Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babak belur
Satu demi satu pengawal yang ditugaskan oleh Bai Feng untuk menjaga cucunya itu mulai tidak tampak batang hidungnya. Kejadian ini seolah-olah normal seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan Xingcho yang sedari tadi bersenang-senang disebuah ruangan bersama dua wanitanya pun tidak menyadari hal tersebut.
Pertarungan diarea turnamen masih tetap berlangsung. Dari tempat Xingcho sekarangpun terdengar jelas suara teriakan sorak-sorai penonton yang mendukung jagoan mereka.
Dua orang perempuan muda terlihat sedang memeluk Xingcho diatas sebuah ranjang sambil meminta imbalan atas semua yang telah mereka lakukan beberapa jam lalu.
"Aku akan memberikan apa yang kalian mau sayang. Tenang saja." Ucap Xingcho dengan suara seraknya setengah mengantuk.
"Benarkah?" Suara perempuan itu dibuat se menggoda mungkin.
"Aku tidak mungkin berbohong sayang."
"Bisakah tuan muda juga memasukkan kami kedalam akademi desa ini?" Salah seorang perempuan lainnya juga bertanya.
"Bisa."
Tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara berat dengan sengaja nya memotong pembicaraan mereka bertiga. Kedua perempuan itu sontak kaget, secara refleks langsung menarik selimut menutupi tubuhnya.
Begitu juga dengan Xingcho. Pemuda itu tentu sangat kaget. Dia ingin melihat siapa sosok yang berani menganggu waktu bersenang-senangnya itu.
Dari bawah, secara perawakannya, Xingcho melihat sosok itu merupakan salah satu dari pengawal pribadinya sendiri. Dia melihat setelan pakaian itu sama dengan setelan pengawal pribadinya.
Ada bara api dalam jiwanya yang berniat akan membunuh pengawalnya itu karena berani-beraninya masuk ke ruangan ini tanpa izin darinya.
Awalnya Xingcho beranggapan jika itu adalah salah satu dari pengawalnya.
Namun alangkah terkejutnya dia setelah melihat wajah dari orang itu. Darahnya seketika mendidih seraya bangun dari posisinya ingin menghampiri orang tersebut.
"Kau!! Berani-beraninya kau masuk kesini!!!" Xingcho berseru kencang bersiap menyerang.
"Memangnya kenapa kalau aku kesini, apakah ini adalah sebuah kesalahan?" Yuan memprovokasi Xingcho.
Sebelumnya, terbesit sebuah ide didalam kepalanya untuk melakukan penyamaran dengan menggunakan kostum pengawalnya Xingcho. Berkat dari idenya itulah dia berhasil melumpuhkan satu persatu pengawal penjaga pemuda tersebut tanpa ada keributan sedikitpun.
"Kau!!" Xingcho menggeram marah langsung mengenakan pakaiannya terlebih dahulu.
Yuan bisa saja membunuh pemuda itu dengan mudahnya hanya dalam satu kali serangan. Namun dia tidak menginginkan kematian mudah didapatkan oleh Xingcho. Dia ingin pemuda itu merengek dan pasrah serta menyerah dengan hidupnya sendiri sehingga melakukan aksi bunuh diri yang berarti dia mati dengan tangannya sendiri.
Melihat hal itu, Yuan langsung berlari meninggalkan ruangan tersebut.
Xingcho yang sudah kepalang marah, mengejar Yuan dengan niat untuk membunuh pemuda tersebut. Dengan tenaga dalam serta ilmu meringankan tubuh yang dimiliki oleh dirinya, Xingcho begitu percaya diri untuk mengejar Yuan dan menghajar pemuda itu.
Yuan terus berlari menjauh daripada tempat yang umum dilalui seseorang. Dia akan membawa Xingcho jauh daripada desa, selepas itu baru dia akan mengeksekusi rencananya.
"Percuma saja kau berlari sialan!!" Teriak Xingcho begitu senangnya karena beranggapan jika Yuan takut untuk berhadapan dengan dirinya.
Yuan perlahan mulai sedikit mengamati Xingcho dengan sesekali melihat kearah belakang. Dia mencoba menyeimbangi kecepatan pemuda tersebut.
Jikalau memang menggunakan kecepatan aslinya, Xingcho tidak akan sanggup untuk mengejarnya.
"Tertawa lah selagi masih bisa tertawa. Selepas ini aku ingin tau, apakah kau mampu untuk tertawa?" Gumamnya seraya tersungging senang mendapati Xingcho akan masuk dalam jebakannya.
Cukup lama Yuan berlari. Dia merasakan kalau sekarang mereka berdua benar-benar jauh dari pemukiman warga.
"Sedikit lagi." Batin Yuan.
"Cukup berlarinya pecundang kecil. Percuma saja, karena kau tidak akan mampu lari dari kemarahanku."
Setelah merasa cukup jauh, Yuan memberhentikan langkahnya yang juga diikuti oleh Xingcho dari belakangnya.
"Apakah kau sudah kelelahan? Hahaha." Xingcho tertawa begitu kencangnya, sampai-sampai dia terlihat memegang perutnya karena tergelak.
"Apakah aku terlihat kelelahan?" Yuan malah bertanya balik. Matanya menatap tajam wajah itu, akan lebih bersenang-senang jika bermain sebentar dengan manusia seperti ini.
"Yuan Yuan Yuan." Ucap Xingcho seraya mengelus dagunya dengan tatapan merendahkan kepada orang dihadapannya ini.
"Tidak kah kau sadar jika tempat ini terlalu jauh dari desa?" Xingcho bertanya.
"Memangnya kenapa kalau ini jauh dari desa?" Yuan menjawab pertanyaan dengan bertanya.
"Wah, ternyata kau seberani ini ya, hahaha." Xingcho tidak habis pikir dengan keberanian Yuan terhadapnya. Dia seperti ingin tertawa lebih lama lagi karena lelucon ini.
Kepercayaan diri Xingcho begitu besar. Semua itu bukan tanpa alasan. Berkaca disetiap pertemuan dirinya dengan Yuan, baik pertama kali hingga berikutnya. Setiap kali dia bertarung dengan pemuda itu, hasil akhirnya pasti sama. Xingcho selalu menjadi pemenang dengan tidak ada perlawanan yang berarti baginya.
Akar dari permasalahan dengan anak ini dimulai dengan kedekatan Yuan bersama nenek Ling, sampai pada akhirnya anak itu berhasil menjadi muridnya. Xingcho begitu geram sekaligus iri. Seorang anak antah-berantah entah dari mana tiba-tiba masuk ke desanya berhasil menjadikan seorang nenek Ling sebagai gurunya. Padahal dirinya pernah memintanya diangkat sebagai murid, tapi ditolak mentah-mentah oleh perempuan tua itu.
Pamor nenek Ling didesanya ini tidak main-main. Semua teman-teman Xingcho menyanjung tinggi nama itu sebagai salah satu pendekar terkuat di desanya walaupun jabatan sebagai tetua desa sudah dicopot oleh Jiao Ming.
Yuan menggunakan sedikit ilmu meringankan tubuhnya melayang naik ke sebuah pohon. Dirinya menantang Xingcho untuk mendekatinya.
Melihat hal itu Xingcho langsung berniat menyerang Yuan. Kakinya terlebih dahulu di hentakkan ketanah menciptakan gelombang kejut seraya mengalirkan sedikit tenaga dalamnya guna menyusul Yuan diatas pohon tersebut.
"Aku tidak akan bermain-main lagi. Aku akan menghabisi mu sekarang!!" Seru Xingcho sambil melancarkan serangan pertamanya dengan tangan kosong.
"Puaskan saja dirimu untuk membual sekarang, tapi tidak dengan nantinya" Ucap Yuan dalam hatinya.
Namun, Xingcho sedikit terkejut karena Yuan berhasil menghindar dari serangan itu.
"Ayo, kerahkan semua tenagamu." Tantang Yuan.
"Cih!!" Xingcho kembali dengan kecepatan penuhnya ingin menghantam tubuh itu menggunakan tangan kirinya dikarenakan tangan kanannya belum bisa berfungsi dengan baik akibat kejadian 8 tahun yang lalu.
Namun, lagi-lagi Yuan dengan mudahnya menghindar. Bahkan tidak menunjukkan gestur kesulitan sama sekali.
Xingcho begitu kesal, dia kembali melakukan serangan terstruktur kepada Yuan. Kali ini dia menggunakan kecepatan penuhnya.
Yuan terus menghindar tanpa berniat untuk membalas setiap serangan Xingcho. Dia ingin bermain-main terlebih dahulu.
"Huh, lemah sekali." Yuan mengeluh seraya memposisikan dirinya duduk disebuah dahan pohon dengan kaki yang menjuntai kebawah.
"Sialan kau!!" Maki Xingcho.
Xingcho melesat maju sambil mengeluarkan pedangnya. Tangannya berputar begitu cepat, sebuah teknik bertarung yang diajarkan oleh Bai Feng untuk mengecoh gerakan yang akan dilancarkan.
Akan tetapi, semua itu tidak ada artinya bagi Yuan. Hanya dengan sedikit gerakan, dia sudah berpindah ke dahan lainnya. Sehingga serangan Xingcho itu hanya menghantam ruang hampa.
"Sialan anak itu, bagaimana mungkin dia bisa menghindar setiap serangan ku." Batin Xingcho dengan nafas ngos-ngosan.
"Percayalah, kau adalah manusia yang tidak berguna. Kau hidup hanya untuk menyusahkan hidup orang lain." Ucap Yuan dengan santainya, sengaja ingin membuat Xingcho emosi.
"Kau!! Sialan kau!! Dasar anak tidak tau diri!" Xingcho terbakar api amarahnya. Dia bersiap mengeluarkan jurus pedangnya.
Yuan tidak tinggal diam. Dia memejamkan mata sebentar sebelum kemudian membuka matanya seraya mengeluarkan aura pembunuhnya.
Deg.
Deg.
Deg.
"Bagaimana mungkin?"
Xingcho terdiam membeku. Nafasnya tiba-tiba tercekat. Tubuhnya serasa ingin lunglai jatuh ketanah. Kepalanya terasa pusing, jika seperti ini kemungkinan besar dia akan pingsan ditempat.
Lututnya pertama kali mendarat ditanah. Tenaganya hampir hilang semuanya. Hanya untuk mengeluarkan suaranya pun dia tidak mampu.
"Anak itu, bagaimana mungkin sekuat ini?"
Yuan menarik kembali aura pembunuhnya membuat Xingcho kembali menghirup udara sebanyak-banyak mungkin.
"Apakah itu sakit?" Ejek Yuan.
"K..kau" Xingcho terbata.
Yuan berjalan mendekat kearah Xingcho. Setiap langkahnya menunjukkan bahwa dirinya memang seseorang yang memiliki wibawa.
Tenaga Xingcho seperti hilang sepenuhnya. Ini lebih buruk daripada berhadapan dengan Xiao Lee 8 tahun yang lalu.
"Aku tidak akan memaafkanmu!" Ucap Xingcho.
Yuan tersenyum simpul. Setelah memangkas jarak antara keduanya, dengan kakinya itu dia menekan kepala Xingcho terjerembab ketanah.
"Aku tidak membutuhkan maaf darimu." Balas Yuan seraya mengangkatkan kepala Xingcho menggunakan kakinya.
Xingcho merasakan dirinya begitu direndahkan oleh Yuan. Kekuatan pemuda itu begitu besar sampai-sampai tidak ada peluang baginya untuk melawan. Ini semua diluar dari pikiran akal sehatnya.
"Bagaimana mungkinkah kau jadi sekuat ini?" Tanya Xingcho. Perasaan takut kembali menghampirinya, teringat akan hal yang pernah dialaminya 8 tahun yang lalu.
Yuan tidak menjawab. Tidak ada niat darinya untuk berkata-kata lebih jauh lagi.
Bugh..
Yuan melayangkan tendangan ke perut pemuda dihadapannya itu.
"Uhuk..uhuk.."
Yuan tersenyum senang. Dia kembali menarik rambut itu menggiringnya membawa ke pangkal pohon untuk disandarkan.
Xingcho hanya meringis kesakitan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. "Lepaskan aku!!"
Sebuah akar kayu didapatkan Yuan dari pohon sebelahnya. Dia berniat ingin mengikat Xingcho di pohon itu. Namun, Xingcho sedikit memberontak yang membuat Yuan terpaksa untuk kedua kalinya kembali mengeluarkan aura pembunuhnya kepada pemuda tersebut.
Xingcho membelalakkan mata. Nafasnya tersengal-sengal, rasanya begitu sakit sekali.
"Berani kau bergerak, maka aku akan membunuhmu!" Ancam Yuan.
Yuan mengikat tubuh Xingcho. Bukan kaki atau tangan, dari leher pemuda itu dililitkan olehnya akar pohon itu menyisakan sedikit ruang bernafas untuk Xingcho.
Ekspresi wajah Yuan tampak begitu dingin. Teringatkan olehnya bagaimana Xingcho mengeksekusi Xiao Lee didepan banyak orang dengan wajah tidak bersalahnya membuat seorang gadis kecil menangis histeris, sampai-sampai tidak memiliki semangat hidup, awalnya.
Membayangkan hal itu, Yuan tiba-tiba terbakar emosi langsung menghantam kepala Xingcho dengan lututnya.
Masih belum cukup, dia juga menginjak keras kaki itu diarea pahanya. Begitu brutal sehingga raungan kesakitan terdengar dari suara Xingcho.
"Tunjukkan wajah angkuhmu itu!!" Teriak Yuan menggempur habis-habisan wajah itu dengan tangan dan kakinya.
"Berhenti!!"
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah belakang.
"Huh, sudah sejauh ini, masih saja di mengikuti ku." Keluh Yuan.