Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Menghindar
~ Aza ~
Ia berjalan setengah berlari, seperti orang dikejar rentenir. Melewati orang-orang yang masih hahah-hihih sambil nyanyi bareng. Tak sampai menyapa atau ikut nongkrong bareng, Aza benar-benar jalan lurus tak terganggu apapun. Saking khusyuknya ia berjalan cepat, bayangannya sampai komplain, ngopi dulu ngapak!
Nyamuk yang lagi terbang kesana kemari mencari mangsa pun tak luput ia tabrak tanpa ampun sampai memutuskan untuk pensiun dini. Pokoknya tujuannya malam ini adalah kasur, titik! Dan merebahkan diri, mengusir bayang-bayang kejadian awkward barusan.
Aduhhh, matanya sudah berkhianat, hatinya mulai goyah oleh moment gendong-gendongan tadi. Otaknya sudah ngga beres! Mesti ditidurin...maksudnya di istirahatkan.
"Za! Aza! Bantuin beresin napa...." Yuan memintanya membantu membereskan kerusuhan yang sudah mereka lakukan, mengacak-acak dapur camp demi acara makan-makan ini.
"Aza budeg kali ya?!" omel Yuan yang memanggil beberapa kali namun tak diindahkan Aza, justru semakin jauh Aza berjalan hingga hilang di antara pintu dan sudut bangunan.
"Kenapa sih tuh anak, liat se tan Kongo apa gimana?" tembaknya heran.
"Kenapa?" Nisa yang membawa beberapa tempat kotor ikut kebingungan melihat Yuan sudah ngomel-ngomel sendiri, namun pandangannya sekilas melihat Aza yang berlalu.
"Ngantuk kali, suara lo ngga ke denger, kaya suara hati...." kelakarnya tertawa.
"Ngaco, suara sekeras panggilan malaikat gini ngga kedenger, kebangetan..." omelnya lagi.
***
Aza melepaskan sandal begitu saja dan duduk di kasur lipatnya, menaruh dengan sembarang ponsel miliknya di samping.
"Emhhh...jangan baper Aza!" gelengnya masih terbayang-bayang, wangi maskulinnya itu loh! Hampir kelepasan ngiler! Untung ngga dijilat tuh perwira.
Aza menjatuhkan badannya meringkuk dan segera mengenyahkan Jagat berganti para domba yang main balet, "satu domba...dua domba...tiga domba...." ia juga tak lupa menarik ujung selimut hingga kain hangat itu menutupi seluruh badannya.
~Jagat~
Sebenarnya ia mampu mengejar Aza, tapi dari cara gadis itu pergi dan menghindar, Jagat tak ingin memaksanya untuk saat ini. Terlebih ia masih harus meyakinkan hatinya jika Azalea Kamila memanglah Aza yang itu.
Dibiarkannya Aza yang menjauh dan ditelan pintu, bahkan panggilan temannya yang persis manggilin tukang baso saja tak ia gubris apalagi panggilannya yang mirip panggilan alam.
Ia berkacak pinggang dan mengehkeh gemas mengingat jika benar ternyata Aza adalah Azaleanya. Hingga akhirnya ia pun dilanda penyakit gila berkepanjangan.
\*\*
"Azalea..." Jagat menaruh kedua tangannya menjadi bantalan kepala dan memanggil lirih nama Aza malam itu seraya memandang ke atap, mungkin saat ini atap bolong itu menyerupai wajah Aza yang berhasil membuat lelaki ini senyam-senyum sendiri.
"Harus tanya ibu..." gumamnya lagi, dirasa dengan terlen tang ia tak bisa memejamkan mata, Jagat mengubah posisinya dengan menyamping, namun kembali ia menghembuskan nafasnya, semakin ia mencoba melepaskan semakin pikiran tentang Aza semakin kuat
*Karena aku udah percaya bang J, aku kasih tau rahasia kecil...kalo aku sebenernya calon dokter...bukan perawat*.
*Aza mau praktek keluar negri, Gat. Moso ngga mau ketemu dulu*....
*Salam buat ibu bapaknya mas Jagat, bun*....
*Aku baik-baik aja mas. Makasih banyak buat semua yang udah mas kasih buat aku, rasa sayang mas terlalu besar, saking besarnya sampe bikin aku ngga bisa buat peluk itu semua. Mas jaga kesehatan disana*...Aza menghela nafasnya panjang seakan itu adalah ucapan terakhirnya untuk Angga.
Jagat menggeleng, mengusir ucapan demi ucapan yang mengusik ketenangan.
Aza menggeliat dan keluar dari selimutnya, rupanya akibat menghitung domba otaknya bisa relaks hingga membawanya ke alam mimpi, alhasil pagi ini ia terbangun lebih dulu dari Yuan, Hera dan Nisa. Meski tidak lebih pagi dari dokter Maya dan beberapa perawat lain.
Diliriknya Nisa dan Hera yang masih terlelap padahal sayup-sayup suara lengkingan adzan terdengar dari tempat mereka berjamaah kemarin malam. Tak keras memang mengingat tak adanya pengeras suara yang dipakai.
Aza tersenyum getir, "sorry aku ngga bantuin beresin semalem." gumam Aza. Gadis itu meraih sweter putih dan memakainya, udara pagi cukup dingin untuk kulitnya yang rentan.
Baru saja ia melintasi gorden pembatas, rupanya langkahnya berbarengan dengan masuknya dokter Dimas yang si alnya terlupa memelorotkan handuk di pinggangnya sehingga menampakan bagian pa ha berbulunya di depan Aza.
"Gorillaaa!"
"Ah! Astagfirullah!!"
Teriak mereka bersamaan, dengan Aza yang menutup wajahnya sementara dokter Dimas yang menarik kembali handuk, Yuan...jangan ditanya, ia langsung melotot seketika saat keduanya berteriak menyebabkan kegaduhan. Mimpinya yang sedang bercum buu bersama bidadari seketika pupus tergantikan wajah gorila buah dari teriakan Aza.
"Aza!!!"
"Hahahaha, sorry...sorry ihhhh! Pake dulu lah handuknya, dokter tuh por no...udah tau di camp main pelorot--pelorotin aja!" omel Aza sambil tertawa. Yuan tak kalah tertawa dengan sederet pulau putih di sekitaran bibirnya, "saravvv gorilla, selebat itukah Za?! Mata lo ntar bintitan Za..." tawanya.
"Pagi-pagi udah pada ribut ih! Berisik, pusing tau palaku langsung bangkit dari kubur gini..." omel Hera ikut bangun dengan wajah bantalnya di antara gawang gorden.
"Seneng banget si Aza liat punya saya..." rutuk dokter Dimas menggoda.
"Auto kebelet kawin elu Za." goda Yuan pula.
"Astagfirullah, amit-amit..." Aza langsung pergi dari sana, keluar dari rekan-rekan yang selalu menjadikannya bahan godaan. Nasib bon tot ya begini nih...
Meski Aza masih tertawa-tawa geli saat berjalan menjauh dari sana, mengingat tampilan dokter Dimas, dokter yang terkenal berkharisma itu mendadak persis buto ijo pagi ini, "hadeuhhh astagfirullah, tobat-tobat, godaan calon manten nih ada aja." Gumamnya geli.
Ia langsung berbalik dan mencari tempat sembunyi ketika di depan sana, mendadak muncul sosok Jagat yang berjalan bersama kapten Yuda.
Sungguh ia belum siap, belum siap bertemu Jagat. Malu, wajahnya memerah oh tidak! Mungkin saja semalam Jagat mencium bau keringatnya, melihat wajah mupengnya saat berhadapan tak berjarak dengannya. Ahhh malu!!!
Ia tak cukup sanggup kalo hatinya jedar-jeder tak karuan, atau tangannya yang mendadak berkeringat dingin layaknya orang nungguin sesi wawancara.
Sepertinya Jagat memang bertujuan ke arah tempat beribadah membuat Aza mele nguh berat, demi kesehatan jiwa dan mentalnya, Aza memilih menunda ibadahnya sampai Jagat selesai.
Cukup lama dan bikin pegal, sampai-sampai Aza berjongkok dan bermain usil dengan lidi yang entah dari mana ia temukan. Tangannya telaten membuat garis-garis hingga membentuk nama Azalea persis orang mimpi bo ker, biar ngga apes seharian!
Terdengar suara derap langkah sepatu delta berangsur keluar dari ruangan membuat Aza akhirnya berdiri dan menepuk-nepuk kedua tangannya, lega.
"Dari mana lo kemaren, dipanggilin ngga denger abis ketemu setan budeg?" cibir Yuan menepuk Aza ketika kembali ke kamar memancing bibir maju Aza.
"Abis nyari sinyal, ngabarin keluarga di rumah." jawabnya duduk begitu saja di kasur Yuan, bahkan Aza sudah mendekap bantal milik Yuan, "bau, ngiler ya?!" tuduhnya sewot melempar bantal Yuan memancing Hera menyemburkan air minumnya begitupun Nisa yang tertawa.
"Lagian ngapain lo cium-cium, kekepin gitu, biar nempel?!"
"Ih jijik!" decih Aza bergidik.
"Berhubung kemaren ngga bantuin beresin bekas makan malam. Sekarang bantuin mbak Nitia di dapur tuh...buat masak sarapan, ngga enak sama om-om tentara, kita disini kok ya cuma numpang segalanya tanpa mau bantuin apa-apa....sesuai jadwal, harusnya kan kemaren lo bantuin, berhubung digantiin Nisa, jadi tugas sarapan ini bagian lo..."
"Oke deh. Sorry ya Ca..." ujar Aza pada Nisa.
"Santai aja." balas Nisa.
"Ya udah gihh sana, mbak Nitia udah dari tadi ke dapur...lagian kamu solat lama amat, tidur ya pas sujud?!" tembak Hera dibalas kekehan geli Aza, jika saja Hera tau...habis sudah ia kembali jadi bahan godaan rekan-rekannya lagi.
.
.
.
.
lanjut