NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.

Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.

Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.

Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.

Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 01

Suasana yang sepi dan sunyi di tempat ini berbanding sangat terbalik dengan yang ada di depan sana. Ya, setidaknya begitulah yang Ayuna rasakan saat ini.

Gadis berlesung pipi itu sedang mengganti seragam kerjanya menjadi pakaian biasa karena dirinya akan pulang sebentar lagi. Ini memang sudah waktunya Ayuna untuk pulang meskipun di depan sana masih ada banyak sekali pelanggan yang datang.

"Yu, pulangnya gue anter aja kuy? Gua agak ngeri-ngeri sedap lihat lo pulang sendirian, apalagi udah malem banget ini." Dari balik pintu sana terlihat kepala seorang pria muda yang tak lain adalah rekan kerja dari Ayuna sendiri.

"Nggak usah ah, aku juga udah biasa pulang sendirian. Mending abang ke depan aja sana, lagi rame loh itu." Alih-alih menerima tawaran tadi, Ayuna memilih untuk menolaknya saja karena ia pun tak mau merepotkan orang lain.

"Biasanya cewe yang mungil kaya lo begini suka diikutin sama Mba kunti loh Yu." Bagas kira cara yang ia gunakan kali ini akan berhasil, tapi ternyata Ayuna malah terkekeh di hadapannya.

"Ya nggak apa-apa, aku jadi ada temennya nanti. Udah ah, aku pulang duluan ya bang. Semangat kerjanya, jangan genitin cewe mulu loh, ntar dimarahin tuh sama si Kokoh." Ini sudah benar, Ayuna harus menghentikan obrolan mereka. Karena jika tidak ia bisa saja tiba di rumah saat tengah malam nanti.

"Pedih hati gue Yu lo tolak terus. Yaudah deh, hati-hati ya di jalan. Kalo ada apa-apa langsung telepon aja, nggak usah sungkan." Bisa apa Ayuna selain menganggukkan kepalanya dengan patuh sebelum benar-benar pergi dari sana.

Kulit wajahnya yang tidak tertutupi oleh apapun lantas mendapatkan belaian dari angin malam yang terasa sangat dingin malam ini, sepertinya akan turun hujan.

Benar saja. Saat Ayuna menengadahkan kepalanya, ia bisa melihat kalau langit malam ini terlihat mendung. Tidak apa, toh kalau hujan nanti Ayuna bisa menggunakan payungnya.

Setelah berjalan selama lima menit, akhirnya Ayuna tiba di salah satu halte. Kini yang perlu ia lakukan hanyalah menunggu bus yang akan membawanya pulang.

"Kemana ya dia? Kok nggak ada sih?" Bukannya duduk dengan tenang di kursi besi yang ada di sana, Ayuna justru tengah sibuk memperhatikan ke arah sekitar untuk mencari sesuatu.

Lalu tak lama setelahnya terdengar suara seekor kucing yang nampaknya begitu bahagia melihat kehadiran Ayuna di tempat yang memang biasa ia singgahi.

"Kamu darimana aja, mpus? Ayo makan dulu, aku bawain sesuatu loh buat kamu." Tanpa merasa ragu sama sekali, Ayuna langsung berjongkok di sana dan merogoh isi tasnya sendiri.

"Dihabisin ya mpus." Tidak hanya membukakan bungkus makanan kucing, Ayuna juga memberikan usapan lembut di puncak kepala hewan berbulu itu.

"Ya, aku nggak bisa nemenin kamu sampai selesai makan malam ini." Namun nampaknya kesenangan Ayuna malam ini harus berakhir karena bus yang ia tunggu telah tiba.

"Aku pulang duluan ya, mpus. Kamu habis makan jangan kemana-mana, tetap di sini aja soalnya udah mau hujan tuh." Dengan berat hati akhirnya Ayuna memilih untuk bangkit, namun kedua matanya tak lepas dari kucing itu sama sekali.

Bahkan ia masih melakukannya setelah duduk di salah satu kursi kosong di dalam bus sana. Kegiatannya memperhatikan si kucing baru usai setelah transportasi umum itu mulai menjauh dari halte.

Tidak ada banyak orang di sini, kalau dihitung totalnya hanya tiga orang saja termasuk dengan Ayuna sendiri. Tidak masalah sih, setidaknya Ayuna tidak perlu berdesakan dengan penumpang lainnya.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit dan Ayuna membutuhkan waktu selama dua puluh menit untuk tiba di halte yang dekat dengan kostan tempat dirinya tinggal selama ini.

Mungkin Ayuna terlalu lelah sampai ia tidak sadarkan diri setelah kepalanya bersandar di jendela bus. Jangan khawatir, Ayuna akan bangun dengan sendirinya nanti seolah tubuhnya sudah diatur sedemikian rupa.

"Oh? Udah sampe ya." Dan benar saja, kesadarannya kembali tepat saat bus berhenti di halte yang tadi ia maksud.

"Loh di sini enggak mendung langitnya." Karena jalanan memang sudah sangat sepi, Ayuna jadi bisa berjalan sembari menatap ke arah langit dengan puas.

Gadis itu dibuat keheranan karena langit di daerah tempat tinggalnya ini tidak menandakan kalau akan turun hujan sama sekali.

Kaki pendeknya terus saja melangkah, bibir mungilnya juga terus saja menyenandungkan beberapa bait lagu yang tengah sering ia dengar belakangan ini.

Namun apa yang ia lakukan barusan itu berhenti begitu saja kala matanya menemukan ada seorang pria bertato yang sedang menatap ke arahnya. Orang itu, orang yang selalu saja membuat Ayuna ketakutan.

Oh tunggu sebentar. Ini aneh, biasanya pria itu akan datang dengan sebuah motor butut kesayangannya. Namun malam ini Ayuna justru melihat mobil hitam yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Apa dia baru membeli mobil?

"Buruan elah, lama amat udah kaya siput lo." Ayuna sempat menghembuskan napasnya dengan kasar sebelum akhirnya melanjutkan langkah kakinya yang nampak begitu ragu.

"Maaf bang, saya lupa transfer soalnya seharian ini sibuk banget. Saya transfernya besok aja ya sekalian berangkat kerja?" Tidak perlu bertanya sama sekali, Ayuna sudah mengetahui tujuan orang ini apa. Tentu saja untuk menagih hutang.

"Bilang langsung sama bos gue noh, udah nungguin lo dari setengah jam yang lalu noh di dalem sana. Buruan masuk." Kedua netra Ayuna langsung membola begitu saja kala mendengar hal itu.

Bos yang pria maksud ini adalah Braga, orang yang telah dipinjami uangnya selama ini. Dan pada orang itulah Ayuna akan mengirimkan sebagian besar gajinya setiap bulan.

Karena tak ingin mendapatkan perlakuan yang kasar, Ayuna lantas langsung memasuki kendaraan beroda empat itu dengan tubuh yang luar biasa bergetar. Ia sangat ketakutan sekarang.

"P-pak, maaf saya lupa buat transfer buat yang bulan ini. Tapi saya janji bakalan transfer besok sebelum berangkat kerja." Bahkan saat pertama kali mengeluarkan suaranya, Ayuna tergagap.

"Saya nggak mau terima cicilan lagi, Ayuna. Jadi besok kamu harus transfer semua sisanya secara kontan ke rekening saya." Ketakutan yang semula Ayuna rasakan kini berganti sudah menjadi keterkejutan sampai kedua bola matanya membelalak dengan sangat lebar.

"Tapi saya nggak punya uang sebanyak itu, Pak." Sungguh, rasanya Ayuna ingin menangis saat ini juga. Ia benar-benar merasa tertekan sekarang.

"Ya mana saya peduli, itu urusan kamu sendiri. Saya nggak mau tau, pokoknya kamu nggak boleh mencicilnya lagi." Braga pun terlihat tidak mempedulikan rasa takut yang ada pada diri Ayuna sama sekali.

Pria itu malah asik mengisap lintingan nikotin yang ia apit di antara jari telunjuk dan juga jari tengahnya, Braga juga menghembuskan asap dari rokoknya itu tepat di wajah Ayuna.

Bagaimana ini? Dimana Ayuna bisa mencari uang sebanyak lima ratus juta dalam satu malam saja? Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya sakit.

"Apa saya boleh minta waktu tambahan, Pak? Satu tahun, saya bu—"

"Satu bulan, kamu harus sudah mengembalikan uang itu kepada saya. Kalau kamu tidak bisa juga, siap-siap untuk menikah dengan saya setelahnya." Seringaian penuh kemenangan Braga tunjukkan, ia benar-benar tidak peduli dengan ketakutan yang tengah Ayuna rasakan kini.

"Sudah keluar sana, kamu ini membuang waktu saya yang berharga saja." Kalimat itu Braga tujukan pada Ayuna yang masih setia mengatupkan kedua bilah bibirnya.

"Lo nggak tuli kan? Buruan elah keluar, gue juga mau pulang kali." Tubuh Ayuna ditarik dengan paksa oleh si pria bertato sehingga ia mau tak mau keluar dari ruangan sempit itu.

Kini hanya tinggal Ayuna seorang diri di tepi jalan dekat dengan kostannya. Ia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa setelah kejadian yang barusan itu.

Ingin menangis pun rasanya ia tidak bisa melakukannya meskipun hatinya luar biasa sedih malam ini.

Dimana? Dimana Ayuna bisa menemukan uang lima ratus juta dalam waktu satu bulan? Bahkan dalam waktu satu tahun saja Ayuna belum tentu bisa mendapatkannya.

1
Muhammad Irpan
lanjuuuut thoor
Yona Panai
bgus
Rafly Rafly
Luar biasa
yani suko
pakai sistem bayi tabung khan bisa, jadi ndak harus tidur bareng
Ahmad Rezky
aku sudah mampir mampir juga ya
miilieaa
beruntung ayuna
siskaa putri
ttp semangat thor jgn lupa utk mampir yahh
Jihan Hwang
hai aku mampir... ceritanya bagus
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!