Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.
Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.
Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.
Apakah Elara dan Orion mampu m
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Bayangan yang Hidup
Kegelapan menelan segalanya. Elara dan Orion telah jatuh, tubuh mereka kini menjadi bagian dari kenangan yang terlupakan. Pasukan bayaran dari Jaringan Kematian telah meninggalkan mereka di tengah reruntuhan, dan dunia seolah melanjutkan hidupnya tanpa peduli akan apa yang telah hilang. Namun, meskipun tubuh mereka telah tergeletak, darah mereka yang tumpah di tanah berbicara lebih banyak daripada yang terlihat.
Dunia ini tidak akan pernah menjadi sama. Kematian mereka, meskipun kejam dan brutal, mungkin justru menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar. Dan di balik bayang-bayang yang masih hidup, sebuah kekuatan yang lebih besar, lebih tersembunyi, telah mulai bergerak. Tidak ada yang tahu ini—tidak ada yang tahu bahwa ada mereka yang masih ada, yang siap melanjutkan perjalanan yang telah dimulai oleh dua jiwa yang telah terluka.
---
Hari-hari berlalu, dan tanah yang dipenuhi reruntuhan tetap diam, seolah menunggu sesuatu yang tak terlihat. Namun, jauh di bawah tanah, di ruang yang tersembunyi dari dunia luar, sebuah suara mulai terdengar. Sebuah suara yang begitu pelan, namun penuh dengan determinasi.
“Bangun...”
Elara tidak yakin apa yang sedang terjadi. Keadaan sekitar gelap, seolah-olah dia berada dalam hutan belantara yang tak berujung. Dia merasakan tubuhnya sakit, namun tidak tahu dari mana rasa sakit itu berasal. Perlahan, dia membuka matanya, melihat dunia yang kabur, seolah berada di antara dua dunia.
“Bangun!” suara itu semakin keras.
Suara itu terdengar begitu familiar, tetapi Elara tidak bisa mengingat siapa yang memanggilnya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi semuanya terasa kaku dan berat. Ketika matanya sepenuhnya terbuka, dia menyadari bahwa dia tidak berada di reruntuhan kota lagi. Sebaliknya, dia terbaring di sebuah ruangan kecil yang gelap, dengan bau logam yang tajam memenuhi udara.
Di atasnya, wajah seorang wanita muncul. Wajah yang sangat asing, namun ada sesuatu dalam pandangan wanita itu yang membuat Elara merasa tenang, meskipun ketegangan tetap menggantung di udara.
“Apa... apa yang terjadi?” Elara berbisik, suaranya pecah karena kelelahan.
Wanita itu tersenyum, meskipun senyum itu tampak penuh rahasia. “Kau masih hidup. Kau dan temanmu—Orion—telah dibawa ke tempat yang aman.”
“Aman?” Elara merasa bingung. Kenapa dia masih hidup? Bukankah mereka berdua sudah...?
Wanita itu menundukkan kepala dan menatap Elara dengan penuh perhatian. “Kalian berdua adalah bagian dari sebuah eksperimen besar. Kematian kalian tidaklah mengakhiri segalanya. Ada banyak hal yang lebih besar dari apa yang bisa kalian bayangkan, dan kalian berdua adalah bagian dari rencana yang lebih panjang.”
Elara berusaha mencerna kata-kata itu, tetapi kepalanya terasa penuh dengan kebingungannya. “Rencana? Tapi kami—kami sudah...”
“Tidak,” wanita itu memotong. “Kalian tidak mati. Kalian hanya dibawa ke tempat yang lebih dalam, lebih tersembunyi. Dunia ini bukanlah tempat yang kalian pikirkan. Eden hanyalah permulaan.”
Elara merasa tubuhnya terangkat sedikit, dan dia menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat aneh tentang dirinya. Tubuhnya terasa berbeda, lebih kuat, lebih hidup. Ketika dia menatap dirinya sendiri, dia melihat kulitnya yang semula terluka parah kini sembuh dengan cepat. Luka-luka yang sebelumnya menghancurkan tubuhnya kini tampak hilang, seolah-olah waktu telah diputar kembali. Sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi padanya.
“Siapa kau? Apa yang sedang terjadi padaku?” tanyanya dengan suara yang bergetar, mencari jawaban.
Wanita itu menghela napas dan duduk di sampingnya, seolah sudah mempersiapkan diri untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat besar. “Aku adalah bagian dari kelompok yang lebih besar, kelompok yang percaya bahwa dunia harus diubah. Kami adalah yang tersisa dari generasi yang dahulu ingin mengubah Eden, tetapi kami disingkirkan sebelum kami bisa menyelesaikan misi kami. Kami adalah Mata yang Terpejam.”
“Mata yang Terpejam?” Elara mengulang kata-kata itu, mencoba meresapi maknanya.
Wanita itu mengangguk. “Kami adalah mereka yang tahu tentang kebenaran Eden. Kami tahu bahwa eksperimen yang dilakukan di dalamnya adalah bagian dari permainan yang lebih besar—sebuah eksperimen untuk menciptakan dunia baru. Namun, eksperimen itu telah gagal, dan sistem yang ada sekarang berusaha menghancurkan dunia yang ada dengan cara yang lebih kejam.”
Elara merasa hatinya berdebar. “Tapi kami... Orion dan aku... kami mencoba menghentikan itu. Kami berjuang...”
“Dan kalian berdua telah membayar harga yang sangat besar untuk itu. Namun, kami menyelamatkan kalian. Kalian adalah bagian dari perubahan yang akan datang. Kami memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali kalian, untuk memberikan kekuatan yang kalian butuhkan untuk melanjutkan perjuangan ini.”
---
Beberapa hari berlalu, dan Elara merasa semakin kuat. Dia tidak tahu bagaimana atau mengapa dia bisa selamat, tetapi dia tahu satu hal pasti—dunia ini jauh lebih gelap dan penuh ancaman daripada yang pernah dia bayangkan.
Di luar ruangan, dunia tetap gelap. Kota-kota hancur, dan sistem Eden yang dulu kuat kini mulai runtuh. Namun, di balik kehancuran itu, ada kekuatan tersembunyi yang bergerak di bawah permukaan. Mata yang Terpejam adalah kelompok yang siap memulai revolusi, dan Elara kini menjadi bagian dari mereka.
Di suatu malam yang sunyi, Elara berdiri di depan jendela kecil di ruang bawah tanah, menatap dunia yang penuh dengan kegelapan. Dia tahu bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Bahkan, ini baru saja dimulai. Mereka harus melawan sesuatu yang jauh lebih besar daripada Jaringan Kematian, lebih besar daripada Eden.
Dunia ini mungkin sudah hancur, tetapi mereka akan mengubahnya. Elara merasakan api baru menyala dalam dirinya, api yang akan memimpin mereka keluar dari kegelapan dan mengungkap kebenaran yang tersembunyi jauh di dalam tanah.
“Ini belum berakhir,” katanya pelan, suaranya penuh tekad. “Kita akan menghancurkan Eden, dan dunia ini akan tahu kebenarannya.”
Namun, bayangan-bayangan yang mengintai di luar sana masih sangat kuat. Setiap langkah yang mereka ambil akan membawa mereka lebih dekat ke pertempuran yang lebih brutal. Dan meskipun mereka sudah menghidupkan kembali, kematian masih akan menjadi teman yang setia, menunggu untuk menghabisi mereka.
Sebuah pertarungan besar sedang menanti mereka. Akankah mereka berhasil? Itu adalah sebuah teka-teki yang hanya bisa dipecahkan dengan darah, perjuangan, dan kematian yang tiada henti.