Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6: Proyek dan Perasaan yang Tersimpan
Hari Senin pagi, suasana SMAN 5 Buntok terasa lebih sibuk dari biasanya. Kelas XI MIPA tengah mempersiapkan tahap akhir proyek kolaborasi fisika dan kimia, sebuah ide yang lahir dari harapan sederhana mereka—agar Pak Yayan dan Bu Ribca semakin dekat. Di tengah kebersamaan itu, perlahan perasaan tumbuh di antara kedua guru, namun belum ada yang berani mengambil langkah nyata.
---
Hari yang Sibuk
“Alsa, pastikan semua bahan eksperimen sudah siap, ya,” ujar Yovaldi sambil memeriksa catatan di tangannya.
“Sudah. Tinggal nunggu konfirmasi dari Pak Yayan dan Bu Ribca aja,” jawab Alsa penuh semangat.
Hari itu, proyek terakhir mereka melibatkan demonstrasi reaksi eksoterm dan konsep energi potensial. Proyek ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tapi juga cara siswa menciptakan momen kebersamaan bagi kedua guru tersebut.
Di ruang guru, Pak Yayan terlihat tengah fokus membaca laporan siswa, namun pikirannya melayang. Ia tak bisa melupakan momen-momen kecil bersama Bu Ribca selama outing kemarin. Ada rasa hangat setiap kali mengingat cara wanita itu tertawa atau tatapannya yang selalu tulus.
Sementara itu, Bu Ribca datang menghampirinya. “Pagi, Pak Yayan. Sudah siap untuk eksperimen hari ini?” tanyanya dengan senyum yang membuat jantung Pak Yayan berdegup sedikit lebih cepat.
Pak Yayan mengangguk dan tersenyum balik. “Siap. Semoga semua berjalan lancar.”
---
Eksperimen yang Mendekatkan
Di laboratorium, siswa XI MIPA sudah siap dengan semua alat dan bahan. Pak Yayan dan Bu Ribca memimpin kegiatan itu dengan penuh antusiasme. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok bertugas mempresentasikan temuan mereka.
“Kelompok kami akan menunjukkan bagaimana perubahan energi terjadi saat lilin terbakar,” ujar Sapina, wakil ketua kelas, dengan percaya diri.
Siswa lain mengamati dengan seksama, mencatat hasil percobaan, dan saling berdiskusi. Di tengah suasana aktif itu, Pak Yayan dan Bu Ribca tampak lebih kompak dari biasanya. Mereka saling melengkapi dalam memberikan penjelasan—sebuah tim yang sempurna di mata siswa.
Saat giliran kelompok Alsa mempresentasikan proyeknya, suasana menjadi lebih seru. “Proyek kami tentang reaksi kimia yang menghasilkan energi dan gas,” kata Alsa sambil menyalakan percobaannya. Tiba-tiba, suara pop terdengar keras saat balon yang diisi gas pecah, membuat semua orang tertawa, termasuk Pak Yayan dan Bu Ribca.
Pak Yayan mendekati Bu Ribca dan berbisik, “Sepertinya mereka bukan cuma belajar, tapi juga punya rencana rahasia.”
Bu Ribca tersenyum kecil. “Mungkin. Tapi, bukankah ini proyek yang menyenangkan?”
Pak Yayan mengangguk sambil memandangi Bu Ribca, merasakan ada sesuatu yang berbeda setiap kali mereka bersama.
---
Percakapan di Tengah Keramaian
Selesai eksperimen, siswa diberi waktu untuk merapikan alat dan bahan. Pak Yayan dan Bu Ribca duduk di kursi panjang di sudut ruangan, sedikit terpisah dari siswa.
“Terima kasih sudah mau terlibat dalam proyek ini,” kata Pak Yayan sambil melirik Bu Ribca.
“Harusnya aku yang bilang terima kasih. Pak Yayan selalu mendukung ide-ideku,” jawab Bu Ribca dengan lembut.
Ada jeda singkat di antara mereka, sebuah momen tenang di tengah keramaian. Pak Yayan tahu inilah saat yang tepat untuk bicara lebih terbuka.
“Kamu tahu, aku senang bisa bekerja sama denganmu,” ucap Pak Yayan akhirnya, suaranya sedikit pelan namun jelas.
“Aku juga merasa begitu.” Bu Ribca menatap Pak Yayan, dan mata mereka bertemu sejenak. “Pak Yayan selalu bikin segala sesuatu terasa mudah dan menyenangkan.”
Pak Yayan tersenyum. “Kalau begitu... bagaimana kalau kita coba sesuatu di luar kelas? Mungkin makan malam atau sekadar minum kopi?”
Bu Ribca terdiam sesaat, tapi senyum tipis tetap menghiasi wajahnya. “Aku rasa itu ide bagus.”
---
Reaksi Para Siswa
Saat keduanya berbincang, Alsa, Sapina, dan Yovaldi mengamati dari jauh.
“Lihat, mereka lagi ngobrol serius,” bisik Sapina dengan nada penuh kemenangan.
“Sepertinya proyek kita berhasil,” ujar Alsa senang.
Yovaldi, yang lebih banyak diam, tersenyum tipis. “Sekarang tinggal tunggu kapan mereka jadian beneran.”
Ketiga siswa itu saling pandang dan tertawa pelan. Mereka puas melihat hubungan Pak Yayan dan Bu Ribca semakin akrab.
---
Hari yang Berakhir Manis
Setelah semua selesai, para siswa pulang dengan perasaan puas. Pak Yayan dan Bu Ribca juga bersiap meninggalkan sekolah. Saat berjalan menuju tempat parkir, Pak Yayan merasa ini saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh.
“Bu Ribca,” panggilnya pelan.
“Ya?” jawab Bu Ribca sambil menghentikan langkahnya.
“Aku serius tentang ajakan tadi. Apa Bu Ribca punya waktu malam ini?”
Bu Ribca tampak berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Malam ini? Tentu. Di mana kita ketemu?”
“Bagaimana kalau di kafe dekat taman kota? Jam tujuh?” usul Pak Yayan, merasa sedikit gugup namun bersemangat.
“Baik. Sampai jumpa di sana.”
Pak Yayan tersenyum lega, dan mereka berpisah dengan perasaan yang sulit digambarkan.
---
Malam yang Berarti
Di kafe, suasana hangat dan tenang. Pak Yayan datang lebih awal dan menunggu dengan hati berdebar. Tak lama kemudian, Bu Ribca muncul, terlihat anggun dengan pakaian kasual namun elegan.
“Maaf kalau aku terlambat,” ucap Bu Ribca sambil tersenyum.
“Tidak apa-apa. Aku juga baru datang,” jawab Pak Yayan.
Mereka memesan minuman dan mulai mengobrol. Pembicaraan mengalir dengan mudah, dari topik ringan hingga hal-hal pribadi. Pak Yayan merasa seperti mengenal sisi lain dari Bu Ribca—lebih dari sekadar rekan kerja.
“Aku senang kita bisa ketemu di luar sekolah,” kata Pak Yayan akhirnya.
“Aku juga,” jawab Bu Ribca. “Mungkin ini awal yang baik untuk kita berdua.”
Malam itu berakhir dengan janji untuk bertemu lagi. Meskipun tak ada kata-kata cinta yang diucapkan, keduanya tahu bahwa sesuatu yang istimewa telah dimulai.
---
Kembali ke Sekolah
Keesokan harinya di sekolah, suasana terasa berbeda. Para siswa XI MIPA bisa melihat kebahagiaan di wajah Pak Yayan dan Bu Ribca. Meski keduanya tetap profesional, ada aura baru di antara mereka—sebuah hubungan yang mulai berkembang.
“Kalian lihat? Aku bilang juga apa,” ujar Alsa penuh kepuasan.
Sapina dan Yovaldi hanya tertawa. Proyek mereka bukan hanya berhasil mendekatkan kedua guru, tapi juga memberikan pengalaman berharga tentang kerja sama dan usaha.
Pak Yayan dan Bu Ribca, kini lebih dari sekadar rekan kerja, berjalan di koridor sekolah dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Mungkin cinta memang bisa bersemi di tempat yang tak terduga—seperti di SMAN 5 Buntok.
-------------------*-----------------*------------------*-------------
Hey....hey....heyyy😭😭 Kok makin kesini Malah Aku Yang jadi baper,!!!
Tolong Jangan Sebucin ini dong Ingat Yang jodohin Kalian itu siapaa??
apakah Mereka Lupa Ya Bahwa Mereka Dijodohkan!!
Jika Mereka Sebucin Ini Apakah akan Ada Konflik Baru yang Akan Terjadi terhadap mereka?.
Tunggu kelanjutannya aja yaaa ....🥱🫠
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/