Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Ritual Terakhir
Malam udah semakin larut, tapi Lila dan Rina nggak bisa tenang. Di tangan mereka sekarang ada bahan-bahan yang dikasih sama paranormal tadi, lengkap dengan petunjuk buat ritual yang bakal jadi harapan terakhir mereka. Rina keliatan pucat, matanya ngerasa berat ngeliat lilin-lilin kecil yang sekarang menerangi meja kosan mereka.
“Lil, lo yakin mau lakuin ini sekarang?” Rina bertanya dengan suara pelan. Ada keraguan jelas di matanya. "Gila, gue nggak sanggup bayangin kalau kita gagal."
Lila, yang duduk berhadapan sama Rina, ngambil napas panjang. Meski dia juga takut setengah mati, dia tau mereka nggak punya pilihan lain. “Kalau nggak sekarang, kapan lagi? Kita nggak bisa kabur dari ini terus. Lo tau kan apa yang paranormal tadi bilang? Kalau kita nggak selesain ini, mereka bakal datang lebih kuat.”
Rina menunduk, tangannya gemetaran ngambil sebatang lilin dan nyalain sumbunya. “Oke. Tapi gue bener-bener nggak yakin. Kita baru aja ngadepin hal-hal gila, dan sekarang kita disuruh manggil lagi makhluk-makhluk itu?!”
“Justru biar mereka berhenti, Rin. Kita mau nutup semua ini.” Lila berdiri dan mulai menata semua barang-barang di lantai kamar kos. Lilin, cermin kecil, dan beberapa bunga yang diberikan oleh paranormal mereka susun melingkar. Semua elemen udah siap, tapi rasa takut nggak bisa disembunyikan lagi.
Ritual ini harus mereka lakuin di kamar kosan mereka, tempat di mana semuanya dimulai. "Tempat ini jadi portal," begitu kata paranormal itu. Jadi, mereka harus menutupnya dari sini juga.
“Siap, Rin?” tanya Lila, matanya tajam ngelihat temannya.
Rina mengangguk pelan meski hatinya masih deg-degan. “Y-ya, siap. Gue ikut lo, Lil.”
Lila mulai membaca mantra yang udah dicatat oleh paranormal itu. Suara Lila gemetar, tapi dia berusaha tetap tegar. Semakin dia baca, ruangan terasa semakin dingin. Udara di sekitar mereka makin berat, seolah-olah ada sesuatu yang bergerak dalam bayang-bayang.
“Lil... lo ngerasain ini kan?” suara Rina mulai panik lagi. Dia bisa ngerasain kehadiran sesuatu yang nggak kasatmata.
“Tenang, Rin. Terusin aja mantranya,” Lila mencoba menjaga ketenangannya, meski dia sendiri mulai ngerasa nggak nyaman. Bayangan di sekitar kamar mulai bergerak, seolah-olah ada sesuatu yang berusaha merangsek keluar.
Lila semakin keras membaca mantra itu. Lilin di tengah ruangan tiba-tiba padam satu persatu, dan suasana berubah jadi semakin gelap. Tiba-tiba, pintu kamar mereka berderit pelan, dan sosok bayangan mulai muncul di sudut-sudut ruangan.
“Anjir, Lil! Gue nggak bisa nih, mereka beneran muncul!” Rina panik total. Suaranya gemetar parah. Sosok-sosok itu mulai mendekat, lebih jelas daripada sebelumnya.
“Jangan berhenti, Rin! Terusin aja!” Lila teriak, meski dadanya sendiri terasa semakin sesak. Sosok-sosok itu semakin dekat, wajah mereka samar, tapi jelas-jelas bukan manusia.
Bayangan-bayangan itu mendekat dengan cepat, seolah-olah mereka marah karena diganggu. Udara di kamar semakin dingin, dan suara gemerisik mengerikan memenuhi ruangan.
Rina mulai menangis. "Lil, gue nggak bisa! Mereka udah terlalu dekat!" Suaranya pecah, ketakutan yang nggak bisa lagi ditahan.
Lila nggak punya pilihan lain. Dia langsung berdiri dan mengambil bunga yang disiapkan, melemparkannya ke pusat lingkaran sambil teriak menyelesaikan mantranya. "Pergilah! Kembali ke tempat kalian berasal!"
Tiba-tiba, semua suara berhenti. Udara yang tadinya dingin berubah jadi hangat, dan bayangan-bayangan itu mulai memudar, seolah ditarik kembali ke kegelapan dari mana mereka datang.
Lila dan Rina berdiri terdiam. Kamar mereka kembali sunyi. Semua bayangan itu udah hilang.
"Lil... udah selesai?" Rina berbisik, masih gemetar, nggak percaya sama apa yang baru aja mereka lewatin.
Lila mengangguk pelan, masih sulit percaya juga. "Iya... kayaknya udah."
Mereka berdua saling pandang, napas mereka berat dan jantung masih berdegup kencang. Tapi, untuk pertama kalinya, mereka merasakan ketenangan.
"Tapi... gue masih nggak ngerti," Rina berkata setelah beberapa detik terdiam. "Apa ini beneran selesai? Apa mereka bakal balik lagi?"
Lila duduk di lantai, lelah. "Gue nggak tau, Rin. Tapi kita udah lakuin semua yang paranormal itu bilang. Kalau mereka masih muncul lagi, kita harus siap."
Rina mengangguk, meski ketakutan masih tersisa. Tapi malam ini, mereka merasa lebih lega. Setidaknya, untuk sementara, teror itu berhenti.
Tapi, di balik semua kelegaan itu, Lila masih menyimpan satu keraguan. Apakah bener-bener udah selesai? Atau ini cuma jeda sebelum sesuatu yang lebih besar datang?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf yah guys lama upload nya. Soalnya lagi sibukkkk