Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Nona tolong hentikan, kau tidak bisa melakukan ini.” Lola mengingatkan dengan memegang tangan Azzura dan mencoba menariknya untuk menjauhi Vanesa.
“Tidak Lola lepaskan aku. Asal kau tahu, Wanita inilah yang akan membunuh kita semua nanti.” Ucap Azzura dengan mata yang penuh dendam.
“Nona sadarlah, aku mohon sebelum Tuan melihatnya.” Lola mulai memangis dan terus menarik Azzura.
“Azzura!” Teriak Selir Maya dari kejauhan dan langsung berlari mendekati mereka.
“Azzura lepaskan Vanesa sekarang!” Ucap Selir Maya ketakutan karena Azzura menempelkan pisau dileher Vanesa dan melihat wajah Azzura sudah berbeda. Azzura langsung menatap Selir Maya yang berada dibelakang Vanesa dan sudah ketakutan setengah mati.
“Selir, apa kau membelanya?” Tanya Azzura.
“Aku tidak membela siapa pun. Tapi jika ada terluka diantara kalian maka itu termasuk salah ku juga.” Jelasnya.
“Lalu kau memilih berpihak pada siapa Selir?” Azzura bertanya dengan tatapan yang tajam.
Selir Maya kaget mendengar pertanyaan Azzura dan hanya menatapnya bingung. “Maksud mu?” Selir Maya Kembali bertanya.
Azzura tersenyum sinis dan langsung menarik pisau dari leher Vanesa. “Kakak kau ini kenapa? Aku sudah sangat Lelah kak…” tiba-tiba mimik wajah Azzura berubah drastis menjadi manja.
“Dasar Wanita aneh,” Vanesa langsung mengangkat tangannya dan hendak menampar Azzura. Belum sampai tangan Vanesa menyentuh pipi Azzura tiba-tiba ada teriakan dari belakangnya.
“Hentikan!” teriak Nyonya Elena dengan berjalan mendekati mereka berdua.
Vanesa terkejut dan langsung berbalik. Dia melihat Nyonya Elena datang menghampiri dengan wajah yang sangat marah.
“Beraninya kau menyentuh Putri ku,” Ucapnya dengan emosi.
“Tidak Nyonya, anda salah paham.” Ucap Vanesa ketakutan.
“Salah paham bagaimana, jelas aku melihat kau akan menampar Putri ku Vanesa.” Lanjut Nyonya Elena dengan nada tinggi.
Mereka semua panik dan takut Azzura benar-benar bisa membalikkan situasi dengan baik, sekarang pasti dia yang akan disalahkan.
“Ibu tenang lah, kakak hanya ingin memberi tahu aku bahwa ini sudah malam dan aku masih belum istirahat.” Ucap Azzura membela.
Nyonya Elena melihat sepintas pada Azzura dan langsung mengarahkan tatapannya pada Selir Maya. “Bawa Vanesa kekamarnya Selir Maya,” Perintahnya.
“Baik Nyonya, ayo Vanesa.” Vanesa masih enggan pergi karena tidak mau disalahkan tapi Selir Maya memaksanya pergi dan terus menariknnya.
“Lihat saja nanti Azzura,” batin Vanesa dengan tatapan benci dan dibalas oleh Azzura dengan tatapan yang meremehkan.
“Azzura aku dengar kau membawa bayi seorang budak ke Klinik?” Nyonya Elena langsung bertanya.
“Benar bu, apa ada masalah?” Tanya Azzura lagi.
“Tidak, Tindakan mu benar dan Ayah mu sangat senang. Aku juga mendapat kabar perlakuan Selir Inez dan Vanesa Digerbang. Sungguh mereka tidak tahu diri.” Nyonya Elena yang sudah marah semakin marah lagi Ketika melihat Putrinya akan disakiti.
Azzura hanya tersenyum sesaat dan tidak menjawab apa-apa. “Kembali lah kekamarmu, kau pasti sangat Lelah,” ucap Nyonya Elena yang melihat wajah lelah Putrinya.
“Baik bu,” Azzura pergi bersama Lola dan memberi Hormat.
“Hah, aku sepertinya harus segera menertibkan para Selir dan Anak-anak mereka sebelum Suami ku mengetahui kelakuan mereka lebih jauh.” Ucap Nyonya Elena pada Asisten Pribadinya.
“Anda benar Nyonya,” Ucapnya lembut.
“Ayo kita Kembali kekamar.” Mereka juga pergi meninggalkan Ruang makan.
Vanesa yang diantar oleh Selir Maya menjadi kesal dan marah. “Untuk apa kau mengantar ku Selir?” Ucapnya kasar.
“Aku juga tidak mau mengantarmu jika bukan Nyonya Elena yang menyuruh supaya kau tidak berbuat hal lainnya.” Jawab Selir Maya dengan lebih tegas.
“Dasar muka dua.” Ucap Vanesa mengejek.
“Apa kau bilang? Jaga ucapan mu Vanesa.” Selir Maya yang marah mendengar ejekan Vanesa langsung pergi meninggalkannya karena tidak mau membuat masalah lebih banyak.
Vanesa yang masih kesal memilih masuk kamar untuk beristirahat.
“Anak muda sekarang benar-benar kelewat batas.” Guman Selir Maya dengan berjalan menuju kamarnya.
Sementara Azzura yang sudah sampai dikamarnya dengan Lola memilih langsung merebahkan badan diranjang. “Lola tolong pijat kaki ku sebentar.” Pintanya.
”Baik Nona,“ dengan tersenyum senang Lolamemijat kaki majikannya itu.
Azzura yang sudah mulai mengantuk tiba-tiba mendengar pertanyaan Lola. “Nona, apa boleh aku bertanya?” Ucapnya pelan.
“Hemm…” Tanpa membuka matanya Azzura menjawab.
“Apa kau kerasukan arwah seorang kesatria?” Ucapnya dengan lugu membuat Azzura yang mendengar menjadi tertawa.
“Apa yang kau katakana Lola?” Dengan masih tertawa Azzura bangkit dari tidurnya.
“Maaf, masalahnya kau seperti berbeda dan tadi saat kau mengancam Nona Vanesa sungguh tidak ada ketakutan sama sekali diwajah mu.” Dengan cepat Lola menjelsakan maksud ucapannya.
Azzura Kembali merebahkan badan. “Lola, bukankah ibu sering mengatakan aku akan menjadi seorang Putri Mahkota. Jadi semua sifat lama ku harus ku rubah bukan dan orang-orang itu akan terus menindasku jika aku lemah.” Ucapnya pelan namun masih terdengar oleh Lola.
“Anda benar Nona, jika para Selir dan anak mereka terus mengganggu mu maka mereka akan semakin sombong dan semena-mena. Aku sangat kesal dengan sikap sok berkuasa mereka.” Lola terus mengoceh tanpa jeda sedangkan Azzura sedah terlelap tidur tanpa Lola sadari.
Karena sudah tidak ada tanggapan dari Nonanya Lola mencoba memanggil namun percuma karena Azzura sudah mendengkur halus. Lola melihat Nonanya sudah nyenyak langsung menyelimuti dan keluar dari kamar itu.
Pagi hari mejelang dengan iringan suara burung. Azzura sudah bangun dan sudah membersihkan badan. Dia berencana untuk ketempat pengungsian para budak mencari seseorang.
Lola yang sudah ada didepan pintu melihat Nonanya sudah rapih dan akan pergi langsung bertanya. “Anda mau kemana Nona? Ini belum jam sarapan.” Ucap Lola.
“Aku mau ketenda pengunsi. Kau mau ikut?” ajak Azzura.
“Nona, kita akan berangkat ke Kerajaan Lusa. Dan barang mu masih banyak, apa aku bisa disini saja.” Pinta Lola.
Azzura tersenyum.”Tentu, bebereslah. Aku akan pergi sendiri.” Jawabnya.
“Baik Nona, berhati-hatilah.” Azzura pergi dengan yakin dan anggun.
Dia tidak memakai banyak perhiasan yang berlebihan hanya gaun biasa yang memudahkan nya bergerak diantara kerumunan orang. Sebelum mengarah ke tempat itu Azzura memilih kedapur dan mememinta beberapa potong Roti untuk sekedar dibawanya.
Sesampainya didapur dia sudah melihat Selir Maya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga Cariann dan juga para pengungsi.
“Selir,” Sapa Azzura sopan dan Selir Maya langsung menengok.
“Ah, Azzura. Sedang apa kau pagi-pagi sekali berada didapur?” Tanya nya heran.
“Aku ingin ketenda pengunsi dan menengok mereka, apa bisa aku membewa beberapa potong Roti?” pinta Azzura.
“Tentu,” Selir Maya memanggil pelayan dan menyuruhkan membawakan beberapa potong Roti untuk Azzura.
“Ini,” Selir Maya menyerahkannya.
“Terima Kasih selir,” Azzura yang ingin langsung pergi dengan seorang pelayan yang membantunya namun Selir Maya memanggilnya lagi.
“berhati-hatilah,” Ucap Selir maya mengingatkan.
“Tentu,”
Azzura pergi meninggalkan dapur dan langsung menuju Gerbang Utama.