NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

“Akhirnya pulang juga,” gumam Kelana yang sedang mengemudi mobil di perjalanan pulang.

“Kira-kira Bening suka nggak ya dikasih beha sebanyak ini?” Kelana memandang kado dari direkturnya yang diletakkan di sebelahnya.

“Tapi beha ini harus dibagi dua buat Kadara juga, mau bagaimana pun aku harus adil pada mereka.”

Di dalam lubuk hati Kelana yang paling dalam, ia masih memiliki setitik cinta untuk Kadara. Bohong besar jika rasa itu hilang semuanya, karena kebersamaan Kelana dan Kadara itu sudah dilewati dalam waktu yang cukup lama, dan selalu memiliki kenangan indah setiap harinya.

“Oh iya, aku kan udah punya nomor direktur PT. Gumilang. Lebih baik kuhubungi sekarang, kalau nelpon di rumah suka berisik kayak pasar ayam.”

Kelana menepikan mobilnya sejenak untuk menuntaskan rasa penasarannya. Ia benar-benar ingin membuktikan kejujuran Kadara dan ke dua mertuanya.

TUUUUUT ....

Telepon ke nomor kontak Pak Angkasa Gumilang Perkasa itu telah tersambung, jantung Kelana pun mulai berdebar karena takut menerima kenyataan.

[Halo? Siapa ini?] Suara pria mengangkat telepon.

“Halo, apa benar ini nomornya Bapak Angkasa Gumilang Perkasa?” tanya Kelana.

[Benar, saya sendiri. Anda siapa? Ada perlu apa?]

“Maaf sebelumnya, saya hanya ingin memastikan, apa benar Bapak direktur utama di PT. Gumilang Buana? Apa Bapak kenal dengan sekertaris Direktur bernama Kadara Maheswara?”

[Benar, saya direktur utama. Tapi untuk apa anda menanyakan soal mantan staf saya itu?]

“Jadi bapak kenal dengan Dara?”

[Kenal.] Suara pria itu mendadak berubah jadi rendah.

“Apa benar Bapak telah melecehkan Kadara?” Kelana meremas jari saat mengatakannya.

[Kamu siapa? Kenapa kamu tanyakan itu pada saya?] Suaranya agak ngegas.

“Tolong jujur, Pak. Saya suaminya Dara. Dia baru saja mengaku kalau bapak pernah melecehkannya. Tolong jangan bohong pak, kalau tidak, saya akan lapor polisi.”

[Apa-apaan ini, kamu sedang ancam saya?]

“Saya bukan mengancam, saya hanya ingin tau kebenaran. Tolong bapak bicara jujur, kejujuran Bapak sangat berharga untuk saya. Saya janji tidak akan memperkarakan apa pun jika bapak mau jujur.”

[Oke, saya memang pernah melecehkan Dara, kenapa? Mau minta ganti rugi?]

Kelana terkejut dengan dada terasa panas. ‘Jadi Dara dan orang tuannya nggak bohong?’

“Di mana bapak melakukan itu? Berapa kali Bapak melecehkan Dara?” Kelana menahan sesak di dada.

[Di kantor, berapa kalinya saya lupa karena tidak pernah menghitung. Yang jelas saya sudah sering memakai Dara.]

“Kenapa Bapak tega melakukan itu?”

[Jangan hanya salahkan saya, salahkan Dara juga. Suruh siapa dia sering pakai pakaian terbuka saat ke kantor? Dara itu mantan sekretaris saya yang hampir tiap jam ada di samping saya. Jadi wajar kalau saya pakai dia.]

“Apa Dara menerima perlakuan Bapak seperti halnya suka sama suka?”

[Tidak, Dara tidak suka saya karena katanya saya jelek, tua, dan sering memaksa. Dia juga sering marah dan memberontak kalau sedang saya paksa. Bahkan orang tuanya sempat mau memperkarakan saya, tapi bibir mereka semua sudah saya sumpal dengan uang. Dara juga selalu dapat uang saat sudah saya pakai, bahkan saya pernah mengajaknya menikah, tapi dia menolak dengan alasan sudah punya calon suami.]

“Jadi –“

[Sudah dulu, saya sedang sibuk. Jika kamu mau minta uang untuk tanggung jawab pada Dara, kamu tinggal datang ke kantor saya.]

[KLIK!] Telepon diakhiri pihak Angkasa.

Kelana tertegun sambil meremas ponsel dan stir. Ia sudah percaya tentang Kadara yang dilecehkan oleh bosnya, jika yang mengatakan tersangkanya langsung.

Ada rasa sesal di hati Kelana karena tak bisa menjaga wanita yang dicintainya, hingga ia tak tau apa-apa pada dunia kelam yang istrinya jalani tersebut.

“Kenapa? Kenapa kamu menyembunyikan semua ini, Dara? Jika dulu kamu mau jujur, mungkin aku nggak akan merasa dibohongi tentang penyakit kamu.”

“Tapi apa benar penyakit kamu di dapat dari bos kamu? Lalu hubungan kamu dan Adipati itu apa? Hanya pure persahabatan dan kekaguman saja, kah?”

Kelana mulai bingung dengan perasaannya. Ia merasa kasihan pada Kadara karena momen menyakitkan wanitanya yang dilalui sendirian. Apalagi ia sempat marah pada Kadara yang mendadak berhenti bekerja padahal karirnya sedang bagus-bagusnya. Bahkan Kelana pernah menyuruh Kadara untuk mempertahankan pekerjaannya, namun ia baru tahu, ternyata karena itu lah ia berhenti dari pekerjaannya.

Kelana melajukan mobilnya di tengah hati yang semakin bimbang. Ia benar-benar kasihan pada Kadara hingga terbesit untuk menerimanya apa adanya.

Namun di tengah kebingungannya itu, Kelana memelankan laju kendaraannya. Ia melihat mobil yang sangat dikenal sedang melaju di depannya.

“Itu kan mobilnya Adipati.” Kelana sangat hafal mobil sahabatnya itu, bahkan plat nomornya pun sangat ingat.

Kelana menginjak pedal rem saat mobil Adipati berbelok ke halaman restoran. Ia memperhatikan dari kejauhan karena sangat penasaran, Kelana pun melihat Adipati yang keluar dari mobil tak lama kemudian.

“Oh, mungkin Adipati mau makan?” gumam Kelana.

Namun dahi Kelana reflek berkerut saat melihat Adipati membukakan pintu mobil di sebelahnya. Bola mata Kelana pun melebar sempurna saat melihat perempuan yang keluar dari dalam mobil itu.

“Dara?”

Kelana sampai mengucek-ngucek mata saat melihat istri ke duanya yang berjalan di samping Adipati dengan memasang wajah sedih, lantas masuk ke dalam restoran itu.

Kelana tak bisa tinggal diam, ia pun ikut memasukkan mobilnya itu ke halaman restoran, lantas keluar dari mobil untuk melihat kenyataan.

Kelana mengedarkan pandangan untuk melihat isi restoran yang ramai, netranya pun berhasil menangkap Kadara dan Adipati yang sedang duduk berhadapan-hadapan.

“Kenapa kamu ingin kita ketemu, Dara?” tanya Adipati, Kelana pun menguping pembicaraan mereka dengan duduk memunggungi.

“Aku mau kita putus.” Jawaban Kadara membuat jantung Kelana berdebar sakit seperti akan pecah.

“Putus? Kenapa? Apa karena kamu udah menikah dengan Kelana?” tanya Adipati.

“Ya, aku mau serius jadi istri yang baik untuk Mas Kelana.”

“Tapi aku cinta sama kamu, Dara. Aku rela kok kalau harus jadi yang ke dua. Lagian kenapa sih kamu mau-mau aja dijadikan istri ke dua sama Kelana?” Pertanyaan Adipati membuat Kelana meremas tangan.

“Karena aku cinta sama Mas Kelana. Dari dulu aku memang mau serius sama Mas Kelana. Mas Kelana itu laki-laki baik yang selalu menjaga aku. Aku akan terima kalau harus dimadu, aku juga akan berusaha menerima Bening sebagai adik maduku. Aku anggap semua ini balasan karena aku udah khianati dia sama kamu. Sekarang aku cuma mau menata hidup, aku nggak mau main-main lagi.”

"Dara --"

“Udah cukup, cuma itu yang mau aku obrolin. Terima kasih atas kebaikan kamu selama ini. Jujur, aku mau sama kamu karena kamu selalu kasih apa pun yang aku mau. Tapi sekarang, aku udah punya suami dan nggak mungkin lanjutin hubungan kita lagi.”

“Dara, please ... Aku mohon kita jangan putus. Aku nggak mau kehilangan kamu,” mohon Adipati.

“Maaf, Mas. Keputusanku udah bulat, aku mau memperbaiki diri sebagai seorang istri.” Kadara pun pergi.

“Dara!” Adipati mengejar Kadara sampai ke halaman restoran, namun istri Kelana itu tak bisa dikejar karena masuk ke dalam angkot.

“Argh!” Adipati tampak frustrasi sampai menendang kaleng minuman yang ada di kakinya, lantas masuk ke dalam mobil.

Kelana tertawa nyeri, ia sudah merasa kasihan pada Kadara karena dilecehkan bosnya sendiri, namun harus menerima fakta telah dikhianati wanita yang ia cintai sekaligus sahabatnya sendiri.

‘Boleh nggak sih laki-laki nangis?’

Kelana bangkit dari duduknya dengan energi yang terkuras. Selintas ia pun menyesal karena sudah mencari tahu hal yang tak seharusnya ia tahu.

**

**

**

“LENCANG DEPAN, GRAK!”

“LURUSKAN!”

“ISTIRAT DI TEMPAT, GRAK!”

“LANGKAH TEGAK MAJUUUUU, JALAN!”

“TEPUK PRAMUKA!”

PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! PROK! POK! POK! POK! POK!

“Tepuknya tiga belas kali, woy! Kelebihan itu!” seru Bening yang memimpin regu.

“Latihannya udah dulu kali Ning, capek tau!” seru Sabit.

“Iya nih, beli es dulu gih,” ucap yang lain sambil tetap gerak jalan.

“Tapi tim kita harus menang!”

“Ya tapi istirahat dulu!”

“Oke, BERHENTI, GRAK!” seruan Bening itu membuat temannya berhenti berjalan, lantas duduk di atas paping blok dengan mimik lelah.

Bening dan ke 14 temannya sedang melakukan latihan pramuka di depan rumah Kelana. Siswa siswi beratribut pramuka lengkap itu pun memang berinisiatif untuk latihan sendiri sambil ingin tau tempat tinggal Bening.

“Anak-anak, ini es untuk kalian.” Ajeng datang dengan minuman dingin berwarna kuning.

“Bening, ibu itu siapa?” tanya Sabit.

“Itu ibu aku,” jawab Bening yang sedang memainkan tongkat bambu seperti memainkan tongkat mayoret.

“Terima kasih, Bu.” Siswa siswi itu menyerbu es yang dibawa Ajeng.

“Sama-sama, ibu senang kalian mau berteman dengan Bening. Sering-sering main ke sini, ya?” pinta Ajeng.

“SIAP, GRAK!” sahut semua teman Bening.

Bening bahagia melihat kedekatan temannya dengan ibunya itu. Ia pun lega karena bisa memiliki teman padahal statusnya masih anak baru. Namun mereka terlihat nyaman bergaul dengan Bening karena istri Kelana itu sangat ceria dan pandai bergaul.

Bening masih sibuk melempar-lempar tongkat seperti mayoret handal. Namun aktivitasnya itu terhenti saat melihat Kadara keluar dari angkutan umum.

“Mbak Dara dari mana?” gumam Bening, namun ia mengernyit saat melihat Kadara menangis dan berjalan cepat melewatinya.

“Kenapa Mbak Dara nangis?” gumamnya lagi, namun pandangannya jadi tertuju ke arah mobil Kelana yang baru pulang.

“Om Kelana baru pulang, kenapa nggak sekalian pulang sama Mbak Dara?” gumam Bening lagi, namun terkejut saat melihat suaminya keluar dari mobil dengan mata yang merah seperti habis menangis juga.

“Om Kel – eh, Bang Kelana kenapa?” Bening bertanya saat Kelana berjalan ke arahnya.

“Saya nggak kenapa-kenapa,” sahut Kelana.

“Nggak kenapa-napa giman –“ Pertanyaan Bening terhenti saat Kelana memeluknya.

“Bang?” Bening mematung di pelukan Kelana, di tengah Ajeng dan teman Bening yang memperhatikannya juga.

“Abang kenapa?”

Bening mengusap punggung Kelana. Namun alih-alih menjawab pertanyaan istrinya, Kelana malah memeluk Bening semakin erat.

1
Jubed Edah
alur ceritanya sih bagus,hanya untuk tokoh lelakinya kok kurang greget
Yanty Yusuf
Luar biasa
Yuliana Tunru
astaga peran x cuma liat kan jidat x doang..🤣🤣🤣🤣
Retno Harningsih
lanjut
NT.RM
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.RM
aku baru tau loh...
NT.RM
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.RM
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.RM
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.RM
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.RM
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!