Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Hari ini sesuai rencana, zhafira dan Eric akan pergi ke rumah heru, untuk bertemu dengan ibunya zhafira.
Zhafira tampak senang, karena tidak sabar ingin segera bertemu dengan ibunya.
"Eric, apa kamu akan menggunakan mobil ke sana, " tanya zhafira, yang melihat Eric sedang mengeluarkan mobilnya.
Eric menatap zhafira. "Lebih baik kita menggunakan mobil, karena sekarang cuaca sedang tidak menentu." jawabnya, santai.
Zhafira pun ikut setuju, dengan saran eric yang akan menggunakan mobil.
Mereka pun terlihat sudah siap, dan akan segera berangkat. Eric pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan apartemennya.
Di sepanjang perjalanan, eric dan zhafira saling diam. hanya keheningan, yang ada diantara mereka.
Sampai pada akhirnya zhafira pun membuka suara, untuk mencairkan suasana di antara mereka.
"Terima kasih eric. " Zhafira menatap eric.
"Terima kasih untuk apa? " Eric bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya.
"Terima kasih, karena kamu sudah mau mengantar ku, eric." jawab zhafira tersenyum.
Eric melirik pada zhafira sekilas. "Saya hanya ingin tahu, bagaimana jika mereka melihat kita kesana dalam keadaan yang berbeda, zhafira." ucapnya, yang terdengar mengejek
Zhafira terdiam, apa yang dikatakan eric benar. di rumah itu hanya ibunya saja yang bersikap baik pada dirinya dan eric.
Dapat dia bayangkan, bagaimana sikap kakeknya jika melihat kedatangan mereka dengan penampilan seperti sekarang.
Zhafira menghela nafas. "Maafkan atas sikap keluarga ku, eric. Aku tahu, selama kamu di sana, mereka tidak pernah memperlakukan mu dengan baik." ujar zhafira, pelan.
"Kamu tidak perlu meminta maaf, zhafira. Bukan kamu yang salah, tetapi mereka. Jadi jangan salahkan dirimu lagi."
Zhafira tersenyum tipis, saat mendengar perkataan eric. dia bersyukur jika eric, dapat mengerti terhadap keadaannya.
Kini keadaan di antara mereka tidak canggung lagi. perlahan sikap eric mulai berubah, tidak seperti dulu lagi. meskipun sikapnya eric terkadang, kasar dan lembut.
Beberapa jam kemudian, mobil eric sudah sampai di rumah heru. Dia pun memarkirkan mobil mewahnya, di halaman rumah heru.
Kedatangan mereka, membuat semua orang yang berlalu lalang di sana di buat terkejut.
Apalagi melihat siapa, orang yang turun dari mobil itu, membuat mereka melongo tidak percaya.
Eric hanya tersenyum miring, melihat sikap orang-orang yang terlihat aneh baginya. Namun tidak untuk zhafira, yang sudah terbiasa dengan hal itu.
Mereka pun berjalan menuju rumah dan sebelum masuk, zhafira pun mengetuk pintu terlebih dahulu.
Cklek...
Pintu rumah heru terbuka, terlihat dewi sangat terkejut dan bahagia, saat melihat anak semata wayangnya berada di hadapannya.
"Fira." ucap dewi dengan nada bergetar.
"Ibu.... " Zhafira segera memeluk tubuh wanita, yang selalu menjadi semangatnya selama ini. tak terasa air mata yang dia tahan, kini menetes membasahi pipinya.
"Sayang, kenapa kamu tidak bilang akan datang ke sini. Kalau ibu tahu, mungkin ibu akan menyiapkan makanan kesukaan mu." Dewi melepas pelukannya dan menatap zhafira lekat.
"Tidak apa-apa, bu. Maafkan aku bu, karena baru kesini lagi. Bagaimana keadaan ibu sekarang?" Zhafira memperhatikan penampilan dewi, dari atas sampai bawah.
Dewi tersenyum. "Ibu baik-baik saja sayang." ujarnya memastikan. kini pandangan dewi pun beralih pada eric yang sejak tadi hanya terdiam.
"Nak eric! Apa kabar mu, " tanya dewi lembut.
"Saya baik." jawab eric, singkat.
Dewi pun hanya mengangguk, kini dia pun beralih menatap zhafira yang merasa tidak enak, atas sikap eric pada ibunya.
Di saat suasana menjadi canggung, tiba-tiba saja seseorang menghampiri mereka.
"Siapa yang datang, mbak?" tanya Retno menerobos keluar.
Seketika Retno terdiam mematung, saat melihat kehadiran zhafira dan eric di sana.
Dia pun terkejut, saat melihat penampilan zhafira dan eric yang berbeda.
"Zhafira! Apa ini kamu?" Retno menatap zhafira dari atas sampai bawah. "Tunggu dulu! Mungkin aku salah lihat." Mengucek kedua matanya, memastikan penglihatannya tidak salah.
"Aku memang fira, bi." Zhafira tersenyum.
"Tidak mungkin! Zhafira yang ku kenal tidak seperti ini." selanya tidak percaya. Kini tatapannya beralih pada eric yang menatapnya tajam.
"Apa dia laki-laki gelandang itu?" Menunjuk ke arah eric.
"Retno jaga bicara, mu." Tegur dewi tegas.
Retno memutar bola matanya malas. "Apa yang aku katakan memang benar, kan. Kalau dia itu memang gelandangan." ujarnya tidak mau kalah.
"Dewi! Ada apa di sana?" Terdengar suara heru, yang lantang dari dalam rumah.
Retno tersenyum miring, dia pun segera masuk ke dalam rumah dan menghampiri heru.
Sementara dewi, mempersilahkan zhafira dan eric untuk masuk kedalam rumah.
Bukannya di sambut dengan hangat oleh heru. zhafira dan eric, malah mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari heru.
"Masih berani kamu datang ke sini, fira!" sahut heru ketus.
Zhafira yang hendak salim pun mengurungkannya, karena heru sama sekali tidak mengulurkan tangannya.
"Aku hanya ingin bertemu ibu, kek." ucap zhafira lembut.
Heru tersenyum miring. "Bertemu ! Kamu memang anak durhaka fira. Kemana saja, kamu selama ini. Apakah kamu tidak memikirkan ibu mu." ucapnya memojokkan zhafira.
"Ayah sudah. Fira ke sini, ingin menemui ku. Jadi tolong jangan perlakukan dia seperti ini." sela dewi memohon.
Zhafira mendekati dewi , memberikan ketenangan. "Sudahlah bu tidak apa-apa. Mungkin kakek lupa, jika aku pergi dari sini karena dia yang mengusir ku." ucapnya tenang.
Heru mendengus kesal, saat zhafira mengungkit masa lalu. Dia yang merasa terpojok pun, mempersilahkan zhafira dan eric untuk duduk.
Mereka pun kini berkumpul di ruang tamu dengan keadaan saling terdiam.
"Ibu akan buatkan dulu minum."ucap dewi, memecahkan keheningan. Beranjak dari duduknya.
" Tidak usah bu. Ibu di sini saja, biar aku saja yang buatkan."sela zhafira, menahan tangan dewi.
"Tidak apa-apa, Fira. Kamu dan suami mu, pasti lelah. Jadi tunggu sebentar, biar ibu buatkan dulu minum untuk kita semua."
Zhafira menghela nafas kasar. "Biar Fira bantu ya, bu?" tanyanya memohon.
"Tidak Fira, temani suami mu, ya."
Tanpa mendengar perkataan zhafira, Dewi pun segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.
Kini di ruang tamu kembali terasa hening, hanya terlihat heru dan retno yang sama-sama menatap tajam ke arah zhafira dan eric.
"Kakek...!" seru Kinan heboh, masuk ke dalam rumah bersama dirlan.
Mata Kinan melotot sempurna, saat melihat keberadaan zhafira dan eric di sana.
"Fira!" pekiknya terkejut.
Zhafira pun tersenyum tipis. "Kinan."
"Ada apa, sayang?" Dirlan yang belum menyadari kehadiran zhafira dan eric pun, merasa bingung dengan sikap Kinan.
Mata dirlan pun terbelalak, saat melihat zhafira yang kini bertambah cantik. "Zhafira." ucapnya, terkejut.
Zhafira hanya mengangguk, sementara di sampingnya terlihat eric tidak suka, saat melihat dirlan menatap zhafira.
Eric pun segera memeluk pinggang zhafira posesif, seakan memberikan peringatan jika zhafira hanya miliknya.