Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 17. Masa Lalu 2
Setelah kejadian sore itu, Yudi selalu menghindar jika bertemu dengan Priska. Bahkan ia memutuskan untuk tidur di mushola dari pada di rumah sang Kepala Desa.
Jika teman temannya bertanya, maka dia hanya akan menjawab agar bisa lebih tenang mengerjakan laporan. Jawaban Yudi tersebut membuat teman temannya mengerti dan tak lagi bertanya.
3 hari Priska benar benar tidak bertemu dengan Yudi. Gadis itu pun semakin gelisah. Ia berkali kali menanyakan Yudi kepada teman temannya namun jawaban temannya hanya mengatakan Yudi tengah sibuk membuat laporan. Hingga ia tahu bahwa Yudi selama beberapa hari ini berada di mushola.
Akhirnya Priska menemukan cara, ia memasukkan sebuah obat di botol minuman dan akan diberikan kepada Yudi.
" Mas ... Apa kau di dalam?"
" Kau, apa yang kau lakukan di sini. Jangan berbuat macam macam ini tempat ibadah."
" Aku hanya ingin meminta maaf mas. Aku kemarin telah berbuat sembarangan. Ini minumlah."
" Baiklah, jangan berbuat seperti itu lagi."
Tanpa rasa curiga Yudi menerima minuman dari Priska. Priska menarik sudut bibirnya," Berhasil." Gumam gadis itu lirih.
Tidak berselang lama Yudi merasa tubuhnya semakin panas. Padahal daerah itu merupakan daerah dingin. Yudi bahkan membuka jaket tebalnya.
" Ya Allaah ... Panas banget. Huft ... Huft ... Huft ..."
" Kenapa mas."
" Nggak tahu Pris, tapi ini panas banget. Pris ... Apa yang kau masukkan ke minuman itu? Jawab!"
Bukannya menjawab, Priska malah tersenyum nakal sambil membuka kancing baju depannya sehingga benda kenyal itu tampak menantang. Dari rumah tadi Priska sudah sengaja tidak memakai br* nya.
" Ya Allah Priska, kau sudah gila."
" Ya ... Aku gila karena mu mas Yudi."
Yudi segera bangkit dari lari ke luar mushola. Priska menyeringai, ia mengejar Yudi yang sudah limbung. Ia pun berhasil menarik Yudi ke semak semak. Prisa meraih tangan Yudi dan menaruhnya di bukit kenyalnya. Ia menggerakkan tangan pria itu untuk meremas bukit kenyal miliknya. Priska bahkan menarik kepala Yudi dan agar menyesap benda kenyal itu.
Yudi sudah tidak bisa menahan nya lagi. Hasrat yang dipengaruhi obat tersebut semakin membara dengan brutal Yudi menyerang Priska tanpa ampun.
" Ough Mel ..."
Yudi memekik sambil memanggil nama seseorang. Namun priska tidak peduli, yang ia tahu saat ini ia tengah menikmati sesuatu yang sudah ia inginkan. Yudi melakukannya berkali kali hingga ia puas dan berhenti. Priska tersenyum puas saat Yudi ambruk di dada nya. Ia pun membiarkan hal itu hingga seseorang melewati tempat itu. Priska pun pura pura menangis.
" Astagfirullaah neng, kenapa. Ya Allaah, dasar orang kota kurang ajar."
Setelah kejadian itu desa menjadi heboh. Yudi diadili di balai desa, kepala desa ingin melaporkan kejadian itu ke kampus. Yudi sudah pasrah. Namun Priska memberikan sebuah solusi yakni mereka akan menikah. Yudi tadinya tidak setuju, Namun karena mengingat reputasi kampus dan teman temannya akhirnya Yudi setuju dengan solusi tersebut. Namun
Yudi berbisik kepada Priska dengan perkataan yang tajam.
" Aku tetap tidak akan menikahi mu secara resmi. Ingat itu. Dan satu lagi, kamu selamanya tidak akan pernah mendapatkan hatiku."
Priska acuh, yang penting ia sudah mendapatkan apa yang dia mau. Wanita itu tidak peduli dengan status dan apapun yang Yudi katakan.
Dan itulah yang terjadi sampai saat ini. Yudi tidak pernah bisa mencintainya. Dia tidak pernah mendapatkan hati suaminya.
Priska kembali mengingat suaminya. Ia seperti termakan omongannya sendiri.
Duagh ... Duagh ... Duagh ...
" Pris ... Keluar. Mau berapa lama kamu akan mengurung diri di kamar mandi. Keluar kataku!!"
Priska akhirnya bangkit dari dalam bath up dan membersihkan tubuhnya di bawah shower. Tak lama pun wanita itu keluar, tanpa memakai apapun.
Yudi acuh, bahkan ia tidak melirik sedikit pun.
" Segera pakai bajumu. Sudah waktu nya makan malam."
Brak ...
Lagi, lagi dan lagi Yudi meninggalkan Priska sendiri.
" Baiklah jika seperti ini mau mu. Aku akan lihat bagaimana reaksi mu dan calon besan mu itu melihat calon menantunya adalah seorang jal*ng."
Priska menyeringai, rencana yang begitu sempurna itu pasti akan berhasil.
🍀🍀🍀
Radi tengah duduk di sofa sambil memeriksa tugas tugas mahasiswa nya. Sedangkan Hasna sibuk berada di dapur. Ya, gadis itu tengah memasak. Tadi sebelum kembali ke apartemen, Hasna meminta Radi untuk mampir ke market. Ia hendak mengisi kulkas yang kosong melompong itu dengan bahan bahan makanan. Tak lupa ia pun membeli beberapa mie instan dan kopi instan.
Hasna sempat menerima protes dari Radi saat sang dosen tahu Hasna membeli barang barang yang menurutnya tidak perlu.
" Kau membeli ini?"
" Iya pak."
" Has, itu makanan unfaedah."
" Waaah ini nih. Bapak belum pernah kan buat mie instan dikasih cabe rawit plus telur rebus plus kol atau sawi terus dimakannya pas hujan hujan beeeeh nikmat mana lagi yang kau dustakan pak."
" Tidak, saya tidak pernah makan dan tidak akan pernah memakannya."
Hasna membuang nafasnya kasar, selain killer dosennya ini ternyata juga sangat berhati hati dalam memilih makanan.
Hasna yang sedang berkutat di dapur mendapat sebuah lirikan dari Radi. Tiba tiba dosen kaku layaknya kanebo yang sudah mengering itu menarik kedua sudut bibirnya sehingga membuat sebuah lengkungan.
" Cantik."
Sebuah kata yang tidak pernah ia ucapkan tiba tiba lolos dari mulutnya. Padahal saat ini Hasna hanya mengenakan baju rumahan dilengkapi dengan celemek. Rambutnya di gulung sembarangan ke atas. Gadis itu pun memakai bandana agar rambutnya tidak mengenai wajahnya.
Menyadari dirinya diperhatikan Hasna pun berteriak kepada Radi.
" Ada apa pak?"
" Tidak, hanya ingin bertanya apakah sudah matang."
" Ooh ... Bentar dikit lagi."
Hasna kembali sibuk di dapur sedangkan Radi kembali memutar tubuhnya dan memeriksa kertas kertas tugas itu. Namun ia sama sekali tidak bisa mengerjakan apapun. Akhirnya Radi pun memutuskan meletakkan kertas tugas itu di meja. Kemudian ia beranjak menuju dapur dan menarik kursi lalu duduk di sana.
" Apa yang kamu masak ?"
" Oh ini pak, ayam teriyaki, orak arik plus tahu tempe goreng. Eh iya sambel pastinya."
Radi mengangguk, aroma masakan yang dibuat Hasna membuat perut laparnya semakin memberontak.
" Trus itu apa lagi yang belum selesai?"
" Oh ini, saya bikin telor ceplok pak buat di masak balado besok pagi. Sebentar lagi selesai. Bapak makan saja dulu kalau memang sudah lapar."
" Saya akan tunggu kamu."
Hasna mengangguk, masib ada satu telor lagi yang belum Hasna goreng.
" Baiklah, ini yang terakhir ... Auch."
" Kenapa Has?"
Radi seketika berdiri dan mendekat ke arah Hasna. Ia melihat kening Hasna terkena cipratan minyak.
" Tunggu."
Radi langsung mematikan kompor dan menyuruh Hasna untuk duduk. Ia mengambil kain bersih lalu dibasahi dengan air untuk membersihkan cipratan minyak di kening Hasna. Radi pun mengambil obat dan mengoleskannya.
Radi meniup pelan kening gadis itu. Hembusan nafas Radi yang beraroma mint membuat jantung Hasna berdegup kencang.
Ya Allaah, kok aku deg deg an ya. Oh no, pak Radi ganteng banget kalo gini. Ya ampun meleleh gue. Stop Hasna stop, bukan kamu yang harus terpesona duluan tapi dia yang harus terpesona dengan mu dulu.
" Pak Sudah, saya tidak apa apa. Ini adalah hal biasa."
" Baiklah lain kali hati hati. Bila perlu pakai helm kalau lagi goreng goreng sesuatu yang menimbulkan cipratan itu. Biar tidak kena muka."
Hasna hanya melongo mendengar ucapan absrud sang dosen.
" Jangan mangap melulu nanti kemasukan nyamuk. Ayo makan."
Hasna kembali menutup mulutnya. Ia pun berinisiatif mengambilkan nasi untuk Radi. Kembali lagi, Radi terpesona dengan perbuatan sederhana Hasna itu.
" Apakah begini rasanya kalau sudah punya istri bisa selalu dilayani saat makan."
TBC