Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-26
Pukul 05.30 pagi, Gus Azi memasuki rumah besarnya yang tampak sunyi dan sepi. lelaki itu mengernyitkan keningnya, biasanya Cia jam segini sudah bangun dan berkutat di dapur saat Gus Azi melangkah ke dapur hanya ada Bibi Narsih yang sedang membuat teh jahe panas.
" Bibi Nar. " panggil Gus Azi.
Bibi Narsih tersentak melihat kedatangan majikan nya.
" Astaga! Pak Gazi! bikin kaget saja. " ucap Bibi Nar mengelus dadanya.
" Maaf, dimana Cia? tidak biasanya dia belum bangun? dan itu untuk siapa tehnya? " tanya Gus Azi lagi.
" Oh ini untuk Non Cia, seperti biasa Pak. Non pasti muntah-muntah. " ucap Bibi Narsih.
" Muntah-muntah? Cia sakit Bibi? " tanya Gus Azi tertegun.
" Oh itu emm, iya Pak. makanya saya buatkan Teh jahe. " ucap Bibi Narsih bingung ingin menjelaskan apa soalnya Cia melarang semua orang memberitahu kehamilan nya.
" Biarkan saya yang bawa, Bibi lanjut bekerja saja. " ucap Gus Azi mengambil alih nampan berisi segelas air teh jahe dan air putih hangat.
Gus Azi mulai menaiki anak tangga satu persatu, Bibi Narsih menatap kepergian majikan nya berharap dalam hati.
" Semoga saja Pak Gazi tahu kehamilan Non Cia, kasihan dia. " doa Bibi Narsih.
Baru berdiri di depan kamar, lelaki itu tertegun mendengar suara muntahan, apa sesakit itu sampai terdengar luar pintu?
" Sakit apa kamu Cia? kenapa tidak memberitahu saya. " pikir Gus Azi dalam hati lelaki itu menghela nafas lelah sesaat.
Hendak memutar knop pintu, dari dalam kamar pintu ditarik tampaklah Mbok Narsih.
" Loh Pak Gazi? " seru Mbok Narsih kaget.
" Ada apa dengan Cia? " tanya Gus Azi pada Mbok Narsih.
" Ah, em- No... na sakit, Pak. " jawab Mbok Narsih.
" Sakit apa? kenapa saya tidak diberitahu. " tanya Gus Azi menatap tajam.
" Em, kalau itu Bapak tanya langsung saja pada Mbak Cia, saya tidak berani menjawab. " ucap Mbok Narsih pamit pergi.
Gus Azi menghela nafas lelah, ia melangkah masuk kedalam kamar meletakan nampan ditangan nya. Gus Azi bergegas, menghampiri Cia didalam kamar mandi membantu istrinya itu memegangi rambut nya dan mengelus punggungnya.
" Keluarkan semuanya, biar tidak mual lagi. " ucap Gus Azi.
Beberapa saat Cia mengatur nafasnya merasakan perutnya yang masih seperti diaduk-aduk tapi mualnya mulai berkurang tidak separah diawal. dirasa Cia sudah tidak ingin muntah lagi Gus Azi menggendong tubuh lemas Cia.
Gus Azi membaringkan Cia di kasur, diberikan nya segelas teh jahe panas untuk Cia disambut wanita itu meminum nya setengah gelas lalu Cia memejamkan matanya kembali dalam posisi menyamping otomatis memunggungi Gus Azi.
Gus Azi memperhatikan setiap pergerakan Cia, lelaki itu mengelus surai nya pelan dari arah belakang punggung Cia.
" Ada apa denganmu? selama 2 bulan kita jarang bertemu mungkin baru kemarin saja kita bertemu setelah 2 bulan terakhir. " batin Gus Azi masih menatap lekat.
" Tidak biasanya kau seperti ini, sakit apa kamu Cia? sepertinya ada yang kau sembunyikan dari ku, semua pelayan tidak berani mengatakan nya padaku. " batin Gus Azi lagi.
Beberapa menit, Cia terlelap dalam tidurnya sampailah Cia sedikit mengerang meluruskan persendian nya yang terasa pegal membuat tubuh Gus Azi sedikit bergeser.
" Gus Azi? " panggil Cia lirih.
Cia berpikir, tidak mungkin lelaki itu akan datang kemari. sebuah kemustahilan jika Gus Azi sampai rela pulang kerumah meninggalkan sehari Daliya. Cia seperti bermimpi mendengar suara Gus Azi dan dirinya yang gendong serta lelaki itu mengelus pucuk kepalanya.
" Ya, ada apa Cia? butuh sesuatu hm? " tanya Gus Azi lembut.
" Tidak, kenapa Gus disini? tidak biasanya Gus akan pulang." tanya Cia.
" Emang nya saya tidak boleh kerumah sendiri? " tanya Gus Azi balik.
" Bukan! maksudku, kenapa? apa ada Daliya sudah sadar? " tanya Cia lagi.
Gus Azi sempat menggelengkan kepalanya pelan.
" Ada Mama dan Papa yang menjaga Daliya sementara waktu. " ucap Gus Azi lagi.
" Mama dan Papa? kenapa mereka tidak menghubungi ku kalau mau kemari? " ucap Cia.
" Mama sama Papa mau kasih kita Suprise, tapi kamu sakit apa? " tanya Gus Azi curiga.
" Mama dan Papa kenapa gak disuruh kesini aja? mereka pasti lelah. " ucap Cia mengalihkan pembicaraan.
" Tidak, mereka mengatakan tidak lelah sebab itulah mereka menyuruh saya pulang menemui kamu. " ucap Gus Azi.
" Berarti, kalau tidak ada orang tua Gus Azi. Gus gak akan pulang kan. " ucap Cia telak.
DEG...
Jantung Gus Azi bagaikan di hantam ribuan batu mendengarnya, benar ia baru sadar. kenapa dirinya harus mengucapkan kata-kata seperti itu seolah-olah dirinya terpaksa pulang karena omongan Arinda dan Adam.
" Lebih baik Gus tidak perlu pulang, aku bisa mengurus diriku sendiri disini. " ucap Cia lagi beranjak dari kasur.
" Tidak! bukan seperti itu Cia. kamu jangan salah paham. " sanggah Gus Azi.
" Itu emang kenyataan nya kan? sejak awal Gus tidak ada niatan datang kesini sama sekali sekedar mengirim pesan tidak pernah. aku memang tidak berharap apapun dari rumah tangga tanpa cinta ini, tapi setidaknya hargai lah aku sebagai istrimu juga. "
" Walau aku hanya istri kedua mu, aku juga berhak tahu bagaimana keadaan mu selama disana. 2 bulan Gus! 2 bulan!!! kau tidak pernah mengabariku, sekali saja kau ingat nama ku sepertinya tidak pernah! mungkin kau sudah lupa dengan ku selama itu. "
" Kalau Mama dan Papa tidak ada kau benar-benar menganggap ku seperti Abu yang hangus tanpa tersisa seperti itulah diriku bagi mu Gus!! " ucap Cia emosi.
Tidak segan-segan wanita itu menunjuk-nunjuk suaminya yang lebih tua dihadapannya, persetan dengan status diantara mereka, Cia sudah cukup muak dirinya seperti tidak punya harga diri dihadapan Gus Azi.
Gus Azi hanya diam, lelaki itu tidak membantah atau menampakan wajah kesal dan marah nya tidak! karena memang Gus Azi tahu kesalahan nya sangat fatal. lelaki itu tidak bermaksud mengabaikan atau melupakan kehadiran Cia dirinya terlalu sibuk dirumah sakit menjaga Daliya selama 24 jam penuh.
Makan dan tidur, sudah tidak dia pedulikan lagi, yang dipikiran nya hanya kesembuhan Daliya dan agar istri tercinta nya cepat sadar.
" Dengar dulu Cia! saya tidak bermaksud melakukan semua itu padamu. saya tidak benar-benar melupakan kamu, saya hanya terlalu fokus menjaga Daliya. " ucap Gus Azi membela diri.
" Apa kau cemburu saya merawat Daliya? dia istri saya juga, istri yang saya cintai dan saya sayangi. saya tidak mungkin meninggalkan nya dalam keadaan apapun itu. " sambung Gus Azi.
" Aku tidak cemburu pada Daliya Gus! ak-aku... " ucap Cia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya seiring air matanya yang mengalir di pelupuk matanya.
Mata Cia sudah memanas sejak tadi, dirinya tidak sanggup melanjutkan kata-kata yang sudah menumpuk dalam hatinya sekian lama, ia hanya merasa kenapa disaat seperti ini Gus Azi baru datang? disaat Cia mencoba untuk melupakan perasaan nya yang mulai jatuh kedalam hati Gus Azi tiba-tiba lelaki itu datang dan memberikan perhatian manisnya yang tiba-tiba.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,