Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkam sifat aslinya. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Beberapa hari berlalu, setelah berpikir panjang, Puteri memutuskan untuk mempertahankan dan melahirkan bayi itu kedunia, sekalipun ia tau resikonya bahwa Nino akan meninggalkannya. Nino yang kala itu marah tidak punya pilihan lain, ketika orang tua Puteri memanggilnya kerumah.
Akhirnya sepulang kerja, mereka tiba di rumah. Kala itu keluarga Puteri bersama dengan keluarganya Nino sudah menunggu. Kemudian musyawarah kedua keluarga itupun dimulai.
Setelah perdebatan panjang, akhirnya keputusan pun diambil, Puteri dan Nino akan menikah dipertengahan bulan depan, yaitu 3 minggu lagi. Walau dengan terpaksa Nino harus menurutinya.
Setelah selesai musyawarah, keluarga Nino pun pulang. Puteri yang hari itu hanya banyak diam, hanyut dalam lamunan. Kemudian terkejut kala mendengan suara mamah yang berada disampingnya.
"Kenapa ini harus terjadi sih teh??, Ayah belum lama meninggal, dan tiba-tiba kamu hamil, jujur mamah kecewa, tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur!!," Lirih sang mamah, sambil mengusap kepala putrinya itu.
"Teteh minta maaf mah, teteh benar-benar merasa bersalah, tapi teteh gak mau mengulangi kesalahan lagi dengan mengikuti mau Nino untuk aborsi, biarlah rasa malu ini menjadi hukuman atas dosa teteh karena sudah berzina!!, tolong maafin teteh mah!!," Jawab Puteri terbata-bata, yang tak mampu membendung tangisnya, sambil memeluk sang mamah.
"Apa?? Nino meminta kamu menggugurkan janin itu?? Anak kandungnya sendiri!!," Kejut sang mamah sambil melepas pelukan putrinya, dan menatap nya tak percaya.
" Hu'um", dijawab Puteri sambil mengangguk.
"Astagfirullah, benar-benar keterlaluan anak itu!!! tidak punya hati!!! pantas saja dari awal mamah tidak menyukainya, ternyata dia bukan lelaki baik." Jawab mamah penuh amarah.
" Maafin teteh mah, teteh udah gak nurut dan denger kata-kata mamah sebelumnya, teteh nyesel, maafin teteh mah," Ucap Puteri sambil merapatkan kedua tangannya seraya memohon ampun.
Puteri benar-benar menyesal, mengapa ia tidak mendengar ucapan mamahnya dahulu. Ternyata alasan mamah tidak menyukai Nino sudah terbukti, bahwa ia bukan lelaki yang baik.
"Kamu tau apa yang mamah khawatirkan saat ini?? Bukan soal apa kata orang-orang jika mereka tau soal kehamilan kamu, tapi ini tentang kebahagiaan kamu dan bayi kamu kelak. Mamah rasa dan mamah yakin sekali, kalian ga akan bahagia, kamu dan anakmu akan menjadi korban nantinya." Lirih mamah sambil memeluk Puteri.
"Teh, mamah bukan mendoakan kalian yang tidak baik, hanya saja terkadang feeling orang tua itu tidak pernah salah. Mamah selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak mamah, biarlah sekarang kita ikuti alurnya saja, Allah pasti mempunyai rencana yang terbaik dari kejadian ini.," Lanjut mamah lagi sambil menenangkan Puteri yang terisak.
"Iya mah," Dijawab puteri dengan lirih.
" Yasudah kamu istirahat, jangan begadang, ingat kamu sedang mengandung." Perintah mamah sambil menghapus sisa air mata di pipi Puteri.
Puteri pun menjawab hanya dengan anggukan, kemudian ia masuk kedalam kamarnya.
************************
Hari demi hari Puteri lalui dengan penuh bahagia, bukan karena ia akan menikah dengan orang yang ia cintai, melainkan karena ia menikmati kehamilannya yang sudah masuk usia 2 bulan lebih.
Puteri sering mengajak ngobrol janinnya saat menjelang tidur, ia sudah tidak sabar ingin melihat janin itu tumbuh menjadi bayi yang sehat dirahimnya.
Semenjak orang tua dan teman terdekatnya tau soal kehamilan Puteri, Puteri tidak ragu menunjukan pada mereka soal keinginannya yang terkadang ngidam. Dan bahkan orang-orang terdekatnya, tak jarang pula mengikuti keinginan Puteri karena takut bila tidak dituruti, maka anak yang sedang Puteri kandung akan ileran seperti mitosnya.
***********************
Disatu sisi, Puteri sedang bahagia dengan kehamilannya, sedangkan disisi lain Nino yang tidak mengharapkan bayi dan pernikahan itu pun sedang berpikir keras, bagaimana caranya agar Puteri kehilangan bayinya, sehingga ia tidak perlu segera menikah dengan kekasihnya itu.
Bukan karena ia sudah tidak mencintai Puteri, melainkan karena ia belum siap menghadapi semuanya saat ini, kemudian hadirlah seorang wanita baru dalam hidupnya sebagai pelampiasan.
Semenjak mengetahui Puteri hamil, hidup Nino menjadi berantakan, ia sering mabuk-mabukan di sebuah club di daerah braga bersama teman-temannya.
Kemudian ia bertemu dengan seorang wanita bernama Rita. Rita yang ternyata bekerja di Mall yang sama, menjadi teman curhat Nino semenjak itu.
Mereka menjadi intens, sering hangout bersama,mabuk bersama bahkan mereka pun sering jalan berdua tanpa sepengetahuan Puteri.
Hingga suatu hari, Nino pergi keluar dengan alasan akan menginap dirumah salah satu temannya. Padahal ia memutuskan untuk bertemu dengan Rita.
Dengan alasan ingin curhat, Nino mengajak Rita ketemuan di tempat yang privasi karena hal yang akan ia ceritakan adalah hal yang serius. Mereka kemudian menuju salah satu ho*el di daerah braga.
Setelah masuk kamar, Nino menyandarkan tub*hnya di pa*a nya Rita yang sedang duduk diatas kasur, dengan lembutnya ia mengusap kepala Nino. Kemudian Nino pun mulai menceritakan keluh kesahnya pada Rita.
Nino yang kalut, menjadi sering uring-uringan, karena tak terima dengan keputusan akhir keluarganya, tapi setelah bertemu Rita ia akan kembali tenang, seolah Rita adalah obat dari segala kegundahannya kala itu.
Mereka kemudian bangkit dari kasur, dan duduk di sofa sambil menikmati minuman yang sudah Rita bawa sebelumnya.
Sambil bercerita, mereka juga tak jarang sambil berc*mbu me*ra, menikmati kebersamaannya itu dengan ditemani rokok dan sebotol minuman beralk*hol sebagai pelengkap.
Nino yang sudah mulai mabuk, menjadi lebih agr*sif dari sebelumnya. Rita yang pada dasarnya memang bukan seorang peminum, ia pun lantas ikut terh*nyut dalam keme*raan yang Nino mulai.
Sebenarnya Rita tau tentang masalah Nino, dan ia pun tau jika dirinya hanya dijadikan pelampiasan oleh pria itu. Rita juga sudah punya kekasih, namun memang karena mereka LDR membuat Rita jarang sekali bertemu dengan kekasihnya itu merasa kes*pian.
Sampai akhirnya hal yang mereka inginkan pun terjadi. Perg*latan panjang itu dilakukan sampai 3 ro*de. Hal yang tidak pernah ia lakukan baik dengan Puteri ataupun dengan Rita sebelumnya.
Membuat Nino melampiaskan kemarahannya pada Puteri melalui Rita, membuat Rita kewalahan karena harus mel*deni se*s Nino dengan dur*si yang tidak sebentar.
Setelah melampiaskan ha*ratnya dan pu*s berg*lat diatas ranj*ng yang sudah seperti kapal pecah. Nino pun bangkit dari ranj*ng dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 pagi, dan sebelum adzan subuh berkumandang, mereka menghentikan aktifitas mereka. Rita pun lantas ikut bangkit dan berjalan menuju sofa, menyalakan rokoknya, kemudian disusul oleh Nino yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Sayang, kamu masih bete ya??," Tanya Rita sambil membelai wajah Nino.
" Aku pusing sayang, entah apa yang harus aku lakukan saat ini, aku sama sekali belum siap untuk menjadi seorang suami sekaligus ayah dari bayi yang sedang Puteri kandung." Jawab Nino sambil menyalakan rokoknya.
"Hmm apa kamu masih mencintai Puteri??," Tanya Rita sambil meneguk minuman yang masih ada didalam gelasnya.
" Sejujurnya iya, aku masih sangat mencintainya, tapi hal ini membuat aku marah dan membencinya, karena ia tidak menuruti keinginanku. Seandainya ia menurutiku, aku tidak akan sampai menghianatinya begini." Curhat Nino lagi sambil mengambil gelasnya di meja.
"Apa jika Puteri mengikuti maumu, kamu akan menikahinya suatu saat nanti??," Tanya Rita lagi memastikan.
" Hmm iya, sebenarnya salah satu impianku adalah menikahinya, dia adalah wanita pertama yang telah ku renggut keperawanannya. Ia begitu setia padaku, bahkan ia tidak pernah melirik pria lain, sekalipun banyak pria yang datang padanya, jauh lebih tampan dan mapan dariku," Jawab Nino dengan lirih.
Sebenarnya rasa cinta Nino pada Puteri begitu besar, bahkan terkadang ia mengutuk dirinya sendiri ketika sedang bermesraan dengan wanita lain seperti ini.
"Apa kamu berpikir ia melakukan itu karena ia benar-benar mencintaimu, bagaimana jika ia melakukan itu karena agar kamu tidak meninggalkannya, secara ia sudah tidak suci lagi, dan ia takut jika tidak ada pria lain yang mau dengannya." Ucap Rita mengompori Nino.
" Aaaarrrrrggggghhhh" Nino yang marah mendengar pernyataan Rita lantas bangkit dari sofa dan menendang kesembarang arah. "Aku yakin Puteri tidak seperti itu," sambil mengacak rambutnya, kemudian ia kembali duduk disamping Rita. "Lalu aku harus apa, aku benar-benar tidak menginginkan bayi sialan itu!!!". Tanya Nino semakin emosi.
Nino menjadi semakin kesal, ia merasa bayi itu pembawa sial untuk hubungannya dengan Puteri, seandainya bayi itu tidak pernah ada, pasti hubungannya dengan Puteri masih baik-baik saja.
"Hey, hey, tenang sayang, aku punya ide bagus!!!," Jawab Rita menenangkan sambil memegang kedua pipi Nino.
"Apa itu??," Tanya Nino penasaran.
Kemudian Rita membisikan sesuatu kepada Nino, membuatnya menggangguk-anggukan kepala sebagai tanda paham maksud dari ucapan Rita.
" Kamu yakin itu akan berhasil,??" Tanya Nino memastikan.
"Tentu saja sayang, percaya padaku!!!," Jawab Rita tersenyum penuh arti.
Mereka pun kembali memadu kasih..melakukan pergu*atan lagi sebelum akhirnya tertidur.