Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
POV Aluna
Kaki ku lemas, jantung ku berdegup lebih kencang dari biasa nya saat mengetahui Anita adik kandung ku. Wanita yang sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga ku, wanita yang sudah sangat berani turut andil untuk melenyapkan nyawa ku, nyata nya dalam tubuh kami mengalir darah yang sama.
Aku tak kuat menerima kenyataan, Dia.. dengan sadar melakukan semua itu tanpa memikirkan bagaimana kondisi ku nanti? Apakah wanita seperti itu pantas aku sebut sebagai adik?
Walaupun keluarga mas Wardana mencuci otak nya untuk membenci kami, apakah dia pantas melakukan semua itu?
Tidak!
Hanya karena kami terlahir dari rahim yang sama, lalu aku bisa membebaskan dia begitu saja. Tidak seperti itu! Disaat kondisi genting seperti ini barulah dia mengakui kalau dia adikku, lantas saat dia melakukan kejahatan, kenapa dia tidak memandang ku sebagai kakak nya!
“Mbak! Tolong dong suruh polisi ini ngelepasin borgol nya! Tangan ku sakit banget, mbak!” Anita mengaduh, tangannya yang putih mulus kini terperangkap didalam borgol. Aku rasa, sakit yang di alami karena besi itu tak sebanding dengan penderitaan ku selama 7 tahun ini.
“Bawa mereka pergi, pak! Pengacara ku mas Aji akan melengkapi berkas nya!” jawab ku kemudian, aku berkata tanpa melihat ke arah mas Wardana dan Anita, sebagai kakak aku tak sanggup, dia bersalah dan harus mempertanggung jawabkan kesalahan nya! tak ada ampun untuk orang-orang yang sudah secara sadar dan sengaja melakukan kejahatan padaku. Meskipun dia Adikku sendiri. Adik yang baru aku tahu keberadaan nya selama ini. Adik yang selalu di rindukan oleh Abah dan Ibu.
“Nggak bisa gitu dong, mbak! Aku ini adik mu, adik kandung mu! kita sudah berpisah selama bertahun-tahun, sekarang kamu mau aku di penjara juga?” oceh nya dengan percaya diri, dia masih belum sadar juga dengan semua dosanya padaku?
“Lalu apa yang harus aku lakukan? Membebaskan kamu?? Setelah itu kau menyusun strategi baru untuk melenyapkan aku, begitu??” Aku bangkit dan menatap Anita dengan tajam, tak ku hiraukan tatapan elang dari mas Wardana. Setelah ini mungkin papa nya Gemilang Raharjo akan muncul ke permukaan. Tapi setelah itu aku akan menyusun rencana dengan om Rima dan om Zaki.
“Kalian sudah membiarkan aku hidup terlunta-lunta di luar selama puluhan tahun, sekarang kau juga ingin membuat aku sengsara di dalam penjara, mbak?? Aku sedang hamil! Apa sebagai wanita kau tak punya empati sama sekali?”
“Jangan tanyakan bagaimana empatiku, Anita! Aku muak dan benci, kalau Abah dan Ibu masih ada, mungkin dia juga akan malu mengakui kamu sebagai darah daging nya!”
“Mbak!!!” bentak Anita dengan suara menggelegar.
“Jangan membentak ku! Kau tahu bukan kalau laki-laki yang kini menjadi suami kita ini telah melenyapkan kakek serta paman kita, lalu ibu dan ...” Aku teringat pada mas Wardana saat dulu ia menemui Abah sebelum Abah dinyatakan meninggal oleh dokter keluarga kami. Mbok bilang kalau mas Wardana menemui Abah sendirian tanpa aku.
Kini aku beralih pada laki-laki yang statusnya masih suami sah ku. Ku tatap dia dengan nafas memburu dan tangan terkepal.. Jika benar dugaan ku.. Maka aku ingin meminta hukuman mati untuknya!
Aku menarik kerah baju mas Wardana Yang sudah basah karena keringat dan darah.
“Katakan padaku, apa kau yang melenyapkan Abah ku?” tanya ku dengan seluruh kekuatan yang aku punya.
Bukannya menjawab, laki-laki ini justru tersenyum miring. Mimik wajah nya seakan menjelaskan apa jawaban nya. Nafasku semakin tak beraturan,. amarah sungguh memuncak di kepala ku saat ini.
“Jawab brengsek!!” maki ku lagi, aku tahu perkataan dan sikap ku berbeda sekali dengan hijab yang aku kenakan saat ini, karena jujur aku baru mengenakan nya saat Bintang memvonis kanker padaku. Tapi aku melakukan semua ini karena mas Wardana pasti yang sudah melenyapkan Abah.
“Santai sayang! sudah lama sekali aku tidak pernah melihat mu sebar-bar ini! Kalau kau ingin menanyakan soal itu, maka jawaban nya adalah.. Benar! Aku mencampur racun dalam kopi yang si mbok bawa waktu itu! Hasilnya cepat sekali, tanpa berlama-lama dia meregang nyawa nya, malaikat Izrail sudah mengambil nya untuk pulang!”
Mendengar jawaban nya , aku langsung mengambil sebuah balok dan memukul kaki nya dengan sisa tenaga ku.
Bughh!!
Bughh!!
Aku memukul nya dengan membabi buta, tak ku hiraukan suara polisi yang menyuruh ku berhenti, saat didalam penjara ia hanya dipenjara saja, masih diberi makan dan minum. Perbuatan nya tidak setimpal jika dia hanya diberi hukuman seperti itu. Teringat kembali wajah ibu dan Abah.. Dia meregang nyawa karena suami ku sendiri. Benar-benar brengsek Wardana ini.
“Aluna!" Mas Aji memegangi tangan ku, mungkin ia takut aku akan berbuat lebih. Andai saja aku bisa, sudah ku patah kan seluruh tangannya, biar dia merasakan bagaimana rasanya saat tangan dan kaki kita tidak berfungsi secara normal atau seperti biasa nya.
“Biar polisi yang melakukan tugasnya, Lun!”
“Dia sudah membunuh ibuku, lalu Abah ku!! Kau masih menyuruhku bersabar dan menyerahkan nya pada polisi begitu saja? Mas, disana bajingan ini mendapatkan makanan dan minuman, tak sebanding rasanya saat dia dan keluarga nya melenyapkan keluarga ku!”
“Aku ini masih suami mu, Aluna! Jangan lupa itu, apapun yang kalian katakan padaku saat ini, aku lebih percaya ucapan papa dan juga nenek ku. Akan ku rebut lagi harta yang seharusnya menjadi milik kami!”
“Coba saja kalau kau bisa!” jawab Aji.
“Jangan ikut campur masalah ku dengan Aluna! Siapa kau?”
“Tidak penting aku siapa! Jika saja kau berani mendekati keluarga Aluna lagi, ku pastikan kau membusuk di penjara Wardana Raharjo! bawa mereka pergi pak!” titah mas Aji pada polisi. Para polisi pun langsung membawa Wardana dan Anita masuk ke dalam mobil polisi.
“Kam bener-bener tega mbak! Padahal kamu kakak kandung ku sendiri!” umpat Anita dengan kesal, jelas sekali dia tidak terima digelandang seperti itu.
Aku tak menjawab ucapan Anita yang perlahan pergi meninggalkan kediaman ku dengan mas Wardana. Biarlah aku menjadi tega, Anita pun begitu kan, selama ini dia tahu betul bagaimana status kami. Tapi tetap saja dia masih nekat untuk ikut bergabung bersama keluarga Raharjo.
Setelah mobil polisi pergi, Mas Aji ikut menyusul. Aku sudah menyerahkan semua nya pada kakak nya Gita itu. Biar dia yang mengurus segala keperluan disana, karena memang dia jauh lebih tahu.
Aku hanya akan datang disaat diperlukan saja. Kini tinggallah aku, Bintang dan Om Rima disini. Kami berkumpul di ruang tamu, tak lama setelah itu Gita dan mama nya juga menyusul. Beserta om Zaki dan Tante Soraya.
“Ma, ini ada salep anti nyeri.. Oleskan pada punggung Aluna!” kata Bintang memberikan salep obat pada mama nya, Tante Soraya langsung mengangguk dan memberi kode padaku untuk ikut naik ke kamar. Dia akan mengobati luka bekas cambukan ikat pinggang mas Wardana tadi.