NovelToon NovelToon
Dipaksa Menikahi Tuan Muda Terbuang

Dipaksa Menikahi Tuan Muda Terbuang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:40.4k
Nilai: 5
Nama Author: PenaBintang

Ruby Lauren dan Dominic Larsen terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan.
Apakah mereka akan berakhir dengan perpisahan? Atau sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suara Yang Tidak Asing

Pagi harinya..

Ruby terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden membelai wajahnya dengan lembut.

"Ternyata sudah pagi, sepertinya aku kurang tidur. Sekarang aku masih mengantuk," gumam Ruby, sambil mengucek matanya.

Ruby lalu menoleh ke samping, melihat Dominic yang masih terlelap di sebelahnya. Wajah pria itu tampak tenang, jauh dari kesan dingin dan keras yang selalu ditunjukkannya di hadapan orang lain. Dominic terlihat seperti seekor kelinci yang sangat nyenyak saat ini.

Tanpa sadar, Ruby tersenyum. Tangannya terulur, menyentuh pipi Dominic dengan lembut sebelum menyusup ke dalam pelukan hangat pria itu. Perlahan, Ruby merapatkan tubuhnya, menikmati rasa aman yang Dominic tawarkan tanpa perlu berkata-kata.

"Tubuh suamiku hangat sekali," gumam Ruby terkekeh.

Ingatan semalam menyeruak di benaknya, membuat pipinya memerah. Setelah sekian lama menikah, akhirnya mereka melangkah ke fase yang lebih intim dalam hubungan mereka.

Ruby tidak bisa menahan senyum bahagia saat memikirkan betapa intens dan hangatnya penyatuan mereka semalam. Dia mengalihkan pandangannya ke perutnya, mengusapnya dengan lembut.

Harapan kecil bersemi di hatinya. "Semoga benih Dominic segera tumbuh menjadi janin di rahimku. Aku tidak sabar ada anak-anak dalam hidup kami, pasti sempurna sekali."

Cukup lama Ruby mendekap tubuh Dominic, kini dia ingin ke kamar mandi. Ruby menatap Dominic lagi, lalu mengecup pipinya sebelum turun dari ranjang.

Saat Ruby mencoba turun dari ranjang itu, rasa nyeri yang menusuk di bagian bawah tubuhnya membuat langkahnya terhenti. Dia mengernyitkan dahi, lalu menyandarkan tubuhnya kembali ke bantal.

Mendadak, ingatan tentang bagaimana Dominic begitu penuh gairah dan tak kenal ampun semalam memenuhi pikirannya. Ruby terkekeh pelan, menyembunyikan wajahnya di bantal.

"Dasar Dominic.. Dia membuatku kesakitan semalam," gumamnya sambil tersenyum geli.

Meskipun rasa sakit itu nyata, perasaan hangat di hatinya jauh lebih mendominasi. Dengan rasa cinta yang meluap, Ruby kembali berbaring di sisi Dominic, menikmati momen kecil kebahagiaan mereka di pagi yang cerah.

"Nanti saja baru ke kamar mandi, aku masih ingin memeluknya," lanjutnya bergumam, lalu memejamkan matanya, menikmati kehangatan tubuh suaminya itu.

**

"Apa kau masih sakit?" tanya Dominic, saat ini mereka sedang sarapan bersama di ruang makan.

Ruby merasa malu untuk menjawab, dia hanya mengulum bibirnya dan memandang ke arah lain.

"Tidak perlu malu seperti itu, aku ini suamimu," kata Dominic, diakhiri dengan kekehan kecil.

Ruby mengangguk. "Ya, aku masih merasa sakit."

Dominic tertawa. "Artinya malam ini belum bisa melakukannya lagi?"

Ruby terlihat terkejut. "Kau ingin melakukannya lagi?"

Dominic mengangguk. "Tentu saja, tidak mungkin hanya satu kali saja bukan?"

"Umm, ya.... Benar, tapi tunggu tidak sakit lagi," jawab Ruby dengan gugup.

"Kapan tidak sakit lagi?" tanya Dominic dengan raut wajah yang jahil.

Ruby melipat bibirnya, kemudian dia menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi jika sudah tidak sakit, aku akan memberitahukannya padamu."

"Aku menantikannya, Ruby," sahut Dominic, tersenyum nakal kepada istrinya.

Ruby semakin merasa salah tingkah dengan senyuman Dominic. Dia menunduk dengan pipi yang memerah.

"Padahal kau yang menggodaku, kenapa sekarang kau yang merasa malu?" Pertanyaan Dominic semakin membuat Ruby ingin menenggelamkan wajahnya ke dalam kolam.

"Ruby, tidak perlu malu-malu," ledek Dominic.

"Hey, hentikan! Jangan terus meledekku!" gerutu Ruby, Dominic langsung tertawa terbahak-bahak.

...****************...

Malam malamnya..

Hujan gerimis menyelimuti halaman belakang mansion keluarga Dominic. Udara dingin menusuk, namun Dominic tampak tak peduli. Dengan langkah tenang, dia berjalan menuju sebuah rumah kecil, tempat dia menyimpan kenangannya.

Dominic membuka pintu rumah kecil itu perlahan. Aroma debu dan kayu tua segera memenuhi hidungnya. Dia berjalan menuju sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sebuah bingkai foto tertata rapi.

Dominic mengambil foto itu dan duduk di kursi kayu yang ada di samping meja. "Elisa," gumamnya dengan suara lembut, "lama sekali kita tidak berbicara, ya?" Dia tersenyum kecil, meski matanya menyiratkan kesedihan. "Hari-hari berlalu, tapi aku masih ingat betapa kita bermimpi untuk hidup bahagia bersama. Tapi takdir berkata lain."

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku ingin kau tahu sesuatu. Aku… Aku sekarang sudah memiliki seseorang. Kau masih ingat bukan? Aku pernah menceritakannya padamu." Wajahnya melembut, matanya menerawang seolah membayangkan sosok Ruby.

“Namanya Ruby. Dia keras kepala, menyebalkan, tapi… dia membuatku merasa hidup lagi. Dia berbeda darimu, tapi aku rasa kau akan menyukainya. Dia punya keberanian yang mengingatkanku pada semangatmu dulu. Elisa, kini aku mencintai Ruby."

Dominic terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan nada yang lebih tegas. "Jadi, kau tidak perlu khawatir, Elisa. Aku bahagia sekarang. Aku hanya ingin kau tahu itu."

Dia memeluk foto itu dengan penuh perasaan, seolah ingin menyampaikan rasa terima kasih dan perpisahan terakhir kepada Elisa. Namun, tanpa disadari Dominic, Ruby berdiri di ambang pintu. Sejak kapan dia ada di sana? Ruby tak tahu pasti. Dia hanya keluar mencari Dominic karena khawatir hujan, namun langkahnya terhenti begitu melihat pemandangan ini.

Ruby menatap Dominic yang begitu tulus mengungkapkan perasaannya pada foto wanita lain. Dadanya terasa sesak. Air matanya menggenang, tapi ia menahan diri agar tidak terisak. "Dia masih mengingatnya… Apa artinya yang kami lakukan semalam?" pikir Ruby, perasaan campur aduk menyelimuti hatinya.

Dia berbalik dengan cepat, melangkah pelan namun tergesa agar tidak menimbulkan suara. Namun, ketika hendak pergi, kakinya menginjak lantai kayu yang berderak pelan. Dominic terkejut, menoleh ke arah pintu, dan melihat bayangan Ruby yang sudah menjauh.

"Ruby?" panggil Dominic, suaranya sedikit serak. Dia segera bangkit dan mengejar istrinya.

Ruby tidak berhenti. Air matanya mulai mengalir, meski hujan menyembunyikan tangisannya. Ketika Dominic berhasil menyusul dan menggenggam lengannya, Ruby memalingkan wajah. "Kenapa kau di sini?" tanyanya lirih.

Dominic menatapnya dengan pandangan penuh kebingungan. "Aku bisa menjelaskan…"

Ruby menggeleng pelan. "Tidak perlu. Aku mengerti. Elisa namanya, kan? Dia adalah bagian dari hidupmu. Aku hanya—" suaranya tercekat, "Aku hanya takut aku tidak bisa bersaing dengan kenangan itu."

Dominic terdiam. Dia menatap Ruby yang tampak terluka, menyadari betapa dalam perasaan wanita itu terhadapnya. Dia menarik Ruby ke dalam pelukannya, memaksa wanita itu menatap matanya.

"Ruby, dengar aku," ucapnya dengan suara tegas. "Elisa adalah masa laluku, tapi kau adalah masa depanku. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Ruby terisak, namun perlahan pelukan Dominic menghangatkan hatinya. Meski bayang-bayang masa lalu masih ada, Dominic kini bertekad untuk menjaga dan mencintai Ruby sepenuhnya.

Dan di malam itu, di bawah hujan yang terus turun, sebuah hubungan mulai menemukan pijakannya kembali. Meski tidak sempurna, cinta mereka mulai menemukan arah yang baru.

"Maaf jika aku datang ke rumah ini tanpa memberitahukannya padamu. Aku hanya ingin mengucapkan perpisahan yang terkahir, mungkin setelah ini aku tidak akan pernah datang lagi," bisik Dominic, namun Ruby hanya diam saja.

Dominic semakin mengeratkan pelukannya. Sedangkan Ruby hanya diam saja dan tidak tahu harus percaya dengan ucapan Dominic atau tidak.

Ketika rasa gundah menggelayuti hati Ruby, tiba-tiba terdengar suara lembut memanggil namanya. Seakan mendapat kekuatan dari suara itu, dia segera menoleh, mencari asal suara tersebut.

Sementara itu tatapan Dominic terlihat begitu tajam ke arah wanita yang memanggil Ruby.

...****************...

1
safana
kenapa gak di mutilasi aja skalian tuh si biang kerok biar tau rasanya mati
safana
harus sabar dom menghadapi ibu hamil karna permintaan nya yang di luar nalarr
safana
kayaknya itu bukan orang tua asli nya masak orang tua tega bunuh anaknya
safana
dom junior akan segera launcing
Tia
lanjut dong 😌
Lia Yanna
Luar biasa
yunidarwanti2
akhir biang kerok dr kekacauan dialami Dom bs trtangkap mreka siap di eksekusi 😁😁
Azril Rahadika
Linjut kk
Tina Andrianny
lanjit kak jngan lama lama update nya
Tia Dwi
lanjut
Ny. Lutolf
Gilak banget keluarga nya itu
Ny. Lutolf
lanjut Cici /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Tia
lanjut dong 😢
Ny. Lutolf
lanjut author kesayangan 😘
Ny. Lutolf
aduh Ruby, suami mu itu seorang mafia loh gausah lebay deh /Drowsy//Drowsy//Drowsy/


baru kali ni aku julid di lapak Cici /Grin//Grin/ maafkan aku yaa author kesayangan 😘
Ny. Lutolf
aduh Ruby kenapa lebay banget sih pake pingsan segala /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ny. Lutolf
lanjut Cici /Rose//Rose/
Ny. Lutolf
lanjut kakak ❤️
Ny. Lutolf
uhhh penasaran siapa deh /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
yunidarwanti2
msh sembunyi Angelic blm nongol buat ngadepin Dominic nya org"sruhan apa hbungn Angelic dg Dom sih🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!