Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Ketahuilah,Chris bebanku lebih besar dari pada kau. Sinta pasti kembali membenciku setelah dia mengetahui siapa aku dan siapa kita sebenarnya,"ucap Bara membuat Chris terdiam.
Chris membuang napas kasar, permasalahan mereka lebih runyam memikirkan tentang Sinta dari pada urusan barang haram.
"Aku pergi dulu,"pamit Chris kemudian beranjak dari duduknya."oh,aku mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu,titipan papa untuk Sinta,biakan dia membeli apapun yang dia inginkan.
"Padahal,uangku juga banyak!"seru Bara.
Chris sama sekali tidak peduli,pria ini pergi begitu saja meninggalkan Bara yang pusing sendirian. Bara memutuskan masuk ke dalam rumah,di lihatnya Sinta yang baru selesai mandi sedang sibuk menyisir rambutnya yang sangat pendek sekali.
"Kau sudah menggemuk,Sinta.
"Benarkah?"tanya Sinta yang menatap Bara dari pantulan cermin.
Bara selalu salah tingkah setiap kali ia dan Sinta bertatapan.
"Apa?"tanya Sinta yang merespon.
"Anu,anak buahku sudah menemukan di mana Anita berada,"ucap Bara mengasihtahu.
"Benarkah?"
Bara menjawab dengan anggukan.
"Ingin kau apakan dia?"tanya Bara Yang penasaran.
"Aku hanya ingin bicara padanya,"jawab Sinta.
Timbullah perasaan benci dan dendam yang selama ini sudah berusaha Sinta lupakan. Anita adalah sahabat yang harus di beri pelajaran oleh Sinta.
"Biar aku pasangkan,"ucap Bara lalu membantu Sinta memasang rambut palsu.
"Terima kasih,"ucap Sinta.
"Sayang!"panggil Bara.
"Apa?"
"Semisalnya kau bertemu dengan keluargamu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Bara yang penasaran.
"Kenapa aku harus bertemu dengan orang yang sudah tega membuangku?"
"Jika ada kesalahan pahaman di dalamnya bagaimana?"
"Aku tidak peduli, hidupku adalah milikku dan aku tidak ingin mengenal mereka,"ucap Sinta, tanpa sepengetahuannya ternyata di dengar oleh Chris yang sedang melakukan panggilan telepon secara diam-diam bersama Bara.
"Apa kau tidak penasaran dengan keluargamu?"
"Tidak!"jawab Sinta tegas."bagiku mereka semua sudah mati.
Semakin berat langkah Bara untuk membantu Chris. Jika Sinta mengetahui tentang hal ini sudah pasti Bara akan terkena imbasnya. Jelas saja perempuan ini akan hancur hatinya.
Ketika sore menjelang,Sinta yang sudah tidak sabar ingin terus menarik tangan Bara. Tingkahnya seperti anak yang sedang merengek kepada bapaknya.
"Iya,sebentar,aku mengenakan sepatu dulu, ucap Bara yang memberi pengertian.
"Lama sekali,nanti keburu tutup,"seru Sinta.
"Tutupnya jam sembilan malam,sekarang baru jam empat sore,Sayang, masih lama waktunya.
"Bapak-bapak memang selalu lama,"ucap Sinta membuat Bara tertawa.
****
"Istirahat dulu,"ujar Bara yang mengajak istrinya untuk duduk di sebuah kursi yang sudah di sediakan pengelolaan acara.
Di kawal empat pria tampan membuat Sinta menjadi pusat perhatian, seumur-umur, ke empat pria ini baru pertama kali berbaur di keramaian alaias tempat umum seperti ini.
"Jika kau merasa lelah, sebaiknya kita pulang ,"ajak bara tapi di sanggah oleh Sinta dengan menggelengkan kepalanya.
"Aku siap menggendong mu,"ucap Chris langsung dapat tendangan dari Bara.
"Dia istriku!"seru Bara.
"Iya tahu,tapi dia,,,,"
Chris tidak melanjut
kan ucapannya,saat Brian mencubit pahanya.
"Kenapa kau mencintaiku?"protes Chris yang marah.
"tidak kenapa-kenapa,Aku ingin makan lagi," jawab Brian dengan wajah tenang
Kedua pria ini saling pandang,barulah Chris sadar jika ia salah bicara. Bara hanya menggeleng kan kepala, untung saja Sinta tidak merasa curiga.
"Sebaiknya kita nongkrong di cafe yang sedikit sepi,"ujar Danil yang menyarankan."Sinta,apa kih tidak merasakan pusing atau muall?"tanya Bara.
"tidak,aku merasa tubuhku jauh lebih baik di bandingkan dengan dulu,"jawab Sinta." nongkrong,di cafe sebelumnya aku tidak pernah,"ucap Sinta.
"Kalau begitu,kita pergi sekarang."ajak Bara yang sebenarnya sudah tidak tahan di keramaian.
Bara sedikit membenarkan rambut palsu istrinya, sikapnya terlalu manis selalu di acuhkan oleh Sinta sebab ia takut terjerumus dalam kebaikan Bara yang akan membuat hidupnya menderita lagi.
"Selagi baik,aku akan menikmatinya,"ucap Sinta dalam hati.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, rencananya mereka akan mengajak Sinta nongkrong di salah satu cafe yang cukup terkenal di kita ini. Sengaja Bara membuka jendela mobil sedikit agar istrinya tidak merasa mual.
"Kalau sakit itu ngomong,jangan di pendam,"ucap Bara mengingatkan.
"Aku sudah biasa hidup sendiri,pahit manis dan sakitnya juga sudah biasa aku telan sendri,sahut Sinta yang tertunduk diam.
Bukan salahnya tetap saja Chris merasa bersalah karena keluarganya selama ini sudah gagal mencari Sinta.
"Sebenarnya aku memiliki seorang adik,"ucap Chris memberitahu Sinta,"seumuran denganmu,imbunya.
"Wah,benarkah?"siapa namanya? Tanya Sinta yang penasaran.
"Rianti, jawabnya singkat.
"Pasti hidupnya sangat bahagia,tidak seperti aku,"sahut Sinta setenga tertawa.
Suasana di dalam mobil mendadak hening, sampai mereka tiba di cafe, cafe yang memiliki tiga lantai,terlihat sangat mewah bahkan Sinta belum perna masuk kedalamnua.
Bara menggandeng tangan Sinta, mereka masuk kedalam dengan perasaan senang kecuali Chris.
"Lihatlah dia yang kuat,masa pemulihan berjalan dengan cepat,"ucap Brian dengan nada pelan.
"Iya,benar,"jawab Chris.
Pergi ke lantai dua, karena saat di perjalanan tadi Danil memesan tempat untuk mereka, Bara mempersilahkan istrinya untuk duduk, mereka memesan minuman dan makanan ringan untuk teman ngobrol.
"Kenapa melamun?"tegur Bara pada Sinta.
"Tidak kenapa-kenapa, pemandangannya
sangat bagus,"jawab Sinta yang menunjuk ke arah luar.
Dinding kaca di tempat ini membuat para pengunjung bisa melihat pemandangan dari dalam.
"Apa kau senang pergi ke tempat seperti ini?"tanya Brian.
"Tentu,"jawab Sinta singkat."Aku harus menikmati waktuku sebelum dia menendangku pergi setelah anakku lahir," ucap Sinta dengan santai.
"Sinta,gumam Bara dengan nada pelan."aku tidak akan melakukan hal seperti itu, percayalah,"ucap Bara sembari menatap mata Sinta.
Belum sempat Sinta menyahut, terdengar suara perempuan yang menyapah.
"Hai,sapa suara.
Bara menghembuskan napas yang panjang saat ia melihat Irene berada di tempat yang sama.
Pandang mata Irene langsung tertuju ada Sinta yang saat ini tengah duduk tepat di samping Bara, dadanya terasa panas terbakar cemburu melihat perempuan lain duduk di samping Bara.
"Istrimu,bara?"tanya Irene.
Bara enggan menjawab.
"Masih mudah,apa kau tidak salah?"ujarnya.
"Apanya yang salah, dimana-mana daun mudah lebih menggoda,"ucap Chris yang membela.
"Sebaiknya kau pergi,jangan merusak acara kami,"usir Danil.
"Apa dia sudah tahu kalau aku mantan istri Bara?"tanya Irene seketika membuat mata Sinta melebar. Ekspresi wajahnya menunjukkan keterkejutan begitulah dengan Bara,Danil,Brian,dan Chris.
Danil segera beranjak dari duduknya,pria ini menarik Irene keluar dari tempat ini. Sementara Sinta hanya diam saja,ia benar-benar tidak tahu jika Bara sudah pernah menikah karena lelaki ini pernah mengatakan jika dirinya masih perjaka.