Terlahir dari keluarga mata biru, namun nasib Aksara berbeda dari anggota keluarga lainya. Pada saat Aksara di lahirkan, ia tidak mewarisi mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia terlahir dengan mewarisi mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama tiada.
Aksara hanya mewarisi satu mata ungu di sebelah kirinya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang hanya memiliki satu mata ungu di sebelah kanannya, dan mata di sebelah kirinya berwarna biru.
Dan kemudian di sebelah kanannya, Aksara memiliki mata sama persis seperti mata elang dengan warna yang lebih terang dan menyala-nyala.
Keluarga mata biru merupakan golongan keluarga bangsawan yang paling di segani di seluruh wilayah Republik. Keluarga mata biru merupakan keluarga terkuat saat ini, di tambah lagi dengan keahlian khusus mereka, hal itu yang membuat nama keluarga mata biru sangat ditakuti oleh keluarga besar yang lainya.
Setelah tumbuh menjadi pria kuat, Aksara meninggalkan anggota keluargnya dan memilih hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Sad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 : Sisa kekuatan terakhir
"Oke, sekarang saya sudah mengerti tuan, jadi apakah kita bisa mengulanginya dari awal lagi?", ucap tuan Sean seraya mengangkat kedua tinjunya.
"Tetap berdiri di belakang tubuh saya tuan, walaupun kemampuan bertahan mereka lemah, akan tetapi kecepatan gerak mereka bisa dibilang cukup baik," ucap tuan Julian yang sudah siap dengan tinjunya itu.
Tuan Sean mengikuti arahan dari tuan Julian, mereka berdua saling merapatkan punggungnya agar musuh-musuhnya itu tidak bisa menyerang mereka dari arah belakang.
Para musuh mulai membentuk lingkaran besar, sementara tuan Julian dan tuan Sean terjebak di dalam lingkaran tersebut. Mereka berdua tidak bisa pergi ke mana-mana, semua celah sudah di tutup rapat oleh musuh mereka.
Para musuh mulai melangkahkan kakinya perlahan-lahan, dan bentuk lingkaran itu pun semakin lama semakin mengecil seiring berjalannya waktu.
"Apakah kita harus bergerak tuan?", tanya tuan Sean.
"Tunggu saja tuan, lebih baik kita menunggu mereka menyerang terlebih dahulu. Seandainya jika kita menyerang mereka sekarang, maka rencana kita akan gagal," ucap tuan Julian terlihat fokus.
"Baik tuan."
Para musuh mulai melancarkan serangan, hingga pada akhirnya formasi mereka pecah. Lantas tuan Julian menyuruh tuan Sean untuk tetap fokus ke dalam pertarungannya.
Beliau juga menyuruh tuan Sean untuk memperhatikan pergerakan lawan di hadapannya serta menyuruh tuan Sean menempelkan punggungnya itu di punggung tuan Julian.
Tuan Sean hanya mengangguk saja, beliau tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti perintah yang akan tuan Julian berikan kepadanya nanti.
Para musuh menyerang dari segala arah, namun serangan mereka berhasil dihalau oleh tuan Julian dan juga Tuan Sean. Pukukan musuh saat ini tak berarti apa-apa dikarenakan posisi kedua lawannya sangat sulit untuk di dekati.
"Ah, sial! kenapa mereka tidak mau berpisah, posisi mereka saat ini sangat sulit untuk saya dekati. Bagaimana cara saya memisahkan posisi mereka saat ini," ucap sang musuh dalam hati terlihat kesal.
"Sekarang tuan!", teriak tuan Julian memerintahkan tuan Sean memisahkan dirinya sejenak untuk melakukan perlawanan.
"Ya, formasi mereka sudah terpecah, ini saat yang tepat bagi kita melakukan perlawanan," ucap tuan Sean berapi-api.
Dengan seketika, tuan Julian dan tuan Sean memisahkan diri mereka. Mereka berdua mulai memberikan perlawanan sengit hingga berhasil memukul dan membuat lawannya terjatuh.
Bakkk, bukkk ....
Tuan Julian berhasil memukul sekiranya 3 lawan, sementara tuan Sean berhasil memukul sekiranya 2 lawan di hadapannya itu.
5 musuh terjatuh ke bawah tanah, namun itu tidak lama. Hingga pada akhirnya ke 5 lawannya pun mampu untuk bangkit kembali.
Ketika tuan Justin dan tuan Sean melihat ke 5 lawannya itu telah bangkit, lalu mereka berdua pun mulai menempelkan punggungnya itu kembali.
"Haha, usaha yang cukup bagus tuan-tuan, tapi kita terlalu kuat untuk kalah secepat itu," ucap sang musuh dengan sombongnya.
Sang musuh memberikan perlawanan, mereka berhasil memukul wajah dan perut tuan Sean sebanyak 3 kali. Untung saja pukulan tersebut tidak terlalu keras, ditambah lagi dengan topangan dari punggung tuan Julian, sehingga pukulan tersebut tak dapat menjatuhkan tubuh tuan Sean.
"Anda tidak apa-apa tuan?", ucap tuan Julian.
"Ya, ini belum seberapa, untung saja punggung anda berhasil menahan ke tidak stabilan tubuh saya ini, terima kasih tuan," ucap tuan Sean terlihat jauh lebih tenang saat ini.
....
"Apakah anda keberatan jika punggung kita saling menempel seperti ini tuan?", tanya tuan Julian dengan tawa tipisnya itu.
"Ini merupakan rencana yang sangat efektif tuan, berkat posisi kita saat ini, kita bisa saling melindungi diri kita di sini," ucap tuan Sean seraya menghindari pukulan lawan-lawannya seraya membalas pukulan yang telah dilancarkan oleh lawannya di sana.
"Bukan kah terlalu awal untuk mengucapkan kata terima kasih tuan? tunggu dan tahan terlebih dahulu sampai kita berhasil mengalahkan mereka."
Satu kali, dua kali, tiga kali. Lagi-lagi pukulan keras itu mengenai anggota tubuh tuan Sean dan juga tuan Julian. Walaupun banyak pukulan yang telah mereka terima di sana, akan tetapi pukulan tersebut masih belum cukup untuk merobohkan pertahanan mereka.
"Huh, haha, saya sangat mengagumi kemampuan yang anda miliki itu tuan, tapi senyuman anda itu takan bertahan lama," napas sang musuh tersengal-sengal, nampaknya para musuh mulai mengakui kehebatan mereka berdua.
"Terima kasih atas pujiannya tuan, tapi mohon maaf sebelumnya, karena di pertarungan kali ini kita berdualah yang akan menjadi pemenangnya," ucap tuan Julian terlihat tenang sekali.
Kekuatan ke 10 musuh itu tidak bisa dianggap remeh, sudah 20 menit mereka bertarung seperti itu, tapi mereka masih sanggup bertahan sampai sejauh ini setelah menerima beberapa pukulan keras dari tuan Julian dan juga tuan Sean.
"Sekarang kekuatan mereka semakin menurun, jauh dari waktu sebelumnya. Konsentrasi mereka pun mulai pecah, saya harus memberikan sedikit kelonggaran agar rencana dan serangan terakhir ini berjalan dengan sempurna," ucap tuan Julian dalam hati seraya memperhatikan kondisi musuhnya saat ini.
"Tuan Justin, sepertinya tidak ada cara lain selain mengubah rencana kita," ucap tuan Sean menyadari hal yang sedang tuan Julian rasakan.
"Anda benar tuan, saat ini kita akan melancarkan serangan terakhir kita."
"Jadi, apa rencana anda selanjutnya?".
"Apakah anda masih kuat tuan? saya hanya ingin memastikan kesanggupan anda saja dikarenakan saat ini kita akan menyerang mereka secara bersamaan. Mau bagaimana pun keadaannya, kita tidak boleh menghentikan serangan kita sebelum kita berhasil menghancurkan konsentrasi mereka."
"Sampai kapan pun saya akan selalu siap tuan, bila perlu sampai sisa kekuatan terakhir saya ini habis," sejauh ini tuan Sean masih terlihat berapi-api, dia berhasil mengalahkan semangat musuhnya.
"Semoga tidak ada korban diantara kita," Tuan Julian tersenyum tipis di belakang tubuh tuan Sean.
Saat ini mereka berdua masih menempelkan punggungnya. Mereka belum bisa memberikan perlawanan sebelum musuhnya lengah.
Di suatu sisi, tiba-tiba saja ada kekuatan energi berwarna ungu terang melayang ke arah musuh terkuat yang sekarang sedang tuan Julian dan tuan Sean hadapi di sana.
Dengan Seketika musuh yang terkena kekuatan energi itu terjatuh hingga dia tak sadarkan diri di sana. Semua orang dibuat terkejut oleh kehadiran kekuatan energi itu.
Konsentrasi para musuh mulai memudar, pada saat itulah tuan Julian dan tuan Sean melancarkan serangan terakhirnya kepada lawan-lawannya.
Mereka berdua mengeluarkan pukulan andalan terkuatnya hingga sebagian musuh terjatuh ke bawah tanah. Sebagian musuh yang terjatuh itu masih sadar, namun sekarang mereka tidak bisa menggerakan tubunya.
"Sekarang jumlah kalian sudah berkurang, keenam rekan anda telah mengakui kekalahan mereka secara tidak terhormat."
"Apakah kalian ingin mengalami nasib yang sama seperti mereka juga? jika kalian ingin menyerah silahkan saja, menyerah lah dari sekarang, saya akan memberikan sedikit keringanan kepada kalian, dan bahkan kita akan membiarkan kalian pergi dari sini."
"Tapi, jika kalian memilih pilihan yang salah, maka jangan salahkan kita jika nasib kalian tidak akan sama seperti nasib keenam rekan kalian itu," ucap tuan Sean sambil meregangkan tubuhnya hingga tulang punggungnya mengeluarkan suara.