JANDA BUKAN, SEORANG ISTRI PUN BUKAN!
Ayubi mengira ia adalah seorang Janda ditinggal mati selama 6 tahun ini, ternyata ia bukan lah seorang janda karena suaminya masih hidup.
Sayangnya, suami Ayubi menggunakan identitas dari kembaran suaminya. Suami dari Ayubi menjadi pengganti suami untuk wanita lain selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Lindu Papa.
Enam tahun kemudian...
“Azka! jangan lari-lari, Nak. Adekmu ikut lari!“ Ayubi yang kini sudah dapat melihat berlari mengejar kedua anaknya.
“Ayo Mama! Azka mau cepat-cepat ketemu Papa sama Kakek!“ teriak bocah 6 tahun, dengan wajah tampan dan tubuh tinggi.
Grep!
Ayubi menangkap tubuh kecil putrinya yang berusia 5 tahun lebih, Azkia meronta dalam pelukan ibunya.
“Yepas Mama... Kia mau kejal kakak. Kia mau peyuk Papa... Kia lindu Papa..." Rengek si gadis mungil, tak ingin kalah dari kakaknya untuk sampai di makam.
“Mama gendong, nanti kaki Kia pegel. Siapa yang mau pijitin?“
“Bubu Mae..."
“Bubu Mae lagi hamil besar, nggak bisa pijit adek loh. Kasihan...“
Bocah itu nampak sedang berpikir, saat Azkia berwajah seperti itu seandainya Ayubi pernah melihat wajah Abimanyu pasti ia akan berpikir begitu mirip raut wajah Azkia dengan mendiang suaminya saat ini.
“Kapan Mama kacih adik buat Kia?“
“Enggak ada, kan Papa Kia udah meninggal.“
Raut wajah anak itu menjadi mendung, “Kia mau peyuk Papa duyu ah...“
Azkia melepaskan pegangan Ibunya, bocah itu melanjutkan kembali lari dengan kaki kecilnya untuk menyusul sang kakak.
Seraya mengucapkan salam pada ahli kubur Ayubi pun ikut melanjutkan langkah menuju makam suaminya. Dulu dia Janda bercerai, 6 tahun lalu untuk kedua kalinya Ayubi menjadi Janda ditinggal mati.
“Assalamualaikum Abang, Ayu dan anak-anak datang lagi. Jangan bosen ya Ayu terus datang kesini, abisnya Abang selalu bikin Ayu rindu.“
Ayubi sudah mulai terisak, ia mengusap air matanya dan mulai berdoa membaca surah pendek.
“Kakak bica ndak doa nya kayak Mama?“ tanya bocah kecil itu pada kakaknya.
“Bisa dong!“ Jawab Azka yakin.
Azka mulai membaca surat Al-Ikhlas meski dengan patah-patah. “Qul huw... allāhu aḥad. Allāh... huṣ-ṣamad... Lam yalid wa lam yụlad... Walam yakul lahụ kufuwan aḥad.“
“Aamiin.“ Azkia bagian mengamini, bibir gadis mungil itu tersenyum manis meski hanya bisa mengucap amin.
Ayubi mengelus kepala kedua anaknya, sejak ditinggalkan pergi oleh Abimanyu hanya kedua anak itu obat baginya. Sempat ia terpuruk selama beberapa waktu, saat Abimanyu meninggal karena kecelakaan. Namun adanya Azka saat itu yang masih bayi berusia 2 bulan, membutuhkan nya sebagai Ibu dan orang tua satu-satunya membuat Ayubi tak lama terpuruk dalam kesedihan karena kehilangan.
Apalagi saat dua minggu kemudian ia dikabarkan sedang mengandung anak kedua ketika pemeriksaan untuk persiapan operasi mata, kesedihan pun sedikit demi sedikit mulai pudar meski tak hilang sepenuhnya.
Selama beberapa bulan kehamilan, Ayubi sempat kesulitan karena matanya yang masih belum bisa melihat sebab saat hamil ia tidak bisa melakukan operasi mata. Namun karena sudah mempunyai pengalaman di kehamilan pertama menjadi pacuan wanita itu dalam menjaga kandungan dan semuanya juga tak lepas dari bantuan Bik Mae dan seseorang yang menjadi pelindung Ayubi saat Abimanyu tiada.
Setelah melahirkan Azkia, 2 bulan kemudian Ayubi mendapatkan donor mata dan langsung di operasi.
“Tinggal ke makam Kakek, ayo pamit sama Papa.“ Ujar Ayubi.
“Dadahhh Papah, Kia puyang duyu yahhh. Jangan yupa loh... Papah Abi hayus seling datengin mimpi Kia ya..." Bocah gembul itu mencium nisan Ayahnya.
Azka yang berjongkok di sisi lain makam ikut menciumi nisan Papa sambungnya, “Azka pulang dulu ya Pah, semoga Papa nggak kesepian disana karena kata Mama banyak yang nemenin Papa yaitu para bidadari surga. Tapi Papa jangan terlalu bahagia dengan bidadari surga disana saat menunggu Mama datang, karena Mama sering cemburu sampai Mama menangis saat menyebut nama Papa dalam doanya.“
Degh
Ayubi menatap mata putranya, sejak kapan putranya itu mendengar tangisan kerinduan dirinya pada suaminya saat ia sedang berdoa di setiap selesai sujudnya?
Azka bangun dari jongkoknya, dia menjulurkan kedua tangannya.
“Ayo kita ke makam Kakek, mulai saat ini Azka berjanji akan jaga kedua bidadarinya Papa Abi di dunia. Mama genggam tangan kiri Azka, adek pegang tangan kakak sebelah kanan. Sini..."
Mata Ayubi berkaca-kaca, entah berasal darimana ucapan indah yang keluar dari bibir anaknya itu yang ingin melindungi nya dan sang adik.
Lihatlah, Bang. Putra yang kamu sayangi sejak dia dalam kandungan ku, begitu ingin bertanggung jawab padaku dan adik perempuan nya padahal dia masih berusia 6 tahun. Bangga kan, Abang padanya? Semoga bangga ya, Bang.
“Mama pamit dulu sama Papa kalian ya.“ Ayubi mengecup berulang kali nisan bertuliskan nama Abimanyu Bin Darma Wijayanto. “Abang, Humaira-mu pamit pergi dulu ya. Assalamualaikum ya, Habibi-ku...“
Ketiga orang itu pun pergi ke makam Pak Rahman, kakek dari kedua bocah.
Dari kejauhan, seseorang menangis dalam diam menyaksikan dan juga mendengar ucapan dari ketiga orang yang berada di kuburan dengan namanya.
.
.
Pulang dari makam, Ayubi mengajak kedua putranya pulang. Bik Mae dan penjaga rumah bernama Burhan yang tak lain adalah suami dari Bik Mae menyambut kedatangan ketiga orang itu.
“Bubu!“ Azkia memeluk tubuh Bik Mae yang berperut besar hamil 9 bulan.
“Capek nggak adek?“ tanya Bik Mae.
“Huum, mau pijitin Bubu kakinya.“
“Adek, tadi Mama bilang apa? Bubu Mae lagi hamil, nggak boleh capek-capek pijitin Adek.“
Bibir Azkia manyun, tiba-tiba tubuh gadis kecil itu melayang ke udara.
“Pesawat akan mendarat, Om akan pijitin kaki incessnya Om!“ seseorang mengangkat tubuh Azkia.
Ayubi menatap Candra, teman yang dikatakan Abimanyu sebelum kabar kematian pria itu datang. Candra juga seorang pengacara yang mengurus segala kepemilikan harta-harta yang telah di mahar kan pada Ayubi, termasuk pengacara yang mengurus perceraian Ayubi dan Bram.
“Om Candlaaa!!" pekik bocah itu seraya tertawa. “Kia Kangen auuu!!“
“Om juga kangen! Emmuaahh!“ Pria dewasa yang selama 6 tahun ini selalu berada di samping Ayubi itu mengecup pipi gembul gadis cantik dalam gendongan nya.
“Emuaaaahhhh!“ Azkia membalas kecupan dari Candra.
“Kia pulang dari makam Papa Abi, ya.“
“Iya Om, benal kata Abang Dilan. Linduuu itu beyat, Kia lindu Papa."
Ada binar aneh dalam tatapan Candra pada gadis kecil itu seolah ingin mengatakan sesuatu, namun laki-laki itu akhirnya hanya mampu menghela nafas berat.
Pandangan mata Candra beralih ke arah Ayubi, ada tatapan memuja di dalam matanya seolah ia begitu salut akan perjuangan Ayubi selama mengandung Azkia seraya merawat Azka yang waktu itu masih bayi. Meski ada bantuan dari orang sekitar, seperti dari Bik Mae dan darinya namun hampir secara keseluruhan semuanya Ayubi handle sendirian termasuk usaha bakery milik Ayubi yang kini sudah semakin berkembang.
___
Ada yang berkaca-kaca matanya baca part ini?🤧
sehat" authorku...🤗