NovelToon NovelToon
Jodoh Untuk Kakak

Jodoh Untuk Kakak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: veraya

Ketika adik-adiknya sudah memiliki jodoh masing-masing, Ara masih diam tanpa progres. Beberapa calon sudah di depan mata, namun Ara masih trauma dengan masa lalu. Kehadiran beberapa orang dalam hidupnya membuat Ara harus memilih. Teman lama atau teman baru? Adik-adik dan keluarganya atau jalan yang dia pilih sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 : Pena

     Devin bangkit dari kursi sambil meninggalkan beberapa uang tip untuk karyawan desain favoritnya. Hari ini percetakan terlihat lebih sepi dari biasanya.

     “Aduuh, Bang. Jangan di sini lah. Saya malu kalau ketahuan temen yang lain.”

     “Halah, langsung sembunyiin aja di bawah keyboard. Aku suka desainmu.”

     “Bang Devin lebih jago, ngapain minta desain ke saya. Kalau saja Bang Devin mau ambil alih percetakan ini, bisa langsung jadi pimpinan.”

     “Males. Nggak ada waktu.”

     Devin meninggalkan karyawan itu menuju meja cetak. Sambil menunggu, dia melihat ada buku-buku menu dan beberapa lembar flyer. Bukannya ini iklan cabang baru punya Kak Saka? Kok udah jadi? Batin Devin.

     “Atas nama Ara!”

     Seorang karyawan lainnya memanggil nama Ara. Dia bergegas menuju meja cetak dan mengambil pesanan yang sudah jadi.

     Mata Devin melirik Ara. Ternyata dia yang bikin?

     “Terima kasih.”

     Karena berat dan terburu-buru, tanpa sengaja Ara menjatuhkan beberapa barang lain yang dia bawa. Tumpukan buku dan flyer itu ikut jatuh. Spontan Devin membungkuk dan membantu Ara yang kerepotan.

     “Oh, terima kasih.”

     Ara menerima semua barangnya kembali dari tangan Devin.

     “Perlu dibantuin bawa sampai parkiran?”

     “Tidak perlu. Aku bisa...eh…”

     Kali ini entah kenapa tali sepatu Ara yang lepas membuat langkahnya tidak stabil. Barang-barangnya hampir jatuh lagi kalau tidak dengan sigap ditangkap oleh Devin.

     “Aku bawain aja.”

     “Uh…oke, makasih lagi.”

     “Benerin dulu tali sepatumu.”

     Ara melihat ke bawah, dan benar saja talinya lepas sebelah. Cepat-cepat dia merapikannya dan menyusul Devin yang sudah berada di ambang pintu.

     Devin meletakkan kardus ke motor Ara.

     “Makasih ya.” tukas Ara.

     “Never mind.”

     Devin masih berdiri di dekat motor Ara saat Ara memakai helm, memasukkan kunci, dan duduk di jok.

     “Masih ada lagi?” tanya Ara.

     “Hah? Apanya?” tanya Devin.

     “Kamu masih berdiri di situ. Aku pikir kamu nunggu aku ngasih uang tips atau traktiran bakso.”

     “What? Aku nggak…” Devin hampir saja ngakak dalam hati tapi sekejap berubah jadi pengen jitak.

     Ara turun dari motor dan merogoh sakunya.

     “Ini untukmu. Maaf aku nggak bisa ngasih kamu uang.”

     Ara naik lagi ke motornya lalu melaju pelan sambil melambaikan tangan pada Devin. Lucunya, entah kenapa Devin malah memandang kepergian Ara sampai dia tidak terlihat lagi. Ada magnet unik yang menariknya untuk tidak melepas pandangan.

     Devin melihat dua bungkus permen yang ada di genggaman tangannya. Dia mengangkat sebelah sudut bibirnya. Dia pikir aku apa?

     “Bang! Bang Deev…yaaah…”

     Karyawan yang tadi di sebelah Devin berlari terburu-buru.

     “Ad Loa apa?”

     “Ini…ini sepertinya punya perempuan yang tadi.”

     Karyawan itu menyerahkan sebuah pena berwarna emas kepada Devin. Devin mengamati pena itu, seketika dia membelalak.

     “Ini emas asli!!”

     “Makanya…tadinya mau kami diamkan saja, tapi Ita bilang itu emas asli, kasian yang punya kalau sampai jatuh. Mungkin itu barang yang berharga buat dia. Aku susulin, ternyata dia udah pergi.”

     Devin memperhatikan pena emas yang indah itu. Kecil, ramping, tapi agak berat jika dibandingkan dengan pena lainnya. Ada inisial huruf ‘L.A.’ di ujung atasnya.

     Sepertinya orang ini bukan orang biasa.

...* * * * *...

     Jari Saka masih mondar-mandir di atas keyboard laptop ketika Devin tiba-tiba datang menyeruduk pintu kantornya.

     “Kak!”

     “Astaga! Di mana sopan santunmu? Ketok pintu dulu kek!”

     “Sorry…buru-buru.”

     Devin duduk di hadapan kakaknya lalu menaik-turunkan kedua alisnya.

     “Ngapain, lu?” tanya Saka sekilas. “Kalau kayak gitu biasanya habis nemu harta karun.”

     “Jackpot! Kok bisa tahu?”

     “Kelihatan dari ilermu yang netes-netes.”

     “Haish…coba tebak apa yang aku temukan.”

     “Devin, sorry aku lagi nggak bisa tebak-tebakan sama kamu, bahkan kalau berhadiah sekalipun.” Saka bicara sambil tetap mengetik.

     “Oke. Oke. Aku tahu kamu sibuk. Lima menit saja.”

     “Bicaralah. Aku dengerin.”

     “Kakak masih ingat series cerita misteri yang pernah kita baca sama-sama di blog The Dreamer?"

     “Hmm.”

     “Masih ingat apa yang ada di sebelah notes yang biasa diunggah oleh penulisnya di akhir bab?”

     “Pena.”

     “Yap.”

     Devin mengangkat pena emas ke hadapan Saka. Seketika jari Saka berhenti bergerak, matanya terpaku pada benda berkilau itu.

     “Nggak mungkin.”

     Saka kembali fokus pada pekerjaannya.

     “Liat lagi, Kak. Ada apa di situ.”

     Saka berdecak lalu mengambil pena dari tangan Devin. Saka melihat inisial L.A. dengan jenis huruf latin yang unik.

     “Gimana?”

     “Logan Andersen punya banyak penggemar. Mungkin saja ini punya salah satu dari mereka yang terobsesi ingin menjadi seperti dia. Kamu nemu di mana? Bukan dari kantong seseorang, kan?”

     Kali ini mata Saka menusuk Devin tepat di sasaran.

     “Aku nemu di percetakan. Tapi ini emas asli, Kak!”

     “Gimana kalau LA itu nama kota, bukan inisial namanya? Kayak NY, banyak tuh di baju-bau atau topi. Atau kalaupun itu inisial nama seseorang, bisa saja Lisa Anu, Lohmat Apa. Tidak ada bukti otentik kalau itu punya dia. Lagian kita nggak tahu Logan itu orang mana. Dia nggak pernah menampilkan identitasnya.”

     Kali ini Devin yang berdecak. Logika kakaknya memang banyak benernya. Devin merasa dia terlalu berharap sudah menemukan penulis misterius yang selama ini mereka kagumi.

     “Jadi, aku buang saja?”

     “Ya jangan dibuang. Balikin ke orangnya kalau bisa.”

     “Gimana caranya?”

     “Tanya sama orang percetakan lah, barangkali ada yang tahu. Kalau nggak ya taruh saja di sana, siapa tahu nanti yang punya balik lagi ke situ buat nyariin.”

     “Namanya Ara.”

     Kali ini Saka kaget sebadan-badan. Dia sempat mau menarik balik pena itu tapi cepat mengendalikan diri.

     “Kok kamu kayak kesetrum gitu sih, Kak? Kamu tahu nama itu?”

     “Nggak…bukan, cuma…mirip sama salah satu temanku.”

     “Jadi…ini mau kamu balikin atau aku taruh di percetakan?”

     “Aku aja.”

     Saka dengan sigap mengambil alih pena itu lalu memasukkannya ke dalam tasnya. Devin tersenyum jahil.

     “Rupanya kakakku sudah jatuh cinta sama LA ya?”

     “Ngomong apa sih kamu?”

     “Untungnya dia perempuan, kalau laki-laki gimana tuh.”

     “Devin…”

     “Nggak usah sembunyi-sembunyi gitu. Aku udah tahu orang yang namanya Ara itu.”

     “Ara siapa? Ara ada banyak.”

     “Ara yang bikin flyer iklan cabang baru.”

     Kali ini Saka tidak bisa menahan diri. Dia menutup laptopnya.

     “Sebutkan ciri-cirinya. Barangkali kamu cuma ngarang atau menjebakku, Vin.”

     “Tinggi sekitar 160 cm, langsing, rambut panjang sedikit bergelombang, berponi, matanya bulat, bulunya lentik, hidungnya kecil, bibirnya…wah…”

     “Udah, udah…cukup.”

     “Hey, aku belum sebutin pinggang dan kakinya.”

     “Cukup. Jangan coba-coba mikir aneh-aneh.”

     “Fix. Kamu suka sama cewek itu.”

     “Bagian mananya yang…”

     “Aku lebih pengalaman daripada kamu kalau soal cewek. Ingat?”

     Saka mengibaskan tangannya lalu mengambil tasnya. Dia tidak ingin Devin memperpanjang obrolan.

     “Mau ke mana?”

     “Ada janji sama temen.”

     “Temen yang nggarap flyer itu?”

     Saka menyerah untuk mengelak. Pertahanannya selalu bisa ditembus adiknya sendiri. Dari dulu.

     “Ya. Dia. Tapi…”

     “Naah, gitu dong! Jujur aja napa? Aku malah seneng kalau kamu mulai bisa berinteraksi lagi dengan perempuan. Aku hampir mengira kamu gay. Sepertinya aku harus berterima kasih sama Ara ini.”

     Saka tidak tahan lagi. Dia menangkap kepala adiknya lalu memitingnya di bawah ketiak.

     “Dengerin dulu kalau ada orang tua ngomong. Aku sama sekali tidak mengizinkan mulut kamu itu untuk bocor ke mana-mana. Apapun yang kamu tahu tentang Ara, cukup kamu dan aku aja yang tahu. Jangan cerita dulu ke siapapun, termasuk Ayah dan Ibu. Paham?”

     “Kenapa? Bukankah ini kabar bagus?”

     “Pahaaam???”

     “Iya, iya, oke...oke.”

     Saka melepaskan kepala adiknya.

     "Aku khawatir kalau nggak jadi malah bikin mereka kecewa. Om Agus aja aku larang untuk cerita ke mereka kalau aku udah ketemu sama Ara ini." lanjut Saka.

     Saka teringat pertemuannya tadi malam dengan Ayah dan Ibunya. Ibu Saka memang sudah lama menginginkannya menikah. Sebelum bertemu Ara, niat Saka hanya ingin mengabulkan permintaan ibunya. Bahkan jika tidak ada rasa cinta sekalipun. Asalkan ibunya bahagia.

     Namun ternyata perasaannya berkata lain. Ada bibit rasa yang tertanam tanpa sengaja.

    "Oh, jadi kamu kenalan via Om Agus? Parah kamu, Kak. Masak sama adik sendiri malah nggak cerita apa-apa."

     "Kamu...berbahaya."

     "Aku kasih tiket liburan ke pulau terpencil? Biar kalian langsung akrab tanpa gangguan. Gimana? Temenku banyak yang punya resort di sana."

     "Nah, kan. Baru aja dibilang..."

     Devin menengadahkan tangan sambil mengucap doa.

     “Ya Tuhaaan, semogaa…Engkau memberikan jodoh untuk kakak hamba ini…soalnya kalau dia nggak nikah-nikah, saya juga belum bisa nikah. Tolong ya, Tuhan. Saya mintanya beneran ini.”

     Saka geleng-geleng kepala melihat kelakuan Devin. Adik yang sholatnya masih bolong-bolong itu bisa-bisanya masih ingat berdoa untuknya. Tapi dalam hatinya, Saka mengamini doa Devin yang terkesan bercanda itu.

1
Sumringah Jelita
paket komplit
veraya: terima kasih atas apresiasinya 🥰🥰 🥰
total 1 replies
ian gomes
Keren abis, thor! Jangan berhenti menulis, ya!
veraya: Terima kasih supportnya, smangat lanjut 🥰🥰
total 1 replies
Shion Fujino
Lanjutkan ceritanya, jangan sampai aku ketinggalan!
veraya: Terima kasih dukungannya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!