NovelToon NovelToon
The RADAN

The RADAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Moon Fairy

SMA Rimba Sakti terletak di pinggiran Kota Malang. Menjadi tempat di mana misteri dan intrik berkembang. Di tengah-tengah kehidupan sekolah yang sibuk, penculikan misterius hingga kasus pembunuhan yang tidak terduga terjadi membuat sekelompok detektif amatir yang merupakan anak-anak SMA Rimba Sakti menemukan kejanggalan sehingga mereka ikut terlibat di dalamnya.

Mereka bekerja sama memecahkan teka-teki yang semakin rumit dengan menjaga persahabatan tetap kuat, tetapi ketika mereka mengungkap jaringan kejahatan yang lebih dalam justru lebih membingungkan.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang bersalah, melainkan siapa yang bisa dipercaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moon Fairy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25

Malam itu semakin pekat ketika The RADAN akhirnya beranjak meninggalkan markas baru mereka. Udara dingin menyelimuti sekitar, dan hanya suara langkah kaki serta desiran angin yang menemani mereka saat berjalan menuju gerbang belakang sekolah. Lampu-lampu sekolah yang mukai padam membuat suasana semakin sunyi.

Nadya menoleh ke arah hutan yang tampak gelap dan misterius, jarak antara gerbang sekolah dan hutan tidak terlalu jauh, hanya sekitar beberapa meter. Meskipun mereka berusaha bersikap santai, suasana malam itu menegaskan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa.

“Cepetan deh pulang,” gumam Nadya pelan, wajahnya tampak tegang. “Aku gak nyaman kalau udah malam-malam gini di sini.”

Rian melirik Nadya tersenyum tipis. “Santai aja, Nad. Gak bakal ada apa-apa kok. Kecuali hantu beneran nongol.”

“Jangan becanda gitu, sipit!” Nadya membalas dengan nada sebal, tapi jelas terdengar cemas. Aisyah pun hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.

Tiba-tiba, langkah mereka terhenti saat terdengar suara dari arah hutan. Suara aneh yang pelan, tapi cukup jelas untuk didengar. Suara itu seperti lantunan nada rendah, hampir seperti nyanyian, tapi tidak sepenuhnya bisa dikenali.

Mereka saling berpandangan dengan kening berkerut. Arga, yang berjalan paling depan, langsung berhenti dan mengarahkan pandangannya ke arah hutan. “Kalian denger itu, kan?” tanyanya, setengah berbisik.

“Iya, denger,” jawab Dimas, suaranya tenang tapi matanya penuh rasa ingin tahu. ‘Kayaknya suaranya dari arah hutan.”

Nadya langsung bergidik. “Suara apa sih? Jangan bilang ada yang aneh-aneh lagi.”

Arga menatap ke arah hutan degan seksama. “Menurutmu apa, Yan?”

Rian memiringkan kepalanya, mendengarkan lebih seksama. “Hmm... kayak suara nyanyian. Tapi siapa yang mau nyanyi di hutan malam-malam begini?”

Suara itu terus terdengar, membuat suasana mencekam. Aisyah melangkah maju, wajahnya penuh rasa ingin tahu. “Kalian inget kan, kalau cuman anak-anak Klub Misteri yang ke hutan itu?”

“Bener juga,” gumam Dimas. “Mungkin itu mereka?”

Arga mengepalkan tangannya. “Aku gak yakin kalau itu mereka, tapi kita harus ngecek. Kalau memang mereka dan justru lagi ngelakuin sesuatu yang lebih aneh dari sekadar ritual biasa, kita perlu tau.”

Nadya langsung memegang lengan Aisyah. “Maksudmu kita ke hutan itu, Ga?”

Aisyah tersenyum kecil, mencoba menenangkan Nadya. “Kita gak akan jauh, Nad. Cuman ngecek aja. Lagian, kita kan berlima. Aman kok.”

“Justru berlima yang gak aman. Kita ganjil,” timpal Rian bercanda.

“Please, jangan bicarain genap-ganjil begitu!” kesal Nadya memukul lengan Rian.

Meskipun semuanya masih terlihat ragu, pada akhirnya mereka mulai berjalan pelan menuju hutan, mengikuti suara yang semakin jelas. Suara itu makin terasa aneh, seperti sebuah ritual kuno yang entah bagaimana terasa mencekam.

Mereka berjalan mendekati pintu masuk hutan, di mana kegelapan mulai benar-benar menyelimuti. Tanah di bawah kaki mereka sedikit basah, sementara dedaunan yang berguguran menciptakan suara gemerisik ketika mereka melangkah.

“Gak suka banget sama suasananya,” Nadya bergumam, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Saat mereka semakin mendekati sumber suara, nyanyian itu berubah menjadi lebih jelas. Tiba-tiba, di antara pepohonan yang rapat, terlihat sekumpulan sosok yang bergerak pelan. Cahaya remang-remang dari obor kecil tampak berkedip-kedip di kejauhan.

“Eh, liat itu, kan?” bisik Dimas.

Arga mengangguk, matanya menatap tajam ke arah cahaya tersebut. “Itu mereka. Anak-anak Klub Misteri.”

The RADAN terus mengendap-endap, mendekati titik di mana cahaya obor terlihat di antara pepohonan. Nafas mereka terjaga, hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa menarik perhatian anak-anak Klub Misteri. Tentu saja, keingintahuan bercampur ketegangan membayangi langkah-langkah mereka.

Arga mengisyaratkan yang lain untuk berhenti sejenak saat mereka sudah cukup dekat. Mereka bersembunyi di balik semak-semak lebat, hanya beberapa meter dari Klub Misteri yang berkumpul di tengah area terbuka kecil di dalam hutan. Di sana, empat sosok berdiri melingkar dengan obor-obor kecil yang dinyalakan di tanah. Cahaya obor menari-nari di wajah mereka, memberikan kesan serap dalam kegelapan malam.

Rian mencondongkan tubuhnya ke arah Arga, berbicara nyaris tanpa suara. “Aku gak percaya kita beneran ngikutin mereka sampai sini.”

“Ya, tapi liat aja,” bisik Arga, pandangannya tetap terfokus pada apa yang sedang terjadi di depan mereka. “Mereka lagi ngapain sih?”

Di dalam lingkaran itu, salah satu anggota Klub Misteri, Aldi yang berasal dari kelas 11 MIPA 5, tengah memimpin ritual itu. Dia memegang sebuah buku tua yang terbuka lebar di tangannya. Sementara Dani, ia berasal dari kelas yang sama dengan Aldi, berdiri di sisi kiri. Fira, cewek yang berasal dari kelas 11 IPS 1 itu terus menundukkan kepalanya dan berdiri di samping kanan Aldi. Sementara Reza, siswa kelas 10-4 berdiri satu meter di depan Aldi.

“Mereka baca apa itu? Novel horor?” gumam Aisyah penasaran.

“Gak mungkin baca novel lah, Syah. Pasti buku ritual,” jawab Nadya dengan suara setengah ketakutan.

Reza mulai mengeluarkan benda-benda aneh dari tasnya dan meletakkannya di tanah di depan mereka. Ada yang tampak seperti potongan kayu, daun-daunan kering, serta sebuah botol kaca yang diisi cairan merah. Semua ini menambah kesan ritual yang semakin aneh.

“Itu darah?” bisik Nadya, matanya melebar.

“Palingan juga cuman sirup,” sahut Rian, mencoba berpikir logis. “Jangan kebanyakan nonton film horor.”

Aldi mulai melantunkan kata-kata dari buku tua itu dengan nada rendah dan ritmis. Kata-kata itu terdengar asing, mungkin dari bahasa yang tidak mereka mengerti. Suara Aldi semakin keras, seperti menyulut semangat di antara Anggota Klub Misteri lainnya.

Rian mendekat lagi pada Arga, kali ini nadanya benar-benar serius. “Aku yakin ini ritual buat manggil sesuatu. Tau, kan? Yang sering ada di film-film gitu.”

“Iya, iya, paham. Tapi gak mungkin kita percaya mereka bisa manggil sesuatu, kan?” jawab Arga.

Tiba-tiba, Aldi mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan semua orang di lingkaran itu ikut berhenti sejenak. Suasana hutan mendadak sunyi, bahkan suara serangga malam pun terasa hilang. Aldi menatap ke atas, seolah menunggu sesuatu. Ketegangan terasa semakin tebal di udara.

Rian merapatkan tubuhnya ke tanah, mencoba mengintip lebih dekat. “Oke, ini makin aneh. Berarti mereka memang percaya sama hal-hal mistis?”

Nadya mulai terlihat penasaran. “Aku gak ngerti kenapa mereka ngelakuin ini. Ini kan udah bukan jaman dulu lagi.”

Aisyah mengangguk. “Mungkin mereka pengen ngebangkitin kisah lama tentang hutan keramat itu. Mereka an klub yang terobsesi sama sejarah mistis.”

Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan spekulasi, sebuah suara mendesir datang dari pepohonan di sekitar mereka. Sesuatu bergerak cepat, seperti angin yang tiba-tiba berhembus kencang. Daun-daun berguguran, dan Aldi menurunkan tangannya dengan cepat, tampak kaget. Cahaya obor bergetar.

“Kalian liat, kan?” tanya Nadya, suaranya mulai gemetar.

“Mungkin cuman angin,” jawab Dimas, meskipun suaranya terdengar ragu.

Namun, dalam hati mereka, semuanya tahu bahwa ada sesuatu yang lain di sini. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah. Mereka hanya bisa menyaksikan dalam diam saat Klub Misteri melanjutkan ritualnya, semakin intens dengan setiap detik yang berlalu.

Ketika Aldi kembali melafalkan mantra anehnya, Reza, yang paling muda di antara mereka, tampak semakin gelisah. Dia memandang sekeliling dengan cemas, seolah merasakan sesuatu yang tidak beres.

“Ini nggak bener,” bisik Reza dengan suara gemetar. “Kita harus pergi.”

Aldi menoleh padanya dengan tajam. “Diem, Rez. Ini bagian dari ritualnya.”

Namun, The RADAN bisa melihat bahwa Reza benar-benar ketakutan. Dia tidak seperti anggota lainnya yang terkesan menikmati suasana aneh ini. Dalam keremangan malam, mereka bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak normal sedang terjadi di sini. Sesuatu yang melampaui sekadar permainan atau ritual biasa.

“Ini kita mau di sini terus?” tanya Nadya dengan panik.

“Kita pantau terus,” jawab Arga tegas. “Kalo ada yang nggak beres, kita siap untuk bertindak.”

Namun, sebelum mereka bisa memutuskan apa langkah selanjutnya, sebuah suara mendesing datang lagi—kali ini lebih keras, diiringi dengan suara ranting-ranting patah di kejauhan,

Malam ini terasa semakin mencekam.

Angin malam yang bertiup semakin dingin membuat bulu kuduk mereka meremang. The RADAN tetap berjongkok di balik semak-semak, menonton adegan yang kian aneh di depan mereka. Suara mantra Aldi semakin cepat, dan nadanya semakin mengerikan. Cahaya obor di tangan mereka bergoyang-goyang, memberikan kesan seolah bayangan di sekitar mereka bergerak-gerak liar.

Namun, bukan hanya cahaya yang membuat suasana menjadi tak bisa. Di balik pendar cahaya obor, sesuatu tampak bergerak di pepohonan—sesuatu yang lebih besar dan lebih nyata dari sekadar angin. Arga merasakan keringat dingin mulai menetes di pelipisnya, sementara yang lain tampak muali tidak nyaman.

“Ada yang gak beres, sumpah,” bisik Dimas, matanya tajam mengawasi setiap gerakan di dalam hutan.

“Ini tuh makin creepy. Lama-lama aneh suasananya,” sahut Rian dengan nada lebih rendah dari biasanya.

Fira, gadis itu mulai berjongkok di depan lingkaran obor mereka, dan Aldi melanjutkan mantranya dengan penuh intensitas. Mereka tampak semakin dalam terhanyut dalam ritual itu, dan semakin sulit bagi The RADAN untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Nadya memeluk dirinya sendiri, tubuhnya gemetar.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari arah pepohonan. Seluruh hutan terasa sunyi setelah suara gemuruh itu, hanya menyisakan deru nafas mereka yang semakin berat. Aldi tampak bingung dan cemas, sementara Fira perlahan berdiri dari posisi berjongkoknya. Dani yang biasanya terlihat berani justru terlihat khawatir dan Reza semakin menggigit bibirnya, seolah menahan rasa takut yang memuncak.

Reza berbalik, berniat untuk lari, namun Dani dengan cepat menarik tangannya.

“Jangan pergi dulu! Ritualnya belum selesai!” bisik Dani dengan nada tegang, meskipun jelas ketakutan mulai menguasai dirinya juga.

Reza menatap Dani dengan ketakutan yang tidak bisa disembunyikan. “Gak peduli, Kak. Ini udah keterlaluan! Cukup, gak mau lagi!”

The RADAN menahan napas, menyaksikan pertengkaran kecil itu. Namun, ketegangan segera kembali ketika suara dari hutan semakin jelas—seperti sesuatu yang berat bergerak mendekati mereka. Cahaya obor tiba-tiba padam satu per satu. Aldi dan yang lainnya langsung panik, sementara Reza berbalik cepat, bersiap untuk lari.

“Udah, cukup! Ayo kita balik. Udah cukup jelas mereka mau ngelakuin apa,” kata Arga dan langsung diangguki cepat oleh yang lain.

Mereka memutuskan untuk berbalik dan perlahan meninggalkan hutan, kembali ke arah markas mereka. Rasa penasaran telah terpuaskan, tetapi perasaan aneh dan ketegangan masih menggantung di udara.

Malam itu, mereka memilih untuk pulang. Sesuatu tentang ritual Klub Misteri, hutan yang tenang namun mencekam, dan suara-suara aneh membuat mereka sadar bahwa misteri hutan belakang sekolah masih jauh dari kata selesai.

...—o0o—...

1
ADZAL ZIAH
keren kak ceritanya... dukung karya aku juga ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!