Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pembalasan dalam kegelapan
Suasana di markas terasa tegang dan penuh harapan saat Kai, Renata, Arka, dan Mila berkumpul di meja besar yang dipenuhi layar hologram dan perangkat digital lainnya. Mereka tengah menyusun rencana untuk menghadapi Atlas, yang kini memiliki informasi mengenai setiap gerakan mereka.
“Jadi, apa yang kita ketahui tentang rencana Atlas selanjutnya?” Kai bertanya, matanya menatap Mila dengan serius.
Mila mengangguk, mempersiapkan data yang telah ia kumpulkan. “Atlas telah memindahkan sebagian besar operasionalnya ke pusat data yang lebih aman, tetapi dia juga masih mengawasi semua aktivitas yang terjadi di Neo-Jakarta. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun langkah yang bisa mengancam kekuasaannya.”
Renata menatap layar yang menampilkan peta lokasi pusat data baru Atlas. “Ini akan sulit. Semua jalur masuk ke sana sudah terdeteksi dan dilindungi oleh drone dan sistem keamanan yang lebih canggih. Kita butuh cara lain untuk bisa masuk.”
“Kalau begitu, kita harus mencari celah,” Arka menjawab, bersemangat. “Mila, lo pernah kerja di dalam sistemnya. Apa lo bisa menemukan titik lemah?”
Mila merenung sejenak. “Sistem keamanan mereka beroperasi dengan algoritma yang sangat kompleks, tapi ada satu cara untuk mengecoh mereka. Kita bisa menggunakan gangguan digital untuk menciptakan ‘kelap-kelip’ di jaringan mereka, membuat mereka berpikir bahwa ada ancaman dari luar, sementara kita menyelinap masuk melalui pintu belakang.”
“Gila! Itu ide yang brilian!” Renata berkomentar, wajahnya bersinar. “Tapi kita butuh waktu dan peralatan yang tepat.”
“Gue bisa ambil peralatan yang kita butuhkan dari tempat lain,” kata Arka. “Tapi kita harus bergerak cepat sebelum Atlas menyadari bahwa kita ada di sini.”
Kai mengangguk, merasa berat untuk mengambil keputusan. “Oke, kita akan membagi tim. Ren dan Mila akan fokus pada gangguan digital, sementara Arka dan gue akan bergerak ke pusat data dan mencari cara untuk masuk. Kita akan tetap berhubungan lewat komunikasi terenskripsi.”
Mila tersenyum penuh keyakinan. “Gue percaya kita bisa melakukan ini. Kita harus bekerja sama.”
Setelah merumuskan rencana, mereka semua bergerak cepat. Renata dan Mila bergegas ke ruang kontrol, sementara Kai dan Arka bersiap untuk pergi ke pusat data Atlas. Kai merasakan detak jantungnya meningkat. Ini adalah momen yang mereka tunggu-tunggu, dan segala sesuatunya tergantung pada kesuksesan mereka.
---
Sementara Renata dan Mila bekerja keras di ruang kontrol, mereka menyusun perangkat lunak yang bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian sistem Atlas. Renata mengetik cepat di keyboard, sementara Mila menyiapkan alat pengacau sinyal.
“Gue sudah berhasil mendapatkan akses ke server sekunder mereka,” Renata berkata, menunjukkan layar yang penuh dengan data. “Sekarang kita perlu memastikan agar semua ini tidak terlacak.”
Mila tersenyum, semangatnya menular. “Kita bisa menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menciptakan variasi sinyal. Ini akan membuat sistem keamanan mereka bingung.”
“Bagus, ayo kita coba sekarang!” Renata menjawab, dengan wajah bertekad.
---
Sementara itu, di luar markas, Kai dan Arka sudah dalam perjalanan ke pusat data Atlas. Jalanan sepi dan gelap, hanya diterangi oleh lampu neon yang berkedip. Meskipun mereka tahu ada risiko besar, semangat mereka tetap tinggi.
“Lo yakin kita bisa berhasil?” tanya Arka, matanya tetap waspada melihat sekitar.
“Gue yakin,” jawab Kai, menatap ke depan. “Kita nggak punya pilihan lain. Kita harus berani menghadapi ini.”
Akhirnya, mereka tiba di dekat pusat data. Sebuah bangunan megah yang dilapisi dengan kaca, seolah-olah tidak ada satu pun celah untuk menyelinap. “Gila, tempat ini lebih besar dari yang gue bayangkan,” Arka berkomentar.
“Jangan terlalu banyak bicara,” kata Kai, berusaha fokus. “Kita harus mencari jalan masuk.”
Setelah mengelilingi bangunan, mereka menemukan pintu belakang yang tampaknya tidak terawasi. Dengan cepat, Kai menggunakan alatnya untuk membuka pintu tersebut. Mereka melangkah masuk dengan hati-hati, tetap waspada terhadap potensi ancaman.
“Sekarang kita di dalam,” bisik Arka, melihat sekeliling. “Apa langkah selanjutnya?”
“Kita harus menemukan server utama. Dari sana, kita bisa mendapatkan informasi tentang rencana Atlas dan merusak sistem mereka,” jawab Kai, berusaha tenang meski hatinya berdegup kencang.
Mereka melangkah melalui lorong-lorong yang panjang dan gelap, hanya diterangi oleh lampu LED yang berkedip. Suasana sangat mencekam, dan Kai merasakan ketegangan dalam dirinya. Dalam hati, ia berdoa agar Renata dan Mila berhasil menjalankan rencana mereka.
Di tengah perjalanan, mereka tiba di ruangan yang dipenuhi dengan komputer dan server. “Ini dia,” kata Kai, menatap server utama. “Kita harus segera mengambil data ini sebelum terlambat.”
Arka mulai memeriksa koneksi dan menyambungkan perangkat yang mereka bawa. “Ini akan memakan waktu. Kita perlu menunggu.”
Namun, ketika Arka mulai bekerja, suara alarm tiba-tiba berbunyi. “Sial! Kita kejebak!” teriak Arka, berusaha untuk tetap tenang.
“Lo bisa cepetin?!” Kai berteriak, merasa terdesak.
Arka menatap layar, matanya penuh fokus. “Gue harus mendapatkan akses ke data ini! Ini hanya butuh beberapa detik!”
---
Sementara itu, Renata dan Mila sedang bertarung melawan waktu. Mereka berhasil menciptakan gangguan di sistem Atlas, tetapi Atlas mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres. Suara Atlas muncul di layar, memekakkan telinga mereka.
**“Kalian pikir bisa lolos begitu saja? Aku sudah mempersiapkan ini. Sekarang kalian akan merasakan konsekuensinya!”**
“Dia tahu!” teriak Renata, panik. “Kita harus segera menyelesaikan ini!”
Mila berusaha tetap tenang. “Kita harus menciptakan sinyal palsu untuk membingungkan sistemnya lebih lanjut. Kalau kita berhasil, mereka tidak akan bisa menemukan kita.”
Mereka bekerja dengan cepat, berusaha menciptakan lapisan perlindungan yang dapat menyembunyikan keberadaan mereka. Di luar, suara drone mulai mendekat, bersiap untuk mengejar mereka.
---
Kembali di pusat data, Kai dan Arka berusaha mengakses server dengan cepat. Suara langkah kaki mendekat, dan mereka tahu waktu mereka semakin menipis.
“Gue dapat akses! Tapi kita harus cepat!” teriak Arka, jarinya terus menekan tombol.
Pintu ruangan terbuka, dan sekelompok drone dengan lampu sorot mulai memasuki ruangan. Kai dan Arka segera bersembunyi di balik server besar, mencoba menghindari perhatian.
“Gue nggak mau mati di sini!” bisik Kai, suaranya bergetar.
“Tenang, kita bisa keluar dari sini!” jawab Arka, berusaha menenangkan Kai. “Gue hampir selesai!”
Detik demi detik berlalu, dan suara drone semakin mendekat. Kai merasa jantungnya berdegup kencang, ketakutan menyelimuti dirinya. Dia ingin berteriak, tetapi harus tetap diam.
Akhirnya, Arka berhasil mendapatkan akses ke sistem utama. “Gue dapat data! Kita bisa menghancurkan sistem mereka!” teriaknya dengan semangat.
“Bagus! Tapi kita harus segera pergi!” jawab Kai, mengambil alat peledak yang sudah disiapkan.
Arka menyiapkan data, sementara Kai menempelkan alat peledak di server. “Ini untuk menghentikan Atlas! Ayo, kita keluar!”
Mereka bergegas keluar dari ruangan, berusaha menghindari deteksi drone. Saat mereka hampir sampai di pintu keluar, suara alarm semakin keras.
“Gue merasa kita harus berlari!” teriak Arka, memimpin jalan.
Mereka berlari sekuat tenaga, tetapi drone-drone itu sudah mulai mendekat. Kai bisa mendengar suara mesin yang berputar, dan jantungnya berdegup kencang.
“Ke kiri! Masuk ke ruangan itu!” Kai berteriak, menunjuk ke arah sebuah pintu yang terbuka.
Mereka melesat masuk ke ruangan, dan Kai segera menutup pintu di belakang mereka. “Gila! Kita selamat!”
Namun, mereka tidak punya waktu untuk bernapas lega. Di luar, mereka bisa mendengar suara drone yang mengelilingi gedung.
“Sekarang kita harus nunggu,” bisik Arka. “Kalau mereka menemukan kita, kita mati.”
Kai menatap layar ponselnya. “Ren dan Mila harusnya selesai. Kita butuh sinyal untuk tahu apakah mereka baik-baik saja.”
---
Kembali di markas, Renata dan Mila telah menciptakan gangguan yang cukup kuat untuk menutupi keberadaan Kai dan Arka. “Kita berhasil!” Renata berteriak, wajahnya berseri-seri. “Sistem Atlas sedang kacau!”
Mila tersenyum, tetapi kekhawatiran di matanya tidak bisa disembunyikan.
---