IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 (Menjemput calon menantu)
Senja berjalan cepat menuruni anak tangga, ia ingin mencari bi Sum. Elang segera mengikutinya, ingin tahu sampai dimana keras kepalanya gadis bertubuh mungil itu.
Karena buru-buru di tengah-tengah tangga Senja kehilangan keseimbangan, dan hampir jatuh. Dengan cepat Elang berlari dan menarik tangan Senja. Badan senja berputar dan jatuh ke dalam pelukannya hingga Senja tak jadi jatuh. Untuk sesaat, mereka saling adu pandang. Jantung Senja berdetak kencang, entah karena ada sesuatu atau kaget karena hampir jatuh. Yang jelas, Elang bisa merasakan detak jantung Senja tersebut.
"Kalau jalan hati-hati," ucap Elang, tangannya masih memeluk Senja.
"Le lepaskan!" Senja memberontak, mencoba melepaskan tangan Elang yang memeluknya.
"Kalau saya lepaskan, kam akan jatuh," sahut Elang karena kini mereka berdua hanya menapaki satu anak tangga dan kaki Senja hanya menapak sedikit.
Senja tak mengindahkan ucapan Elang, ia terus meminta Elang melepaskannya.
"Baiklah kalau memaksa," ujar Elang sambil melepaskan kedua tangannya dari punggung Senja. Alhasil, Senja kehilangan keseimbangannya lagi dan hampir jatuh lagi.
Kali ini bukan Elang yang menariknya, tapi tangan Senja sendiri yang berusaha meraih lengan Elang sebagai pegangan supaya tidak jatuh. Tubuh mereka kembali dekat. Senja tak berani melepaskan pegangannya pada lengan Elang.
Elang tersenyum tipis lalu berkata, "Kenapa? Takut jatuh?".
Senja berdecak kesal, kakinya melangkah mundur turun satu tangga dengan pelan-pelan lalu melepaskan tangannya yang memegang lengan Elang. Ia langsung berbalik badan dan melanjutkan menuruni anak tangga satu persatu.
Elang menggelengkan kepalanya, baru kali ini ia bertemu gadis yang tak terpesona oleh ketampanannya, bahkan Senja terkesan jutek dan cuek, keras kepala lagi. Jika wanita lain pasti akan luluh dengan ketampanan laki-laki berwajah rupawan tersebut. Ia melangkahkan kakinya pelan-pelang mengikuti Senja dengan kedua tangannya ia masukkan ke saku celana.
"Tidak usah mengikuti saya, saya hanya mau cari bibi lalu pergi," ucap Senja tanpa menoleh. Elang tak menyahutnya dengan terus melangkahkan kakinya.
Tiba-tiba Senja menghentikan langkah kakinya tepat di anak tangga terkahir. Ia terpaku pada dua orang laki-laki dan perempuan yang masih tetap terlihat tampan dan cantik di usia mereka yang tak lagi muda, sedang duduk di sofa.
"Kenapa berhenti?" tanya Elang yang berdiri dua tangga di atas Senja, ia tak menyadari dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari sofa tersebut, tersenyum gemas melihat tingkah mereka berdua. Bahkan dengan Bianca saja mereka tak melihat ada chemistry sama sekali. Tapi beru melihat Senja sekali saja, mereka sudah bisa merasakan ada sesuatu yang beda.
"Mereka siapa?" Menunjuk ke arah sofa dengan matanya.
Elang mengikuti arah mata Senja, lalu ia memejamkan matanya, menghela napas dalam.
"Mommy, daddy," ucap Elang. Ia berjalan mendahului Senja mendekat ke arah Alex dan Anes.
"Kenapa kalian bisa di sini?" tanya Elang.
"Kita punya kaki, jadi bisa saja sampai sini," sahut Anes, pandangannya fokus ke arah Senja yang masih mematung di anak tangga terakhir. Pun dengan Alex ia juga melihat ke arah Senja. Mereka berdua lebih penasaran kepada gadis itu daripada anak mereka yang sudah memasang mode bad moodnya karena kedua orang tuanya diam-diam mengikutinya dari rumah utama. Padahal Sudah Elang katakan kalau dia akan mengajak Senja ke rumah.
"Jiwa keponya kambuh," gumam Elang.
"Mas jaga mata," bisik Anes.
"Iya mas tahu sayang, dia jatah anak kita. Lagian mas kan udah punya sendiri," balas Alex berbisik, namun tetap terdengar oleh Elang.
Elang mengerutkan keningnya mendengar ucapan kedua orang tuanya.
Senja masih ditempatnya berdiri, ia tak cukup punya rasa percaya diri untuk mendekat. Ia sadar apa yang ia pakai saat ini sangat terlihat tidak sopan mungkin menurut kedua orang tua Elang.
"Kemari! Mereka orang tuaku," ucap Elang.
"Tidak, saya di sini saja," tolak Senja.
"Kemari!" seru Elang.
Dengan terpaksa Senja menuruti permintaan Elang. Ia mendekat dan menyalami Alex dan Anes bergantian.
"Maaf om, tante," ucap Senja menunduk, melihat baju yang ia pakai.
"Oh tidak apa-apa sayang, kami mengerti. El apa kau tidak mampu menyiapkan baju untuk calon menantu mommy?" sindir Anes.
Senja cukup terkejut dengan kata calon menantu yang Anes ucapkan. Kapan laki-laki asing itu memberitahu orang tuanya? Cepat sekali. Ia tak menyangka jika laki-laki yang bahkan namanya saja ia masih sering lupa itu serius akan menikahinya.
"El sudah menyiapkan semua keperluannya, dia saja yang keras kepala tidak mau ganti. Nyaman kali pakai baju El," sahut Elang seraya memicingkan ekor matanya ke arah Senja.
Senja hanya mencebikkan bibirnya sambil melirik ke arah Elang.
"El, daddy ingin bicara denganmu sebentar, ke ruang kerjamu sekarang!" ucap Alex serius, lalu berjalan menuju ke ruang kerja Elang.
"Iya dad!" Sahut Elang, ia mengikuti langkah ayahnya.
"Ayo duduk sini, mommy ingin ngobrol sama kamu," ucap Anes ramah kepada Senja.
"Sebentar tante, saya cari bibi dulu, mau menanyakan baju saya buat ganti," sahut Senja, ia merasa tak nyaman jika mengobrol dengan Anes dengan pakaiannya saat ini.
"Bajumu sudah ku buang! Jika mau ganti naiklah ke atas, atau kalau nyaman kau bisa selamanya memakai kemejaku!" seru Elang yang ternyata mendengar ucapan Senja.
"Anak tante memang seperti itu ya? Suka seenaknya!" bisik Senja kesal dengan Elang.
Anes tersenyum mendengarnya. Tumben Elang mau barangnya di sentuh orang lain, bahkan di pakai.
"Sebenarnya dia anak yang baik, hanya saja sifatnya terkadang menyebalkan seperti itu, ia hanya tak tahu bagaimana caranya bersikap, persis seperti daddynya. Jika dia macam-macam kau bisa mencubitnya," sahut Anes tersenyum.
"Iya tante," ucap Senja malu-malu. Bagaimana bisa ia asal mencubit laki-laki itu, mereka tak seakrab itu, pikirnya.
"Panggil saja mommy, sama kayak El. Sebentar lagi kan kalian akan menikah, jadi biar terbiasa manggil mommy,"
"Sebenarnya saya..."
"Ya sudah, sana kamu ganti baju dulu biar lebih nyaman. Habis itu kita ngobrol lagi," tukas Anes. Ia melihat masih ada keraguan di mata gadis itu ketika ia mengatakan soal pernikahan.
"Baik tante, eh mommy. Senja ke atas dulu sebentar," pamit Senja.
Anes tersenyum, Senja mau memanggilnya mommy.
Senja naik ke atas menuju kamar Elang. Entah kenapa, baru bertemu pertama kali dengan Anes namun hatinya terasa hangat. Wanita paruh baya itu sangat welcome kepadanya, bahkan ini untuk pertama kalinya ia memanggil seorang wanita dengan sebutan mommy semenjak ia di bawa dan di asuh oleh almarhum sang kakek.
Senja sempat berpikir jika wanita yang sekarang sedang menunggunya di bawah itu baik kepadanya karena merasa bersalah atas perbuatan anaknya, tapi ia segera menepis pikiran buruk itu. Ia bisa merasakan kalau Anes memang baik dan tulus.
🌼🌼🌼
Di ruang kerjanya, Elang sedang diajak bicara serius oleh Alex. Jika pagi tadi Alex masih santai dan tak banyak bertanya karena ia tahu anaknya pasti masih shock dengan apa yang baru saja ia alami. Namun, sekarang anak sulungnya itu terlihat sudah lebih baik, waktunya untuk bicara serius sebagai seorang ayah.
"Daddy lihat dia gadis yang sopan dan baik walaupun pakaiannya..."
"Itu karena El tidak punya baju perempuan, semalam keadaan darurat. El asal ambil baju El. Bukan salah dia berpakaian seperti itu. Dan juga, bibi yang mengganti pakaiannya bukan El," jelas El sebelum Alex selesai bicara.
Alex tersenyum dalam hati mendengar Elang membela Senja. Benar-benar ada sesuatu.
"Dengan kata lain, dia memang wanita baik-baik bukan? Lalu apa kau benar-benar serius akan menikahinya? Pernikahan bukan suatu hal yang main-main El. Ini tentang masa depan gadis itu, gadis yang sudah kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupnya karena kamu. Daddy hanya ingin menegaskan kemantapan hatimu sekali lagi El, terus majulah jika kau serius, mundurlah sekarang jika kau merasa tak sanggup.Daddy sangat menentang jika kamu tak bersungguh-sungguh, itu hanya akan semakin merusak masa depannya." ucap Alex panjang lebar. Ia ingin putra sulungnya tersebut tegas dalam bersikap.
"El mantab akan menikahinya dad," jawab Elang tanpa keraguan.
"El tahu, bertanggung jawab dan menjaga tak harus dengan menikahinya. Tapi El tetap akan menikahinya," imbuhnya. Selain karena sudah berjanji dengan kakeknya Senja, seperti ada suatu dorongan kuat untuk tetap pada pendiriannya menikahi Senja. Mungkin inilah yang di namakan jodoh dan takdir.
"Lalu gadis itu? Apa dia setuju menikah denganmu?" tanya Alex. Tentang pertanyaan Alex yang satu ini Elang sedikit ragu menjawabnya.
"Tak ada alasan baginya menolak," jawabnya kemudian.
Lagi-lagi Alex tersenyum, kepercayaan dirinya menurun ke putranya tersebut.
"Baiklah kalau begitu, daddy hanya ingin menanyakan hal itu. Kau sudah dewasa, selebihnya daddy serahkan kepadamu. Tidak etis jika daddy terlalu ikut campur terlalu jauh, tapi daddy tetaplah daddy kamu yang wajib mengingatkan jika anaknya berbuat salah ataupun salah melangkah," ucap Alex.
"El mengerti," sahut Elang.
🌼🌼🌼
Setelah mengobrol cukup lama, Alex dan Elang kembali menemui Anes dan Senja yang sedang asyik bercengkrama.
Tanpa sadar Elang tersenyum melihat keakraban antara Anes dan Senja. Kini Senja sudah memakai dress selutut berwarna tosca yang sangat cocok di pakai di badannya.
Meskipun Bianca anak dari sahabat Anes dan Alex, tapi mereka tak bisa sedekat dan seakrab itu dengannya. Bianca yang selalu jaga image sedangkan Senja apa adanya, sangat cocok dengan Anes.
Elang tersenyum dalam hati, akhirnya gadis itu bisa sedikit tersenyum setelah semua yang ia lewati.
"Ngobrolin apa sih, seru kayaknya," ucap Alex seraya mendekat.
"Ada deh, mas kepo aja. Pulang sekarang?" tanya Anes.
"Iya, Senja ikutlah dengan kami!" pinta Alex.
"Maksud om?"
"Daddy, tadi kan mommy udah bilang, panggil om ganteng itu daddy," Anes meralat ucapan Senja.
"Makasih pujiannya sayang," Alex tersenyum ke arah Anes.
"Eh iya daddy," ucap Senja malu-malu.
"Untuk sementara, tinggallah bersama kami sebelum kalian resmi menikah. Daddy percaya kepadamu, tapi tidak dengan putra daddy yang satu ini," memicingkan mata ke arah Elang.
Elang santai tak menggubris guyonan Alex yang sama sekali tak lucu buatnya.
"Iya sayang, bukannya apa-apa. Kami percaya dengan kalian berdua, tapi alangkah lebih baim jika kamu tinggal bersama kami dulu. Biar bagaimanapun tidak baik jika kalian tinggal bersama sebelum sah. Iya kan El?" meminta pendapat Elang.
Elang tahu, inilah alasan mereka datang ke apartemennya.
"Hem," sahut Elang singkat.
Senja melihat Elang, menunggu reaksi lebih lanjut laki-laki itu.
"Ikutlah dengan mereka," ucap Elang.
"Baiklah, sebentar saya ambil tas saya dulu di atas," ucap Senja. Ia yang awalnya kekeh tak ingin menikah dengan Elang, entah kenapa kali ini tak bisa menolak kebaikan yang di berikan oleh keluarga tersebut.
"Kau juga pulanglah bersama kami El, mommy akan menyiapkan pernikahan kalian," ucap Anes.
"Tidak malam ini mom, El masih ada pekerjaan. Besok mungkin El baru ke sana," sahut Elang.
Senja turun dari mengambil tasnya dan ikut kedua calon mertuanya.
"Titip dia," bisik Elang kepada Alex.
"Jangan khawatir," Alex menepuk bahu Elang sebelum akhirnya ia menyusul istri dan calon menantunya.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan kupa like, komen dan vote seikhlasnya...Terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 𝓔𝓶𝓫𝓾𝓷 🤗❤️❤️💠