Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
Bangun-bangun tangan ku sudah di pasang infus dan bang Tara duduk di samping ku.
"Akhirnya kamu bangun sayang" ucapnya sambil mengusap pipiku. "Abang panggil dokter dulu" lanjutnya lalu bangkit dan keluar.
Aku melihat sekeliling dan mengingat apa yang terjadi.Tak lama bang Tara kembali bersama dokter dan langsung memeriksa ku.
"Kondisinya sudah baik-baik saja, jangan terlalu capek dan banyak berpikir" beritahu Dokter dan bang Tara hanya mengangguk.
Dokter pun keluar dan sekarang tinggal aku dan bang Tara di ruangan ini.
"Intan itu memang mantan abang, tapi abang gak ada niatan buat balikan sama dia karena sekarang abang sudah punya kamu dan calon anak kita di sini" ucapnya lalu menyentuh perut ku.
"Terus tadi kenapa dia peluk abang? " tanya ku.
"Abang juga kaget, saat abang akan melepaskannya kamu datang" jawab nya.
Aku pun terdiam tak membalas ucapannya lagi.
"Abang memang pernah sangat mencintainya dan bahkan saat dia ninggalin abang, abang pernah berpikir untuk menunggunya. Namun saat abang ketemu kamu dan kamu wanita yang tulus membuat abang bisa dengan cepat mencintai kamu" ujarnya memberitahu ku dan aku hanya menatapnya.
"Abang akan lakukan apa saja asal kamu jangan marah" lanjutnya.
Aku menatap bang Tara sebelum bicara "Aku ingin terlihat pantas ada di samping abang" ucap ku.
Bang Tara pun mengangguk lalu berkata "nanti setelah kamu sehat kamu ajak mbak Melda buat belanja".
Aku pun mengangguk dan tak lama masuk mbak Elisa dan bunda menjenguk ku. Mereka sangat khawatir saat mendengar aku masuk rumah sakit. Selama ada mbak Elisa dan bunda bang Tara pulang untuk mengganti baju karena dia akan temani aku disini. Aku harus di rawat semalam agar bisa istirahat. Bunda menceritakan saat bang Tara dekat dengan Intan semua keluarga tidak setuju karena mereka merasa jika Intan bukan wanita baik-baik dan itu terbukti saat papa memergoki Intan sedang jalan dengan rekan bisnis papa hanya saja papa tidak pernah cerita sama bang Tara karena bang Tara saat itu sangat mencintainya. Setelah bang Tara kembali baru lah bunda dan mbak Elisa pulang. Selama di rumah sakit bang Tara yang temani aku.
Aku pun sudah di perbolehkan pulang dan setelah dua hari istirahat aku menghubungi mbak Melda untuk di temani belanja dan untungnya mbak Melda tidak sedang sibuk.
"Mbak makasih lo udah mau temani aku belanja" ucapku saat kami sedang berjalan masuk ke sebuah mall.
"Apa sih yang engga buat adik ipar mbak" ujarnya sambil bercanda.
"Ah mbak bisa saja" balas ku dan mbak Melda tersenyum.
Namun selama belanja aku benar-benar capek karena mbak Melda bawa aku ke semua toko,hampir di masuki semuanya.
"Mbak" panggil ku.
"Ada apa? " tanya nya melirik ku.
"Udah yu pulang, capek ni lagian sudah banyak belanjaan nya" pinta ku.
"Bentar mbak mau beli dulu baju buat anak mbak"
"Ya sudah aku tunggu di sana saja ya" tunjuk ku ke sebuah resto.
"Oke" jawab nya lalu masuk ke toko dan aku melangkah ke resto itu.
Namun saat baru saja duduk aku langsung di hampiri cewek yang berapa hari aku temui di kantor bang Tara.
Dia duduk di hadapan ku dan aku hanya diam menatapnya.
"Gue heran apa yang buat Kian suka sama lo" ucapnya dengan sinis.
"Aku gak perlu berbuat apa-apa karena dia sendiri yang langsung suka" balas ku.
"Gak mungkin paling cewek kampung kaya lo pakai dukun" ujarnya.
"Mbak percaya gituan? " tanya ku sambil mengangkat sudut bibirku karena aku heran saja cewek kota tapi percaya gituan.
"Ya Iyah lah, paling lo pelet Kian" balasnya.
Aku pun berdiri dan mendekat dan membungkuk lalu berkata "Dengan di ajak ke tempat tidur juga dia langsung nempel".
Intan berbalik menatapku kaget namun aku langsung melangkah pergi namun seorang pelayanan memanggilku.
"Mbak makanannya"
"Buat kamu saja" ucapku lalu pergi dari resto itu.
Namun saat baru keluar aku langsung bertemu mbak Melda.
"Loh kok keluar lagi? " tanya nya.
"Ada bau-bau pelakor" jawab ku saat Intan keluar.
Mbak Melda melihat ke arah Intan dan tersenyum.
"Kamu ini" ujarnya sambil menepuk pundak ku.
"Ayo mbak kita pulang aku ingin cepat-cepat mandi agar bau pelakornya ilang" Mbak Melda makin ngakak mendengar ucapan ku.
Intan dia langsung pergi dengan wajah kesal dan aku hanya tersenyum.
"Kamu ini bisa aja"
"Ya abis dia nuduh aku melet bang Tara coba, kan gak lucu" ujar ku dan mbak Melda kaget.
"Serius kamu? "
"Beneran mbak, aku jawab saja di ajak tidur juga langsung nempel" jawab ku.
Mbak Melda tertawa lagi mungkin dia pikir aku akan kalah. Aku gak akan kalah lagi udah capek ditindas terus kali-kali aku melawan.
Kami pulang dan akhirnya aku makan di rumah saja karena terlanjur kesal tadi. Bunda pun tertawa saat mendengar mbak Melda menceritakan kejadian tadi.
"Bagus sayang jangan lemah biar gak di hina terus. ini baru menantu bunda" pujinya dan aku hanya tersenyum.
Aku senang karena aku di Terima di keluarga bang Tara yang merupakan keluarga terkenal.
"Kamu makan yang banyak" ucap bunda sambil mengusap kepalaku.
"Aku pulang bun" pamit mbak Melda.
"Makasih ya mbak udah temani aku belanja" ucap ku dan mbak Melda hanya tersenyum. Dia pun langsung pulang karena ada urusan yang harus di kerjakan.
Sorenya saat bang Tara pulang dia langsung menghampiriku yang sedang duduk di belakang bersama bunda.
"Kamu gak apa-apa kan? " tanya nya sambil melihat dari atas sampai bawah.
"Kamu kenapa sih bang? " tanya ku heran.
"Tadi Intan hubungi aku jika kamu sudah berantem sama dia" jawab nya.
"Emh.. " sambil duduk kembali.
"Ceritakan! " titah nya.
Aku pun menceritakan semuanya dan bang Tara malah memujiku dan dia senang akhirnya aku berani melawan tidak diam saja seperti di kampung.
"Kan aku punya abang jadi aku berani" ucap ku membuat bang Tara memukul keningku.
"Abang ih" dengan manja.
"khem" bunda menginterupsi ku dan bang Tara yang dar tadii sibuk berdua.
"Eh bunda aku lupa kalau ada bunda" ujar ku dengan kikuk.
"Sana masuk kamar kalau mau romantis-romantisan! " usir bunda dan membuat aku tertawa.
"Bunda iri" ujar bang Tara yang langsung dapat pukulan dari bunda.
Bang Tara pun langsung menarik ku pergi dari sana meninggalkan bunda. Aku hanya menurut saja. Saat sampai di kamar bang Tara membuka bajunya dan masuk ke kamar mandi. Aku langsung menyiapkan bajunya.