin kesalahan ku. Waktu itu aku hanya ingin memperingatkan mu. Tapi ternyata ada kekuatan yang maha dahsyat yang menginginkan kematian mu. Kamu terlalu kejam. Apa salah Hani? Dia dicap sebagai pembawa sial. Bang, tolong, lepaskan Hani. Jangan tambah lagi dosa-dosa mu."
Aresh menaburkan bunga dan menyiramkan air di atas makam Arash. Dan tiba-tiba saja makam Arash bergoyang dan keluar kepulan asap putih keluar dari tanah makam Arash.
"AAAAAAAAAAAAA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
