NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAMIL

Malam sudah semakin larut, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul satu malam.

Marissa yang baru tertidur pada pukul 12 malam terpaksa bangun karena merasa perutnya tiba-tiba bergejolak ingin muntah.

Mata Marissa mengerjap seraya memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Wanita berparas cantik itu segera bangun lalu berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang ingin keluar.

Semua yang dimakan Marissa hari ini sudah dia muntahkan tak bersisa, hingga membuat tubuhnya melemas.

Marissa lalu mencuci wajah di wastafel yang tak berada jauh dari tempat muntah tadi.

"Ada apa denganku?" gumam Marissa seraya menatap pantulan wajahnya di cermin dengan satu tangan yang menopang kepala.

Terlihat dengan jelas bulir keringat yang masih bersarang di pelipis dengan wajah yang terlihat memucat.

"Sepertinya aku memang harus ke dokter besok pagi," ucap Marissa saat berhasil membaringkan tubuh di atas kasur.

Keesokan harinya...

Marissa membuka pintu kamar dan mendapati Rossa sedang sarapan pagi di meja makan.

"Morning," sapa Marissa tersenyum pada Rossa.

"Duduklah, minum susu hangat ini agar perutmu lebih baik. Kau sudah muntah pagi ini?" tanya Rossa dan Marissa mengangguk pelan.

Ya, selama Marissa sakit, wanita itu tak pernah sarapan pagi karena setiap kali sarapan pasti akan langsung memuntahkan kembali apa yang dimakan.

Marissa lalu menarik kursi di samping Rossa dan  mendudukkan bokongnya ke kursi.

"Ros, bisa tolong antar aku ke dokter siang nanti? Aku sudah tak tahan dengan penyakit ini. Pusing dan ditambah mual muntah membuat tubuhku tak bertenaga.

"Sudah seminggu lebih aku izin kerja, aku tak enak kalau harus memperpanjang izin sakit ku lagi," lanjut Marissa.

"Baiklah, habiskan susumu dulu. Setelah itu istirahat kembali dan kalau sudah waktunya, aku akan membangunkan kamu satu jam sebelum kita pergi," tandasnya seraya membantu Marissa berjalan ke kamar setelah Marissa meneguk segelas susunya.

Kini kedua sahabat itu sudah berada di sebuah klinik kesehatan yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal.

"Siapa yang sakit?" tanya salah seorang petugas disana.

"Marissa, saya sudah mendaftar pagi tadi," pungkas Rossa pada petugas wanita itu.

"Baiklah, silahkan tunggu disana disisi sebelah kiri, Anda!" tunjuk petugas wanita itu dengan ramah.

"Terima kasih," balas Rossa tak kalah ramah plus dengan senyuman.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya nama Marissa dipanggil suster.

"Selamat siang, Bu," sapa dokter berkacamata dengan ramah.

"Maaf, siapa yang sakit?" tanya dokter itu saat melihat ada dua orang didepannya.

"Saya, Dok!" sahut Marissa cepat.

"Baiklah, Nona. Apa keluhannya?"

"Badan saya terasa remuk, Dok. Kepala saya juga sakit dan terkadang oleng. Perut saya juga sering berbunyi lalu terkadang mual dan sampai muntah," jelas Marissa panjang lebar.

"Hem, baiklah. Kalau boleh tahu, apakah mual dan muntah yang Anda rasakan setiap waktu, atau pada waktu-waktu tertentu? Misalnya hanya pagi, atau siang bahkan malam hari saja? Dan apakah, Ibu merasakan mual pada saat akan makan saja atau saat apa!" tanya Dokter yang bernama Lilac.

Marissa terdiam dan mengingat ingat apa-apa yang dirasakan selama seminggu ini.

"Saya mual hanya saat mencium bau tertentu saja, Dok, tapi tidak ada yang spesifik. Dan kalau muntah, saya hanya akan muntah saat pagi saja, namun terkadang muntah saat akan menjelang pagi," tutur Marissa mengeluarkan semua gejala yang dirasakan pada dokter Lilac.

Dokter yang bernama Lilac itu pun mengangguk kepala setelah mencatat keluhan pasiennya.

"Hem.. sepertinya, Anda harus pindah dokter dan konsultasikan pada dokter sesuai dengan bidangnya," kata sang dokter pada Marissa.

"Maksudnya, Dok?" tanya Marissa dengan dahi yang berkerut.

"Begini, jika sesuai dugaan saya, Anda sepertinya sedang hamil saat ini," jawab Dokter Lilac dengan tersenyum lebar.

Dokter itu bahkan sangat merasa bahagia karena menjadi orang pertama yang memberikan kabar bahagia ini pada pasiennya tanpa mengetahui kisah dibalik kehamilan itu.

Tangan Marissa tiba-tiba mencengkram tangan Rossa dengan erat dibawah sana saat dokter selesai mengatakan kesimpulan dari keluhannya.

"It's okay!" bisik Rossa dengan pelan seraya menepuk paha sang sahabat.

Setelah mengucapkan terima kasih. Akhirnya Rossa kembalikan ke depan untuk registrasi ulang karena akan berkonsultasi pada dokter obgyn atau kandungan.

Setelah dua kali menunggu, akhirnya Marissa dan Rossa masuk bersama-sama menuju ruangan dokter.

"Selamat siang, Bu. Perkenalkan, saya Becky," ujar dokter yang bernama Becky.

"Salam kenal, Dok. Saya Rossa dan ini sahabat saya, Marissa," kata Rossa yang ikut memperkenalkan diri.

"Baiklah, siapa diantara kalian yang sedang ingin periksa?" tanya dokter Becky dengan mengulas senyum.

"Dia, Dok, Marissa. Sepertinya dia sedang hamil, Dok," sahut Rossa seraya menunjuk ke arah Marissa.

Dan, Marissa tersenyum tipis menanggapi perkataan sahabatnya itu.

"Baiklah, apakah Ibu Marissa sudah mengetes kehamilan sebelumnya di rumah?" tanya dokter Becky lagi.

Marissa menggeleng pelan, "Belum, Dok. Saya belum belum sempat dan langsung kemari," sahut Marissa dengan wajah tegang.

"Hmmm.. Baiklah. Kalau saya boleh tahu, kapan tanggal terakhir, Ibu menstruasi?" tanya dokter Rita. Pertanyaan pertama yang biasa ditanyakan oleh setiap dokter kandungan pada pasien.

"Bulan lalu, Dok. Tepatnya awal bulan tanggal lima," jawab Marissa dengan cepat. Karena ia masih mengingat jelas kapan terakhir kali menstruasi. Sekalipun lupa, kebiasaan Marissa yang selalu menandai tanggal pertama saat datang bulan membuatnya mudah dalam mengetahui tanggal terakhir dirinya datang bulan.

"Apakah ada keluhan? Misalnya muntah atau mual?" tanya dokter Rita lagi.

"Ada, Dok. Badan saya terasa remuk, Dok. Kepala saya juga sakit dan terkadang oleng. Perut saya juga sering berbunyi. Dan saya mual hanya saat mencium bau tertentu, Dok, tak ada yang spesifik. Dan kalau muntah, saya hanya akan muntah saat pagi saja, namun terkadang muntah saat akan menjelang pagi," tutur Marissa pada sang dokter.

Dokter Becky manggut-manggut mendengar penjelasan pasiennya.

"Keluhan yang, Ibu Marissa alami merupakan tanda awal kehamilan trimester pertama dan itu hal yang wajar dan normal bagi ibu hamil.

"Apa tak apa-apa, Dok? Soalnya saya kasihan melihatnya muntah setiap harinya, bahkan selama seminggu ini dia tak bisa sarapan pagi. Hingga terkadang nyaris pingsan karena lemas," ucap Rossa  dengan wajah serius.

"Mual dan muntah bagi ibu hamil dipagi hari adalah yang wajar dan normal. Itu dinamakan morning sickness. Namun, jika sudah sampai taraf yang berat hingga pingsan, sebaiknya Ibu Marissa langsung dirawat inap saja untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang akan mempengaruhi kesehatan janin.

Rossa mendengar dengan seksama penjelasan dari dokter.

"Baiklah, Suster.. tolong bantu, Ibu Marissa," pinta dokter Becky pada suster disampingnya.

"Baik, Dok. Silahkan, Bu ikut saya," kata suster berbaju putih putih.

Marissa mengikuti semua prosedur yang memang biasa dilakukan oleh semua wanita yang baru pertama kali memeriksakan kandungannya. Seperti cek urine, cek darah hingga yang terakhir adalah mengecek kandungan dengan mesin USG seperti yang dilakukan dokter Becky saat ini.

"Bagaimana, Dok? Apakah sahabat saya beneran hamil?!" seru Rossa yang tampak tak sabar mendengar jawaban sang dokter.

Dokter Becky hanya tersenyum menanggapi rasa keingintahuan Rossa yang besar.

"Hem.. baiklah, mari kita cek mulai dari kondisi rahim Ibu." Ucap sang dokter yang mulai menggerakkan alat transducer pada kulit perut bagian bawah pasien.

"Rahim Ibu dalam keadaan sehat dan disini saya lihat sudah terbentuk kantung kehamilan dan lihatlah titik ini, itu adalah janin yang akan berkembang nantinya.

"Jika sesuai dengan data tanggal menstruasi terakhir, Ibu. Saya perkirakan usia kandungan, Ibu saat ini sekitar empat minggu," ucap dokter Becky.

"Serius, Dok? Mana bayinya? Kok nggak kelihatan? Apa dia sembunyi apa gimana, Dok?" tanya Rossa heboh hingga membuat sang dokter tergelak.

"Saat ini baru terlihat kantung janin saja, Bu. Namun, Ibu tak perlu risau karena saya melihat sudah ada janin didalamnya. Untuk mengetahui lebih jelas lagi, bulan depan, Ibu bisa kembali kemari untuk memastikan apakah janinnya berkembang dengan baik atau tidak," Marissa dan Rossa mendengarkan dengan baik penjelasan yang diucapkan oleh sang dokter dengan seksama.

"Saya akan meresepkan obat mual muntah dan vitamin lainnya pada, ibu. Untuk anjuran minumnya, nanti pihak apoteker akan menjelaskan secara langsung saat, Ibu menebus resepnya di apotik.

"Baiklah, untuk pemeriksaan awal kehamilan, Ibu Marissa sudah selesai. Nanti suster akan memberitahu tanggal kapan, Ibu kontrol lagi setiap bulannya," pungkas dokter Becky mengulurkan tangan pada kedua wanita cantik di depannya sebagai dari akhir sesi konsultasi.

"Terima kasih, Dok!" sambut keduanya lalu beranjak menuju pintu keluar.

Setelah keluar, tiba-tiba kaki Marissa lemas sesaat keluar dari ruangan dokter kandungan.

"Oh may.. kamu tak apa-apa, Ris? Apa kau pusing? Atau kamu—" perkataan Rossa terpotong saat melihat air mata Marissa jatuh dan mengalir di pipi mulusnya.

Rossa lalu menuntun sahabatnya itu duduk di kursi tunggu yang terlihat sudah sepi dari beberapa jam yang lalu.

Rossa tahu jika saat ini Marissa pasti dihantui oleh begitu banyak pertanyaan di dalam kepalanya saat ini. Namun dia ingin menyakinkan Marissa jika dia tak sendirian di dunia ini.

"Hei, It's okay. Ada aku dan Ibu di sampingmu.  Kau tidak akan sendirian membesarkan bayimu nanti. Ada aunty Ros dan Oma Lenny," ucap Rossa mengedipkan mata. Memberi semangat. Kemudian menarik tubuh ibu hamil itu ke dalam dekapannya. Memeluk tubuhnya dengan erat.

Marissa membalas pelukan hangat Rossa. "Terima kasih," ucap Marissa dengan penuh ketulusan.

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!