Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Pertemuan Kembali
Pagi hari, Dani dan Dahlia sedang menikmati sarapan sederhana di rumah mereka. Kondisi Dahlia sudah jauh membaik setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Kehamilannya yang semakin besar membuat Dani semakin protektif, tapi Dahlia justru menunjukkan kekuatan dan keteguhannya untuk tetap mendukung Dani.
"Mas," suara lembut Dahlia memecah keheningan di meja makan. "Kamu ingat permintaan aku beberapa hari lalu tentang bertemu Aisha?"
Dani mendongak dari piringnya, sedikit terkejut. Ia kira Dahlia sudah melupakan pembicaraan itu. "Iya, aku ingat, Lia. Tapi aku belum tahu bagaimana caranya. Aku bahkan nggak punya kontak Aisha sekarang."
Dahlia tersenyum kecil, seolah sudah memikirkan solusinya. "Mas, bukannya pacarnya Aisha sekarang itu CEO perusahaan besar? Kamu bisa hubungi dia lewat kantor, kan? Atau coba minta bantuan teman-temanmu yang punya koneksi."
Dani terdiam sesaat, menimbang-nimbang. Ia sebenarnya tidak terlalu ingin bertemu Aisha lagi, apalagi mempertemukannya dengan Dahlia. Tapi tatapan penuh harap istrinya membuatnya tak tega menolak. Akhirnya, dengan helaan napas panjang, ia mengangguk. "Baiklah, Lia. Aku akan coba cari tahu. Tapi aku nggak bisa janji kapan bisa menemukannya."
Dahlia tersenyum lebar, senang karena Dani setuju. "Terima kasih, Mas. Aku tahu ini nggak mudah buat kamu. Tapi aku ingin menyelesaikan semua rasa penasaran ini, supaya aku bisa melangkah ke depan tanpa ada beban di hati."
***
Dani menghubungi seorang teman lama yang bekerja di salah satu perusahaan rekanan Arya Yudistira. Dengan sedikit usaha, ia berhasil mendapatkan nomor kantor Arya. Keesokan harinya, dengan jantung berdebar, Dani menelepon kantor Arya dan meminta bicara langsung dengannya.
Arya, meskipun terkejut menerima telepon dari Dani, tetap menerima panggilan itu dengan sopan. Percakapan mereka berlangsung formal namun penuh kehati-hatian.
"Saya ingin meminta bantuan Anda untuk mempertemukan saya dan istri saya dengan Aisha," ucap Dani dengan nada serius. "Istri saya ingin bertemu dengannya untuk memastikan sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan besarnya."
Arya terdiam sejenak sebelum menjawab. "Baiklah, Dani. Saya akan berbicara dengan Aisha terlebih dahulu. Jika dia setuju, saya akan mengatur pertemuannya. Tapi, saya harus memastikan bahwa pertemuan ini tidak akan menimbulkan masalah."
"Tentu saja," jawab Dani cepat. "Saya hanya ingin semuanya selesai dengan baik. Tidak ada niat lain selain itu."
Arya mengakhiri panggilan dengan memberikan nomor pribadinya, berjanji akan menghubungi kembali setelah berbicara dengan Aisha.
Sementara itu, di rumah Aisha, Arya membicarakan rencana tersebut dengan tenang. Aisha, yang awalnya terkejut, akhirnya setuju setelah mendengar penjelasan Arya. Bahkan Sintia, yang kebetulan sedang berkunjung, memberikan nasihat yang membuat Aisha merenung.
"Aisha," ucap Sintia sambil menatapnya serius. "Kalau kamu jadi bertemu Dahlia, pastikan kamu memberikan pengertian padanya. Jangan sampai ada kesalahpahaman. Ingat, sekarang kamu sudah punya Arya, dan Dani juga punya istri. Tidak ada lagi persahabatan yang murni di antara pria dan wanita setelah pernikahan. Aku tahu kamu wanita yang mampu menyelesaikan ini dengan baik."
Aisha mengangguk pelan, paham dengan maksud Sintia. Arya, yang mendengar pembicaraan itu, menambahkan dengan tegas. "Aku akan menemanimu di sana, Aisha. Aku nggak akan membiarkan kamu menghadapi ini sendirian."
***
Di ruang privat restoran itu, suasana terasa sedikit tegang. Dani duduk di samping Dahlia, sesekali melirik istrinya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Sementara di seberang meja, Aisha dan Arya duduk berdampingan. Arya terlihat tenang, meski tatapannya sesekali memperhatikan gerak-gerik Dani.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, Dahlia akhirnya membuka percakapan. Suaranya bergetar, tapi ada keberanian dalam nada bicaranya.
"Mbak Aisha," panggil Dahlia dengan lembut. "Terima kasih sudah datang ke sini malam ini. Saya tahu mungkin ini terasa aneh, tapi saya merasa perlu untuk bertemu langsung dengan Anda."
Aisha tersenyum tipis, mengangguk pelan. "Tidak perlu sungkan memanggil saya, Mab Dahlia. Panggil saja nama saya, Aisha."
Dahlia sedikit terkejut, tapi ia tersenyum kembali. "Baik, kalau begitu... saya minta Anda juga memanggil saya Dahlia saja. Tanpa embel-embel apapun."
Aisha mengangguk, matanya menatap Dahlia dengan lembut. "Tentu, Dahlia. Saya mengerti."
Percakapan sederhana itu berhasil mengurangi ketegangan di antara mereka. Dani menghela napas lega, sementara Arya tetap diam, memilih untuk mengamati dan mendukung Aisha.
Dahlia melanjutkan dengan nada hati-hati. "Aisha, bolehkah saya bertanya sesuatu? Anda tidak perlu menjawab jika tidak ingin."
"Silakan, Dahlia," jawab Aisha dengan sopan. "Saya akan mencoba menjawab sebaik mungkin."
Dahlia menggenggam tangannya sendiri di pangkuan, mencoba menyusun kata-kata. "Bagaimana hubungan Anda dan Dani di masa lalu? Apakah... ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan?"
Aisha tersenyum tipis, lalu menatap Dahlia dengan penuh pengertian. "Dani dan saya berteman sejak kecil. Kami tumbuh bersama, berbagi suka dan duka. Tapi hubungan kami tidak pernah lebih dari sekadar persahabatan, setidaknya dari sudut pandang saya. Saya tidak tahu apa yang ada di hati Dani saat itu, tapi saya menghormati batasan yang kami punya."
Dani, yang mendengar jawaban itu, tampak sedikit gelisah. Ia tahu Aisha benar, tapi hatinya tetap merasa perih mengingat perasaannya yang dulu tak pernah tersampaikan. Dahlia melirik Dani sejenak, lalu kembali menatap Aisha.
"Saya tahu Dani mencintai Anda," kata Dahlia tiba-tiba. "Saya tahu itu dari caranya berbicara tentang Anda, meskipun ia tidak pernah mengatakannya langsung."
Aisha menundukkan kepala sejenak, lalu menghela napas panjang. "Dahlia, apa yang Anda katakan mungkin benar. Tapi Dani adalah pria yang baik. Ia memilih untuk tidak mengganggu hidup saya saat itu, dan itu adalah hal yang sangat saya hormati darinya. Sekarang, Dani adalah suami Anda, dan saya yakin ia adalah pria yang sepenuhnya bisa Anda percayai."
Dahlia tersenyum pahit. "Tapi bayangan Anda tetap ada di hatinya. Bagaimana saya bisa mengabaikan itu, Aisha? Bagaimana saya bisa yakin bahwa saya cukup untuknya?"
Aisha menatap Dahlia dengan serius, lalu berkata dengan nada yang sangat lembut. "Dahlia, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu untuk Anda. Tapi yang saya tahu, Dani telah memilih Anda. Dan Anda adalah wanita yang luar biasa kuat untuk bisa berada di sini malam ini, berbicara dengan saya tanpa ada kebencian atau prasangka. Itu adalah kekuatan yang saya yakin Dani kagumi dari Anda."
Arya, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Dahlia, saya bisa memastikan satu hal. Aisha mencintai saya, dan saya mencintai dia. Tidak ada lagi ruang di hati Aisha untuk pria lain, termasuk Dani. Anda adalah masa kini Dani, dan masa depannya. Tidak perlu ragu soal itu."
Dahlia terdiam, air matanya mulai menetes perlahan. Tapi ia cepat-cepat menghapusnya, tidak ingin menunjukkan kelemahan. "Terima kasih, Aisha. Terima kasih sudah menjelaskan semuanya. Saya hanya ingin memastikan bahwa saya bisa melangkah ke depan tanpa merasa bahwa saya sedang bersaing dengan bayangan masa lalu."
Aisha tersenyum lembut, lalu berkata, "Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan, Dahlia. Anda adalah wanita yang luar biasa, dan Dani beruntung memiliki Anda. Jika ada hal lain yang ingin Anda tanyakan, saya akan dengan senang hati menjawab."
Dani akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berat. "Lia, aku tahu ini sulit untukmu. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa sekarang kamu dan anak kita adalah prioritasku. Aku tidak akan membiarkan masa lalu menghancurkan masa depan kita. Terima kasih karena telah cukup kuat untuk menghadapi ini semua."
Dahlia menatap Dani dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Aku percaya padamu, Mas. Aku hanya ingin memastikan semuanya jelas, supaya kita bisa melangkah tanpa bayang-bayang apapun."
Aisha dan Arya akhirnya pamit setelah percakapan panjang itu. Saat mereka keluar dari restoran, Arya menggenggam tangan Aisha erat-erat. "Sayang, luar biasa malam ini, Aisha. Aku sangat bangga padamu."
Aisha tersenyum tipis. "Aku hanya ingin semuanya selesai dengan baik, Mas. Aku tidak ingin ada luka yang tersisa."
Di dalam restoran, Dahlia duduk dengan lebih tenang. Meskipun cemburu masih menyelimuti hatinya, ia merasa bahwa Aisha telah menunjukkan rasa hormat yang tulus padanya. Dalam hati, Dahlia bertekad untuk menjadi istri yang lebih kuat dan membuat Dani mencintainya sepenuhnya suatu hari nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.