NovelToon NovelToon
Pertarungan Tanpa Henti

Pertarungan Tanpa Henti

Status: tamat
Genre:Tamat / Preman
Popularitas:540
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.

Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.

Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalinya Para Pahlawan

Portal bercahaya biru yang mereka masuki terasa seperti terowongan angkasa, dengan putaran cahaya yang tak berujung. Tubuh mereka terasa ringan, hampir seperti melayang di ruang tanpa gravitasi. Namun, suara gemuruh energi di sekitar membuat mereka tetap waspada.

“Gue mulai muak sama portal-portal ini,” keluh Riko sambil mencoba menyeimbangkan tubuhnya di tengah arus energi.

Tatsu tertawa kecil, meski dia sendiri terlihat sedikit pucat. “Santai aja, bro. Anggap aja kita lagi naik roller coaster gratis.”

“Gue lebih suka roller coaster yang ada sabuk pengamannya,” Riko balas dengan nada datar.

Ryo, yang selalu fokus, menatap ke depan dengan serius. “Kita hampir sampai. Bersiaplah untuk pendaratan.”

Dan benar saja, cahaya di depan mereka semakin terang, dan tiba-tiba mereka terhempas ke tanah dengan suara dumph yang cukup keras. Mereka mendarat di atas hamparan rumput hijau di tengah Hutan Bayangan, hutan yang menjadi titik awal perjalanan mereka.

Kebangkitan di Hutan Bayangan

Tatsu adalah yang pertama bangkit, mengeluh sambil memijat punggungnya. “Oke, gue resmi benci teleportasi. Ada yang punya bantal?”

Riko mengusap wajahnya dan melihat sekeliling. “Kita… balik? Ini Hutan Bayangan, kan?”

Ryo mengangguk, memastikan posisi mereka dengan melihat tanda-tanda alam. “Ya. Kita kembali ke dunia kita.”

“Dan kali ini, kita bawa oleh-oleh,” tambah Tatsu sambil mengangkat Kristal Zenthara ke udara. Kristal itu memancarkan cahaya lembut yang terasa hangat dan menenangkan.

“Gue nggak percaya kita berhasil,” gumam Riko, suaranya penuh kelegaan. “Gue pikir kita bakal mati di dalam labirin itu.”

“Gue juga,” sahut Tatsu sambil tertawa. “Tapi kalau mati bareng lo, Riko, gue rasa hidup gue udah cukup memuaskan.”

“Lo mau gue pukul sekarang atau nanti?” balas Riko dengan senyum masam.

Mereka tertawa bersama, sebuah momen yang langka di tengah perjalanan penuh bahaya ini.

Perjalanan Menuju Desa

Mereka memutuskan untuk berjalan menuju desa terdekat, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat mereka berada. Sepanjang perjalanan, mereka bercanda dan mengingat kembali momen-momen aneh di labirin.

“Lo inget nggak, waktu gue harus nangkep air pake ember bocor?” Tatsu tertawa terbahak-bahak. “Gue merasa kayak lagi syuting acara TV bodoh.”

Riko mengangguk. “Dan gue harus menyusun batu dengan urutan yang bener. Sumpah, itu bikin gue stres.”

“Gue kira lo udah stres dari lahir,” sahut Tatsu, membuat Riko mendelik tajam.

“Gue serius, Tas. Kalau lo terus ngomong gitu, gue bakal lempar lo ke jurang.”

“Tapi lo harus ngangkat gue dulu,” Tatsu menyeringai, memamerkan ototnya yang memang cukup kekar.

Ryo hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. “Fokus, kalian. Kita belum selesai.”

“Ya, ya, bos,” jawab Tatsu sambil memberi hormat pura-pura.

Sambutan di Desa

Begitu mereka tiba di gerbang desa, suasana langsung berubah. Penduduk desa, yang sebelumnya cemas dan penuh kekhawatiran, langsung bersorak saat melihat mereka. Anak-anak berlari menghampiri, diikuti para orang tua yang menangis haru.

“Kalian kembali!” teriak seorang ibu tua dengan suara serak.

“Kalian pahlawan kami!” seru yang lain.

Tetua desa, seorang pria dengan janggut panjang dan tongkat kayu tua, mendekati mereka dengan langkah perlahan tapi penuh wibawa. Matanya berkaca-kaca melihat Kristal Zenthara yang dipegang Ryo.

“Anak-anak muda,” kata Tetua itu dengan suara bergetar, “kalian telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Dunia ini berhutang budi pada kalian.”

Tatsu, yang tak pernah bisa serius terlalu lama, menyenggol Riko. “Dengar itu, bro. Kita resmi jadi pahlawan. Mungkin kita bisa minta diskon di warung nanti.”

“Lo bisa serius nggak, sekali aja?” Riko memukul bahu Tatsu, meski tanpa kekuatan.

Ryo menyerahkan Kristal Zenthara kepada Tetua desa dengan hormat. “Kita harus segera membawanya ke Kuil Cahaya. Hanya di sana kristal ini bisa diaktifkan untuk melindungi dunia.”

Tetua mengangguk. “Benar. Besok pagi kita akan memulai perjalanan ke sana. Malam ini, kalian istirahatlah. Kalian layak mendapatkannya.”

Malam Penuh Syukur

Malam itu, desa mengadakan pesta kecil untuk merayakan kembalinya para pahlawan. Mereka duduk di sekitar api unggun, menikmati makanan sederhana tapi lezat yang dimasak oleh penduduk desa.

“Ini enak banget,” ujar Tatsu sambil melahap sepotong daging panggang. “Gue nggak tahu apa ini, tapi gue mau nambah.”

“Itu daging kelinci,” jawab seorang anak kecil yang duduk di dekatnya.

Tatsu berhenti mengunyah sejenak, lalu melanjutkan dengan santai. “Kelinci atau bukan, gue lapar.”

Riko tertawa kecil. “Gue nggak tahu harus kasihan sama lo atau kelincinya.”

Ryo, yang duduk sedikit terpisah, memperhatikan bintang-bintang. Wajahnya tetap serius, meski ada sedikit senyuman di sudut bibirnya.

“Besok, kita mulai lagi,” gumamnya.

“Besok,” ulang Riko dengan anggukan.

Tatsu mengangkat gelas kayunya. “Untuk besok, dan untuk hari ini. Kita bertahan, bro.”

Mereka bersulang dengan air buah sederhana, merasakan kehangatan persahabatan yang tumbuh di antara mereka.

Bersambung di Bab 34.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!