Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Uji Kemampuan
Kakek dan papanya Dika melihat kebelakang, ternyata sudah ada nenek, mamanya Dika, tante Kiki, om Hafy, Dika, Fino dan Aura yang duduk di kursi depan teras rumah
"Lo kapan semuanya bisa kumpul di sini?, kenapa saya dan kakek tidak tahu"
Semua orang jadi tertawa mendengar kata-kata papanya Dika hingga kali ini mamanya Dika yang bicara
"Itu karena papa dan kakek asyik kali ceritanya hingga kami semua kumpul di sini, papa jadi tidak tahu"
Kakek dan papa jadi saling pandang hingga mereka berdua jadi tertawa karena merasa baru dikerjai oleh keluarganya tapi anggota keluarganya seperti merasa tidak melakukannya hingga akhirnya mereka berdua ikut bergabung dengan keluarga besar mereka di kampung dengan suasana kecerian yang terus terjadi hingga tidak terasa keberadaan Dika dan papa mamanya sudah dua hari di kampung dengan berbagai suasana yang dialami oleh Dika
Saat ini Dika tersenyum sendiri mengingat apa yang dialami Dika selama berada dikampung halaman papanya adalah sesuatu yang memang dia bayangkan sebelumnya. Banyak cewek cewek cantik yang mau saja digoda oleh Dika bahkan akhirnya bisa dia usilin.
"Benar-benar lucu bila mengingat apa yang terjadi"
Dika tertawa sendiri dan dia yakin mereka tidak marah karena yang diusilin adalah perasaan hatinya yang melihat Dika sebagai cowok yang ganteng walaupun akhirnya mereka harus berlari
"Bisa-bisanya mereka semua lari ya"
Dika kembali tertawa kalau mengingat semua karena sudah usil untuk membuat orang-orang berlari seolah olah dikejar seekor anjing , hal itu adalah sesuatu yang mereka tidak tahu kalau mereka di usilin oleh Dika kecuali Aura cerita kepada teman temannya ketika nanti mereka bertemu di sekolah.
Dan hari ini adalah hari kedua Dika dikampung papanya, tepatnya di desa Mawar. Dia tersenyum sendiri sambil berjalan disekitar rumah kakeknya tetapi Dika tertarik dengan banyak bunga mawar dirumah tetangganya.
"Ini kebun bungah mawar atau apa ya?"
Dika bicara dalam hati sambil memperhatikan terus taman bunga milik tetangga kakeknya itu hingga dia bertanya kepada kakeknya yang sedang membaca surat kabar di teras rumah
"Kek,"
"Ya Dika"
"Tetangga kita ini apa ada penghuninya kek?"
"Ada, yang punya rumah namanya Om Atta dan tante Abiya"
Kakek menjelaskan kepada Dika yang menganggukan kepala
"Oh ya Dika ingat, Om Atta punya anak namanya Radinka. Ya kan kek"
"Betul, na......kamu masih ingat dengan anaknya om Atta dan tante Abiya"
"Iya kek, anaknya cantik, kalau yang cantik-cantik Dika ingat kek"
"Wala .......sudah tahu yang cantik cucu kakek ini ya"
Kakek tertawa melihat cucunya yang tersenyum kepadanya
"Kalau itu, Dika normal kan kek karna Dika suka melihat wanita cantik, gadis cantik yang bagai bidadari dari surga"
"Cie kalau cucu kakek bicara soal Bidadari dari surga seperti sudah pernah ke surga saja"
Kakek tertawa melihat Dika sambil menyindir Dika
"Tapi cucu kakek bukan lihat laki-laki yang cantik kan?"
"Iiiiiiih mengerikan, Dika masih normal kek, tidak maulah kakek bicara seperti itu, Dika normal kek"
Dka seperti geli sendiri hingga merasa mengerikan bila du dekati laki-laki cantik
"Amit amit ya kek"
"Iya ya cucu kakek normal"
Kakek merasa lucu dan tertawa mendengar pernyataan cucunya karena berbeda dengan cucunya Fino yang cuek dan bisa dikatakan kurang pergaulan walaupun Fino orangnya rajin bantu papa mamanya diladang sedangkan dengan Dika saat ini sangat berbeda hingga enak untuk diajak bercanda
"Kalau tidak normal, ya....nanti akan kakek belikan make up"
Kakek menahan tertawanya sehingga kelihatan lebaynya.
"Gak mau, Dika tidak mau kalau ke laki-lakian Dika lagi di pertanyakan apalagi Dika laki-laki sejati yang nantinya punya istri-istri yang cantik"
"Wow"
Kakek tepuk tangan mendengarkan kata-kata Dika yang menyatakan siapa dirinya sebagai laki-laki seutuhnya
"Dika itu normal"
"Siapa bilang kamu gak normal Dika"
Kakek tersenyum menyangga kata-kata Dika yang tidak mau dipertanyakan ke laki-lakiannya
"Ternyata usilnya Dika dari papa dan usilnya papa warisan dari kakek ya, pantas saja ya"
Kakek dan Dika tertawa mendengar pernyataan dari Dika hingga dia mengingat usil yang pernah dilakukan oleh dirinya dulu sedangkan Dika berjalan mendekati rumah yang penuh taman bunga itu
"Tapi apa memang rumah om Atta semuanya ditanami bunga mawar ya kek?, karena rumahnya seperti kebun bunga mawar"
Dika heran melihatnya hingga membandingkan dengan rumah kakeknya
"Ya mungkin itu hobi Dika, kalau kamu penasaran, coba saja datang ke rumah itu. Mana tahu bisa jumpa dengan om Atta, tante Abiya dan anaknya yang kata Dika cantik itu"
"Iya juga ya kek, berarti Dika bisa datang kerumah om Atta dan menanyakan langsung"
"Mau jumpa anaknya atau jumpa om Atta?"
"Sekalian kek, Dika bisa jumpa dengan Bidadari di desa ini kek"
Dika tertawa membuat kakeknya tersenyum
"Biasanya sore gini, anaknya om Atta yang bernama Randinka membantu mamanya bersih kan bunga mawar di halaman rumahnya"
"Iya ya kek, kenapa ya hati Dika jadi berbunga-bunga"
"Ala kamu Dika seperti seorang pujangga saja, mau kesana atau tidak?"
"Iya kek"
"Lihat saja sendiri, mereka pasti masih ingat sama Dika
Kakek menjelaskan kepada Dika yang tersenyum sendiri
"Oh iya kek, Dika pergi kesebelah ya kek, restui cucumu yang ganteng ini menemui Bidadari cantik di desa ini"
"Ya ya, kakek restui Dika silahkan saja asal kamu tidak mundur sebelum melangka"
"Yang penting restu dan doa dari kakek akan sangat Dika harapkan"
Dika langsung membuka gerbang rumah kakeknya dengan penuh semangat untuk pergi kerumah om Atta yang penuh dengan bunga mawar. Dika memperhatikan dengan seksama dan mencoba memperhatikan gadis cantik, manis, imut imut dan mempesona Dika yang benar-benar sedang membersihkan taman bunga yang ada
"Assalamu'alaikum"
"Wa alaikum salam"
Kata gadis cantik yang mungkin tebakan Dika pastinya adalah Radinka dan kelihatannya tambah cantik dan sangat mempesona hati Dika yang bergetar ketika melihatnya hingga Dika menyapanya
"Ini Radinka ya"
"Iya benar, kamu ingat Dika ya"
"Radinka masih ingat ya sama saya ya"
Kata Dika sambil tersenyum paling manisnya kepada Radinka dan mencoba senyuman manisnya kepada Radinka namun tidak ada perubahan pada Radinka yang tetap santai ketika melihat senyuman manis Dika tidak seperti para cewek lain kalau Dika sudah tersenyum, bisa dipastikan mereka akan terpesona tapi .......
"Kenapa tidak ngaruh ya"
Dika bicara dalam hati sedangkan Radinka dengan santai menjawab pertanyaan Dika
"Iya Dika, kamu anaknya om Andi sahabatnya papa dan Dika juga masih ingat sama Randinka"
Radinka tersenyum kepada Dika dengan senyum paling manisnya dan sepertinya kali ini Radinka yang tersenyum dengan senyuman sangat manisnya sepertinya Radinka mencoba adakah Dika terpesona dengan senyumannya seperti laki-laki lain pada dirinya tapi sepertinya Dika santai saja dan menjawab kata-kata Radinka dengan tenang
"Iya masih ingat karena wajah Radinka yang cantik ini dan sangat mempesona apalagi melihat senyuman manisnya, wow"
Dika seperti merubah metode dengan kata-kata pujian sambil berusaha tersenyum paling manisnya dan berharap Radinka akan terpesona tapi tidak ngaruh juga
"Dika juga tambah ganteng dan senyumannya manis hampir saja bunga-bunga di taman bunga mama ini mau pindah ke hati Dika kalau tidak di ingatkan untuk selalu jadi bunga di taman"
Dika terkejut mendengar kata-kata pujian Radinka bahkan melihat senyuman manis seperti apa yang dilakukan saat ini seakan-akan mereka saling uji coba kemampuan satu sama lain hingga Dika menjawab pujian dari Radinka
"Senyuman Radinka juga sangat manis membuat hati ini tiba-tiba bergetar dan ingin terbang bersama Bidadari yang cantik ini"
Dika dan Radinka sama-sama berpikir akan kemampuan senyuman manis mereka tidak bisa mampu mempengaruhi mereka satu sama lain hingga sama-sama bicara pelan
"Iya kenapa juga tidak ngaruh sama...."
Dika dan Radinka sama-sama terkejut mendengar ucapan mereka yang bersamaan walaupun pelan tapi sama-sama mereka mendengar kara-kata yang sudah mereka ucapkan hingga Dika duluan bicara dan menyimpulkan
"Maksudnya Radinka juga tersenyum manis yang membuat laki-laki terpesona sehingga berhayal ya"
"Iya, Dika juga sama ya dengan Radinka"
"Apakah kita ini sama ya?, apa mungkin kita jodoh ya"
Dika bicara asal keluar saja tanpa dipikirkan tapi Radinka juga menjawab hal yang sama
"Iya mungkin kita jodoh ya"
Mereka berdua tertawa hingga Radinka mempersilahkan Dika untuk masuk ke rumahnya
"Ayo masuk kerumah Dika, ada mama dan papa didalam"
Iya, apa boleh karena Dika sedikit tidak enak ni"
"Bolehlah, ayolah pasti papa mama senang berjumpa dengan Dika apalagi anak om Andi"
"Iya ya"
"Ayolah masuk, mama papa pasti senang lihat kamu Dika"
Entah kenapa Dika jadi deg-degan bila dikatakan jumpa langsung dengan orang tuanya Radinka
"Ayo masuk"
Radinka memegang tangannya Dika untuk masuk dan jumpa papa mamanya sedangkan Dika sangat terkejut karena Radinka lebih agresif sebagai gadis desa yang biasanya pemalu ini tapi Dika menurut saja hingga sudah berjumpa dengan papa mamanya Radinka
"Ma, pa, ada Dika, anaknya om Andi"
Tiba-tiba hatinya Dika bergetar seolah-olah merasakan sesuatu yang menakutkan ketika akan berjumpa dengan papa mamanya Radinka hingga keringat dingin membajiri tubuh Dika seolah-olah dia susah untuk melangka
"Adu kenapa aku seperti ini?"
"