Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Tugas Dadakan
Hari itu begitu melelahkan tetapi penuh kebahagiaan bagi Aisha. Setelah seharian berkeliling butik bersama Arya dan calon mama mertuanya, Amanda, mereka akhirnya kembali ke apartemen. Aisha menghela napas lega saat ia merebahkan tubuh di sofa.
"Capek, ya?" tanya Amanda sambil tersenyum ke arah calon menantunya.
Aisha mengangguk kecil. "Tapi senang juga, Tante. Semua terasa begitu sempurna hari ini. Pilihan gaun dan perhiasannya benar-benar indah. Terima kasih atas bantuannya."
"Jangan panggil Tante lagi," Amanda menegur lembut, "Kita sudah semakin dekat dengan hari besar. Panggil Mama saja, ya?"
Aisha tersenyum malu. "Baik, Ma...ma."
Arya yang duduk di sebelah Aisha ikut tersenyum lebar. "Akhirnya kamu memanggil Mama juga. Jangan malu-malu, calon istri harus terbiasa."
Mendengar itu, pipi Aisha memerah. Ia hanya bisa tertunduk sambil mencubit lengan Arya pelan.
Setelah itu, Arya dan ibunya kembali kerumahnya.
***
Keesokan paginya, Aisha kembali ke rutinitas pekerjaannya. Seperti biasa, ia duduk di meja kantornya, membuka laptop, dan memeriksa email yang masuk. Namun, salah satu email menarik perhatiannya.
Judulnya: URGENT BUSINESS TRIP - SINGAPORE.
Aisha membaca email itu dengan seksama. Pesan itu berasal dari atasannya di kantor pusat Singapura. Dalam isi email, ia diminta untuk menghadiri rapat penting bersama Sintia.
"Kenapa harus sekarang?" gumam Aisha.
Ia segera menghubungi Sintia. "Sintia, kamu sudah baca email dari kantor pusat?"
"Sudah," jawab Sintia. "Kita harus berangkat besok, ya? Aduh, padahal aku sudah berencana liburan kecil sebelum pernikahanmu."
Aisha menghela napas. "Aku juga tidak menyangka. Tapi ini tugas, jadi kita harus pergi."
Malam harinya, Aisha merasa gugup saat memberitahu Arya tentang perjalanannya ke Singapura.
"Mas Arya, aku harus bicara sesuatu," kata Aisha pelan saat mereka duduk di sofa apartemen Arya.
Arya langsung serius. "Apa itu? Ada masalah?"
Aisha menggeleng. "Bukan masalah, tapi aku harus ke Singapura besok. Ada tugas mendadak dari kantor pusat, dan aku tidak tahu pasti berapa hari aku akan di sana."
Arya terdiam sejenak, jelas terlihat kecewa. "Kenapa harus sekarang? Kita sedang sibuk dengan persiapan pernikahan."
"Aku tahu, Mas. Aku juga tidak ingin pergi, tapi ini perintah langsung dari atasan. Aku tidak bisa menolaknya," jawab Aisha dengan nada menyesal.
Arya menghela napas panjang. "Baiklah, aku tidak akan menghalangimu. Tapi kamu harus berjanji untuk selalu menghubungiku, ya? Aku tidak mau kehilangan kabar darimu."
Aisha tersenyum kecil. "Aku janji, Mas."
***
Di Bandara
Keesokan malam, Arya mengantar Aisha dan Sintia ke bandara. Sepanjang perjalanan, suasana terasa hangat tetapi sedikit berat.
"Jaga kesehatan di sana, jangan lupa makan tepat waktu," kata Arya sambil memegang tangan Aisha.
"Aku akan baik-baik saja, Mas," jawab Aisha. "Kamu juga jangan terlalu khawatir."
Arya tersenyum tipis, tetapi matanya tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya yang mulai menyeruak bahkan sebelum Aisha pergi. "Aku akan selalu merindukanmu."
Sintia yang duduk di kursi belakang tak tahan untuk menggoda. "Wah, Mas Arya bucin banget, ya! Nanti kalau sudah menikah, jangan lupa kasih aku tips, ya."
Arya hanya melirik Sintia dengan senyum kecil, tidak menanggapi ledekan itu. Sebaliknya, ia fokus pada Aisha.
Sesampainya di bandara, mereka bertiga berjalan menuju gerbang keberangkatan. Saat pengumuman keberangkatan terdengar, Sintia memutuskan masuk lebih dulu untuk memberikan waktu pada Aisha dan Arya.
Arya memeluk Aisha erat. "Jangan terlalu lama di sana, ya. Aku akan menunggumu."
Aisha balas memeluk Arya, air matanya hampir menetes. "Aku akan kembali secepatnya. Tunggu aku, ya, Mas Arya."
Kata “Mas” yang diucapkan Aisha membuat hati Arya bergetar. Ia mengecup kening Aisha lembut, lalu berkata, "Selalu, Aisha. Aku akan selalu menunggumu."
Aisha akhirnya melangkah pergi dengan berat hati. Di dalam pesawat, Sintia terus menggoda Aisha.
"Aisha, kamu romantis banget sama Mas Arya. Aku jadi iri, deh. Mau nggak kenalin aku ke salah satu temannya?"
Aisha hanya tersenyum kecil, tidak membalas. Tapi di dalam hatinya, ia merasa sangat bersyukur memiliki Arya.
***
Aisha dan Sintia tiba di Singapura pada pagi hari. Setelah beristirahat sejenak di hotel yang telah disiapkan kantor pusat, mereka bersiap menuju lokasi rapat. Sepanjang perjalanan, Aisha merasa gugup. Entah kenapa, ia merasa sesuatu yang besar akan terjadi.
Sesampainya di kantor pusat, mereka disambut oleh salah satu staf senior yang segera mengantar mereka ke ruang rapat.
"Selamat pagi, Aisha dan Sintia. Kalian pasti lelah setelah perjalanan panjang. Kami sangat berterima kasih atas kedatangan kalian," kata pria itu dengan ramah.
"Terima kasih atas sambutannya," jawab Aisha sambil tersenyum.
Namun, saat memasuki ruang rapat, Aisha terkejut karena tidak hanya ada anggota tim dari Singapura, tetapi juga sejumlah tamu penting dari berbagai negara. Di tengah meja rapat terdapat karangan bunga yang cantik dengan kartu bertuliskan: "Congratulations, Aisha!"
"Apa ini?" bisik Aisha pada Sintia yang juga tampak bingung.
Tak lama, direktur utama kantor pusat berdiri dan mulai berbicara. "Hari ini, sebelum rapat dimulai, kami ingin memberikan penghargaan khusus kepada salah satu karyawan terbaik kami. Aisha, atas kerja keras, dedikasi, dan ide-idenya yang telah membawa proyek besar kita sukses, kami ingin mengucapkan terima kasih."
Ruangan dipenuhi tepuk tangan. Aisha terpana, matanya mulai berair. "Saya? Ini semua berlebihan. Saya hanya melakukan pekerjaan saya," katanya pelan, nyaris tidak percaya.
"Tidak, Aisha," jawab direktur dengan senyum hangat. "Kontribusimu lebih dari sekadar pekerjaan. Kami bangga memiliki seseorang sepertimu."
Setelah acara penghargaan selesai, seorang staf mendekati Aisha dan berkata, "Nona Aisha, kami memiliki tamu khusus yang ingin bertemu dengan Anda. Bisa ikut saya sebentar?"
Aisha bingung, tetapi ia mengikuti staf itu. Sintia, yang sudah tahu sedikit tentang kejutan ini, hanya tersenyum sambil berkata, "Jangan terlalu kaget nanti, ya, Aisha."
Saat memasuki ruangan VIP, mata Aisha melebar. Di sana, berdiri Arya dengan setelan jas abu-abu yang elegan, memegang seikat mawar putih yang cantik.
"Mas Arya? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aisha dengan suara bergetar.
Arya melangkah mendekat, menatap Aisha dengan penuh kasih. "Aku tidak bisa membiarkan momen penting dalam hidupmu berlalu tanpa aku di sini. Aku ingin melihatmu menerima penghargaan itu, dan aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat."
Aisha tersenyum lebar, tetapi air matanya mulai menetes. "Kamu tahu, Mas? Aku merasa sangat bahagia, tapi kehadiranmu di sini membuat segalanya menjadi lebih sempurna."
Arya menghapus air mata Aisha dengan lembut. "Kamu pantas mendapat semua ini, Sayang. Aku bangga padamu."
Mereka duduk berdua di ruangan itu, berbicara dari hati ke hati.
"Mas, perjalananmu pasti melelahkan. Kamu tidak perlu repot-repot datang ke sini," kata Aisha.
Arya menggeleng. "Tidak ada yang lebih penting daripada mendukungmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada di sisimu, apa pun yang terjadi."
Aisha terdiam sejenak, menatap Arya dengan penuh cinta. "Mas Arya, aku merasa sangat beruntung memiliki kamu. Tapi aku takut, apakah aku bisa menjadi istri yang baik untukmu?"
Arya memegang tangan Aisha erat. "Kita akan belajar bersama. Kamu tidak perlu takut, Aisha. Aku yakin kita bisa melewati segalanya, selama kita saling mendukung."
Sintia yang mengintip dari pintu tersenyum sendiri melihat keromantisan mereka. Ia bahkan mengabadikan momen itu dengan ponselnya. "Pasangan ini benar-benar bikin iri," gumamnya pelan.
Ketika Aisha dan Arya keluar dari ruangan, direktur utama menghampiri mereka.
"Aisha, saya tidak tahu kalau tunanganmu adalah pria yang hebat seperti Arya. Dia bahkan memberikan sumbangan besar untuk proyek sosial kita. Kami sangat berterima kasih," kata direktur itu.
Aisha menatap Arya dengan bingung. "Mas, apa maksudnya ini?"
Arya tersenyum kecil. "Hanya sedikit kontribusi untuk sesuatu yang penting. Proyek sosial mereka adalah untuk membantu pendidikan anak-anak di daerah terpencil. Aku pikir, itu hal yang seharusnya kita dukung bersama."
Aisha terdiam, hatinya penuh dengan rasa haru. "Mas Arya, kamu benar-benar luar biasa."
Arya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar, Sayang."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.