Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.
Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.
Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Malam yang sunyi di kota terasa lebih gelap dari biasanya. Kilatan petir sesekali menerangi langit yang berawan, memberikan tanda akan turunnya hujan lebat. Di dalam sebuah mobil sedan warna hitam Elina duduk sambil termenung menatap keluar jendela.
Mobil terus melaju sampai pada sebuah hotel yang tidak jauh dari bar.
“Daniel, kenapa kita berhenti disini?” Tanya Elina penasaran.
“Tuan Adrian ada di dalam.” Jawab Daniel singkat seperti biasany
“Apa yang sebenarnya terjadi Daniel?” Tanya Elina lagi
“Tuan Adrian di jebak oleh nona Valeria” ucap Daniel
“Di jebak?”
“A-apa maksudmu dijebak Daniel” tanya Elina terkejut dengan perkataan Daniel
“Nanti saja Nona tau” ucap Daniel singkat dan menuntun Elina ke kamar tempat Adrian berada
Langkah Kaki Daniel seolah olah menandakan sesuatu yanh sangat buruk telah terjadi. Elina bahkan barus berlari kecil untuk mengikuti langkah kaki Daniel.
Sampai pada akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang bertuliskan President Suite.
“Nona silahkan masuk” ucap Daniel
“K-kau tidak ikut Daniel” tanya Elina
“Tidak, Tuan hanya memerlukan Nona Elina” ucap Daniel dan berlalu pergi.
Elina kemudian masuk kedalam kamar, di dalam kamar tercium bau aroma parfum yang sama saat ia dulu akan membersihkan kamar VIP di hotel tempatnya dulu bekerja, seketika dia teringat kenangan saat ia bekerja dulu.
Namun lamunan Elina pecah saat mendengar suara erangan dari dalam kamar itu.
“Eghhh..panas sekaliii”
Elina bergegas menghampiri suara itu
“T-tuan Adrian, apa yang terjadi” ucap Elina mulai merasa cemas ketika melihat Adrian dengan kondisi berantakan dan wajah yang terlihat pucat
“P-panasss” ucap Adrian singkat.
“Tuan Adrian sadarlah i-ini aku Elina” ucap Elina mencoba menyadarkan Adrian
“Elinaaa” ucap Adrian lirih seolah sedang menahan sesuatu dalam dirinya
“A-aku membutuhkanmu” ucap Adrian sambil menggenggam erat tangan Elina dan menariknya sedikit kasar kedalam pelukannya.
Elina merasa kaget saat tiba tiba tangannya di tarik kedalam pelukan Adrian dan kini Elina berada di bawah kungkungan Adrian.
“Tu-tuan Adrian” ucap Elina gugup
“Jangan memanggilku Tuan.. honeyy” ucap Adrian memandang wajah Elina begitu dalam meskipun terpengaruh obat perangsang yang diberikan Valeria dia tetap berusaha sadar.
“Kau sungguh sangat seks* honeyy” ucap Adrian menggoda Elina
“Tu-tuan Adrian, Apa yang…” belum selesai Elina mengatakan sesuatu bibirnya sudah dibungkam oleh Adrian dengan ciuman yang sangat panas dan menuntut.
“Kau milikku malam ini” ucap Adrian di sela ciuman panas mereka.
Elina hanya pasrah dengan tindakan Adrian, dia memang tidak terlalu mengerti akan hal hal dewasa tapi Elina tau bahwa saat ini Adrian di bawah pengaruh obat perangs*ng, dan dia hanya melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang istri meskipun hanya istri dalam kontrak.
Flashback kejadian di Bar
Malam itu seharusnya menjadi undangan biasa, hanya untuk menjaga hubungan diplomatis dengan mantan tunangannya atau tunangan yang dipaksakan orang tuanya, Valeria. Namun, Adrian mulai merasa ada sesuatu yang salah ketika dia meneguk habis minuman yang ditawarkan Valeria. Cairan itu terasa lebih panas dari biasanya, membuat tenggorokannya kering, dan tiba-tiba, seluruh tubuhnya terasa panas. Valeria terus tersenyum licik, mengetahui bahwa rencananya berjalan sesuai harapan.
Kekacauan terjadi pada Larry yang diadakan oleh Valeria akibat ulah Valeria.
Saat Adrian ingin mengejar Elina, ia tiba tiba merasakan badannya yang terasa panas dan penglihatannya mulai kabur.
"Adrian, kau baik-baik saja?" tanya Valeria dengan nada penuh kepura-puraan, sementara tangannya merayap perlahan di lengan Adrian.
Adrian berusaha untuk tetap tenang, tapi dia merasakan detak jantungnya semakin cepat. Pikirannya kabur, dan tubuhnya mulai merespons efek dari obat yang diberikan Valeria. Panas di tubuhnya semakin meningkat, dan dorongan naluriah untuk mendekati Valeria mulai menguasai pikirannya.
Valeria, menyadari bahwa Adrian berada di bawah pengaruh obat yang ia campurkan dalam minuman, mendekat lebih jauh. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan emas baginya untuk menghancurkan reputasi Adrian sekaligus menguasai hatinya kembali.
"Aku selalu tahu bahwa kau tak pernah benar-benar bisa melupakan aku, Adrian," bisik Valeria di telinga Adrian, membuat pria itu semakin terjerat dalam perangkapnya.
Namun, di tengah kepalanya yang berkabut dan gairah yang semakin membara, Adrian masih berusaha untuk melawan. Sebagian kecil dari dirinya tahu bahwa apa yang terjadi saat ini bukan keinginannya. Dia mulai menggenggam meja, berusaha menjaga kontrol atas pikirannya yang terus memudar.
Di saat yang kritis, pintu bar terbuka lebar dan Daniel muncul dengan langkah cepat, menatap langsung ke arah Adrian dan Valeria. "Tuan Adrian,," suara Daniel tegas, mengabaikan tatapan sinis dari Valeria.
Daniel melihat perubahan aneh dalam sikap Adrian—mata pria itu berkilat, penuh dengan gairah yang tidak biasa. Daniel segera tahu bahwa ada sesuatu yang salah, dan dia tidak akan membiarkan Adrian jatuh dalam perangkap Valeria. Tanpa berpikir panjang, Daniel menarik Adrian dari tempat duduknya dengan paksa, meskipun Adrian tampak ragu-ragu dan hampir tak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri.
"Daniel, lepaskan aku," Adrian berkata dengan suara yang serak, tetapi Daniel tidak bergeming. Ia tahu bahwa jika Adrian tetap di sini lebih lama, segalanya akan berakhir buruk. Valeria hanya tertawa kecil, menikmati pemandangan kekacauan yang ia ciptakan.
"Tunggu, kau mau membawa Adrian kemana?" Valeria menyeringai, mencoba menghalangi mereka berdua. Namun, Daniel terlalu cepat untuknya. Ia membawa Adrian keluar dari bar dan segera menuju mobil yang sudah terparkir di luar.
Saat di dalam mobil, Daniel melirik Adrian yang duduk di sampingnya, masih berkeringat dan terlihat tidak stabil. Daniel tahu bahwa ini lebih dari sekadar pbat perangsang biasa. Valeria telah menjebak Adrian dengan cara yang sangat licik. Tapi, yang terpenting sekarang adalah membawa Adrian menjauh dari Valeria.
Daniel dengan sigap membawa Adrian ke hotel terdekat, memberikannya waktu untuk pulih. Setelah memastikan Adrian dalam kondisi aman, Daniel pun terpikirkan seseorang dan ya Daniel bergegas untuk mencari Elina. Dia tahu bahwa hanya kehadiran Elina yang mungkin bisa membantu Adrian menghilangkan pengaruh obat itu.
Di taman belakang hotel, di bawah langit yang semakin mendung, Elina terlihat duduk sendirian di atas bangku, menikmati sejenak ketenangan malam.
Namun, pikirannya penuh dengan banyaknya masalah yang menghampiri nya dan tak satupun selesai, Elina merasa bersalah pada dirinya sendiri dan bersalah pada neneknya.
“Maafkan Elina nek, Elina tak bisa berbuat apa apa” ucap Elina lirih
Sejak beberapa hari terakhir, hubungan mereka terasa semakin rumit, banyak kejadian kejadian yang membuat Elina merasa sudah tak sanggup lagi.
Langkah kaki cepat mendekat, dan Elina mendongak untuk melihat terbut itu Daniel yang tampak terburu-buru menghampirinya.
"Nona Elina," kata Daniel dengan nada mendesak,
“Tuan Adrian membutuhkanmu sekarang."
Elina seketika merasa cemas? Apa yang terjadi? Apakah dia terluka?" tanyanya dengan suara yang gemetar.
"Tidak.... Kau harus ikut denganku, sekarang," jawab Daniel tanpa menjelaskan lebih jauh.
Dengan hati yang penuh kecemasan, Elina mengikuti Daniel menaiki mobil dan menuju tempat Adrian berada saat ini.
Elina terkejut ketika mereka berhenti di sebuah hotel yang tidak jauh dari Bar, Begitu sampai di depan pintu kamar Adrian, Elina menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran tentang kondisi Adrian.
Kembali ke Elina
Setelah ciuman panas itu Elina memanggil nama Adrian dengan sangat lembut
"Adrian?" Ucap Elina, dengan sangat lembut.
Adrian mengangkat wajahnya, menatap Elina dalam-dalam. "Aku... aku hampir membuat kesalahan besar," suaranya serak dan lemah.
Elina merasakan dadanya berdenyut kencang. "Apa yang terjadi?" tanyanya, meskipun dalam hati ia sudah bisa menebak bahwa Valeria pasti terlibat.
Adrian tidak menjawab, hanya mengulurkan tangannya dan membelai wajah Elina. Ketika Elina berada cukup dekat, Adrian memeluk Elina dan mencium aroma lembut dari tubuhnya yang membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Namun, sisa-sisa pengaruh obat itu masih mengalir dalam darahnya, membuat Adrian tidak sepenuhnya bisa mengontrol dirinya.
Elina merasakan tangan Adrian yang semakin erat di tubuhnya, dan sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, Adrian kembali menempelkan bibirnya pada bibir Elina. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi segera berubah menjadi penuh gairah. Elina tersentak, tapi ia tidak bisa mengingkari bahwa hatinya juga merespons ciuman tersebut. Desahannya yang lembut terdengar di antara hembusan napas mereka.
Adrian memeluknya erat, memimpin ciuman itu dengan penuh intensitas. Elina, yang awalnya terkejut, mulai membalas ciuman Adrian dengan rasa yang bercampur—antara kekhawatiran, dan juga gairah dalam tubuhnya yang tidak bisa ia tolak.
Desahan nikmat terlepas dari bibir Elina saat tangan Adrian mulai mengeksplorasi tubuhnya dengan lembut tapi penuh keinginan.
“Aghh” desah Elina ketika Adrian memainkan bola kecil pada gunung kembar miliknya
Mereka tenggelam dalam momen yang seolah tak bisa dihentikan. Semua kecemasan, kekhawatiran, dan rintangan yang pernah ada di antara mereka larut dalam sentuhan dan keintiman yang terasa begitu alami.
Adrian, meski masih dalam pengaruh obat, merasakan sesuatu yang berbeda kali ini. Bukan sekadar dorongan fisik, melainkan ada rasa yang lebih dalam yang mengikatnya pada Elina.
“Aghhh… s-sakit Tuan” desah Elina menahan sakit ketika sesuatu mencoba menerobos kedalam dirinya
“Ughh sempit sekali” ucap Adrian menahan rasa nikmat yang baru pertama kali ia rasakan
ahhh…
Desahan mereka bersatu, memenuhi ruangan dengan kehangatan yang tak terelakkan. Mereka berdua tahu bahwa malam itu adalah awal dari sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan kontrak yang mereka sepakati.
Malam itu, di antara hembusan napas yang tersengal dan desahan penuh gairah, mereka memadu kasih dengan seluruh perasaan yang terpendam selama ini. Gairah yang mereka rasakan tidak hanya berasal dari fisik, tetapi juga dari hati yang mulai menyadari betapa dalamnya perasaan mereka satu sama lain.