Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima Perubahan
Bab 16: Menerima Perubahan
Setelah pertemuannya dengan ayahnya, Rania merasa seperti ada beban yang terangkat dari pundaknya. Meski perasaan antara maaf dan sakit hati masih bercampur, dia tahu bahwa dia perlu menerima kenyataan untuk bisa melangkah maju. Dalam perjalanan hidupnya, Rania selalu percaya bahwa keberanian bukan hanya tentang mengambil langkah besar, tetapi juga tentang bisa menerima hal-hal yang tak bisa diubah.
Keputusan untuk membuka hati pada ayahnya itu juga mempengaruhi cara pandangnya terhadap Bintang dan kafe mereka. Ia merasa bahwa hidup selalu penuh dengan ketidakpastian, tetapi jika mereka terus berdiri teguh pada apa yang mereka percayai, mereka pasti akan bisa melewati apapun. Dengan itu, Rania dan Bintang melanjutkan perjalanan mereka, menjelajahi lebih banyak peluang untuk tumbuh dan berkembang bersama.
---
Hari itu, suasana kafe sangat berbeda.
Di luar, cuaca cerah dengan langit biru yang membentang luas, dan suasana di dalam kafe penuh dengan kebahagiaan. Pelanggan yang datang sudah mulai mengenal kafe mereka lebih dalam, dan tak sedikit yang merasa nyaman berlama-lama di sana. Beberapa pelanggan bahkan mulai mengunjungi kafe secara rutin untuk mengikuti kursus kopi yang diadakan.
Rania dan Bintang tengah sibuk merencanakan acara baru untuk kafe mereka. Kali ini, mereka ingin memperkenalkan sebuah konsep yang lebih interaktif, sebuah program bernama “Kopi dan Cerita” yang mengajak para pelanggan untuk berbagi kisah hidup mereka sambil menikmati kopi.
“Bagaimana kalau kita mengundang orang-orang untuk berbagi cerita tentang pengalaman hidup mereka? Kita bisa membuat acara terbuka dan biarkan mereka bercerita tentang perjalanan pribadi mereka sambil menikmati kopi,” ujar Rania, saat berbicara dengan Bintang di meja belakang kafe.
Bintang mengangguk, matanya berbinar. “Itu ide yang keren, Rania! Bisa jadi cara untuk membawa lebih banyak orang bersama-sama. Selain itu, dengan berbagi cerita, kita bisa lebih memahami satu sama lain.”
“Ya, dan juga, kita bisa lebih mendekatkan diri dengan pelanggan kita. Ini bukan hanya tentang menyajikan kopi, tapi lebih tentang menciptakan hubungan.”
Dengan semangat itu, mereka mulai merencanakan acara pertama “Kopi dan Cerita”. Mereka membuat pengumuman di media sosial dan mulai mengundang orang-orang untuk berbagi kisah hidup mereka, tidak peduli apakah itu cerita tentang cinta, perjuangan, atau kesuksesan yang sederhana. Hasilnya sungguh luar biasa. Setiap minggu, kafe mereka dipenuhi dengan orang-orang yang datang untuk berbagi, terkadang dengan tawa, terkadang dengan air mata.
Namun, di balik kesuksesan acara tersebut, ada perubahan kecil yang mulai terasa di hati Rania. Setiap cerita yang dibagikan di kafe, baik itu cerita tentang kebahagiaan atau kesedihan, membuatnya semakin menyadari betapa pentingnya memiliki ruang untuk mengekspresikan diri. Rania merasa bahwa ini adalah panggilan untuk dirinya, untuk benar-benar membuka hatinya dan berbagi lebih banyak lagi, tidak hanya melalui kopi, tetapi melalui hidupnya.
---
Minggu itu, Rania merencanakan sesuatu yang lebih besar.
Selama ini, dia sering merasakan ada kekosongan dalam dirinya, sebuah rasa ingin tahu yang belum terjawab. Sejak pertemuannya dengan ayahnya, Rania mulai berpikir bahwa ada banyak hal yang masih perlu ia pelajari tentang dirinya. Meskipun kafe mereka berjalan dengan sangat baik, dia merasa ada bagian dari dirinya yang harus diberi ruang untuk berkembang lebih jauh, entah itu dengan menjelajahi dunia, atau mencari pengalaman yang lebih mendalam tentang hidup.
Bintang, yang selalu mendukung keputusan Rania, kini merasa bahwa ia juga harus memberi kesempatan kepada dirinya untuk mengeksplorasi sesuatu yang baru.
“Rania, lo nggak sendirian dalam perjalanan ini. Gue selalu ada di sini, dan gue ingin lo tahu, kita nggak harus takut untuk terus berkembang. Kalau lo merasa butuh waktu untuk diri sendiri, gue mendukung penuh,” kata Bintang, saat mereka berbicara tentang perasaan Rania.
“Gue nggak tahu apa yang gue cari, Bintang. Tapi ada sesuatu yang rasanya harus gue temukan, mungkin di luar kafe ini. Gue merasa seperti ada sebuah ruang kosong dalam hidup gue yang belum terisi,” ujar Rania, dengan tatapan yang serius.
Bintang tersenyum dengan pengertian. “Kadang kita perlu pergi untuk menemukan diri kita sendiri. Gue yakin, apapun yang lo temukan nanti, lo bakal kembali lebih kuat. Kafe ini bukan hanya tentang kita berdua, tapi tentang apa yang kita bisa berikan ke dunia.”
Rania mengangguk pelan, merasa lega bisa berbagi perasaannya. Meskipun perjalanan ini terasa penuh ketidakpastian, ia merasa bahwa ia dan Bintang selalu berada di jalur yang benar, dengan satu sama lain sebagai pendukung.
---
Beberapa bulan setelah itu, Rania memutuskan untuk mengambil perjalanan yang ia idamkan.
Setelah bertahun-tahun fokus pada kafe, ia merasa waktunya untuk menjelajah, untuk mencari jawaban atas perasaan kosong yang ada dalam dirinya. Dengan berat hati, ia memberitahu Bintang tentang keputusannya.
“Bintang, gue pikir ini saatnya. Gue butuh waktu untuk diri sendiri. Gue ingin belajar lebih banyak, bukan cuma tentang kopi atau kafe, tapi tentang dunia dan diri gue sendiri.”
Bintang terlihat terkejut, namun ia bisa melihat bahwa ini adalah keputusan yang sudah lama dipertimbangkan oleh Rania. “Lo tahu, gue nggak bisa melarang lo, kan? Gue tahu lo harus menjalani ini untuk diri lo sendiri. Tapi lo harus tahu, kafe ini dan gue selalu ada untuk lo.”
Rania tersenyum tipis. “Gue akan kembali. Gue nggak tahu berapa lama, tapi gue janji, gue akan kembali dengan cerita baru dan lebih banyak pengalaman.”
---
Perjalanan Rania dimulai dengan langkah pertama ke luar kota. Dia mengunjungi berbagai tempat, bertemu dengan banyak orang, dan menjelajahi budaya yang berbeda. Dalam perjalanan itu, ia menemukan banyak hal yang tidak pernah ia duga. Setiap tempat yang ia kunjungi, setiap cerita yang ia dengar, semakin membuka wawasan dan hati Rania.
Ia mulai menulis jurnal tentang perasaannya, tentang setiap langkah yang ia ambil, dan tentang semua yang ia temui. Setiap malam, di tempat penginapan yang sederhana, Rania menulis dengan tekun, mencurahkan segala pikirannya ke dalam kata-kata.
Di luar, dunia terbentang luas dengan segala keindahannya, dan di dalam dirinya, Rania merasa seperti menemukan potongan-potongan teka-teki yang selama ini hilang. Namun, ia juga menyadari bahwa perjalanan ini bukan tentang menemukan jawaban, tetapi tentang belajar untuk menikmati setiap proses.
---
Beberapa bulan kemudian, Rania kembali ke kota, kembali ke kafe yang penuh dengan kenangan. Ia merasa lebih dewasa dan lebih siap untuk melangkah ke depan, membawa kembali pelajaran hidup yang ia dapatkan selama perjalanan.
“Gue kembali, Bintang,” ujar Rania saat melangkah masuk ke kafe yang kini semakin berkembang.
Bintang menyambutnya dengan senyum hangat. “Selamat datang kembali, Rania. Gue tahu lo pasti punya banyak cerita untuk dibagikan.”
Rania menatap Bintang dengan penuh syukur. “Iya, gue banyak belajar. Dan sekarang, gue siap untuk kembali. Kita akan membuat kafe ini lebih dari yang pernah kita bayangkan.”
Mereka berdua duduk bersama, dan Rania mulai menceritakan petualangannya—tentang semua tempat yang ia kunjungi, orang-orang yang ia temui, dan pelajaran yang ia dapatkan. Bintang mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa bangga dengan perjalanan yang telah dilakukan Rania.
Namun, mereka tahu, ini hanya awal dari babak baru yang penuh kemungkinan.
To be continued...