Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.
Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.
Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.
Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....
Happy reading....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
“Kenapa lo? Daritadi senyum-senyum sendiri.”
“Gak papa, lagi pengen senyum aja.”
Rejandra dan pak supir mengerutkan alisnya mendengar jawaban dari Derandra. Tak biasanya sepupunya itu memiliki sifat seperti itu. “Aneh”gumamnya.
Sementara orang dibicarakan mereka berdua saat ini sedang memandang jalanan dengan senyum cerah di wajahnya.
Ia benar-benar tak sabar untuk bertemu lagi dengan wanita yang akhir-akhir ini menemaninya.
Bisa dibilang Derandra merindukan nya, entah apa yang membuat dirinya merindukan wanita itu. Tapi ada sesuatu di dalam wanita itu yang membuat dirinya ingin selalu bertemu dengannya.
Banyak hal yang dilakukannya selama beberapa terakhir ini bersama dengannya. Kekosongan dihatinya seolah terisi dengan kehadiran wanita itu, patah hati yang sudah sembuh dan juga kehadiran wanita itu yang menemaninya untuk melupakan sejenak, permasalahan harinya.
Veronica dengan sifatnya yang sederhana dan hangat. Membuatnya nyaman berada disisi wanita itu selama mungkin.
Veronica yang memiliki sifat unik dan juga senyum manis di wajah wanita itu, membuat hati Derandra merasakan hangat.
Mengingat wanita itu, membuat Derandra tersenyum sendiri. Pembicaraan mereka yang terkadang random, dan juga kedewasaan yang dimilikinya ada ciri khas tersendiri di dalam diri wanita itu.
Wanita itu benar-benar unik menurutnya.
Selama ini wanita yang berada di dekatnya kebanyakan adalah orang yang memandang materi.
Semua kehidupan bagi mereka adalah tentang uang, dari kecil hingga dewasa semuanya dihidupi dengan uang. Tentang kecantikan, kesehatan, sandang dan pangan. Semua itu membutuhkan uang.
Derandra juga berpikir hal sama seperti teman-temannya. Semua hal di kehidupan ini, semuanya membutuhkan uang. Dalam aspek-aspek tertentu menurutnya, karena ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Kesehatan tubuh misalnya, ungkapan tentang sehat itu mahal memang benar adanya. Namun itu semua kembali pada diri sendiri, menurutnya sehat itu murah hanya saja sulit untuk menjaganya.
Ada banyak tata cara tradisional yang diwariskan leluhur tentang pengobatan. Semua yang ada di alam semesta pasti ada obatnya, hanya saja untuk jaman sekarang pengobatan tradisional seolah ditinggalkan dan digantikan dengan yang baru.
Selama ini mamanya mempelajari beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan obat ketika sedang tidak enak badan.
Dan tentu penyembuhan dari obat tradisional sangat berbeda dengan obat modern. Namun begitulah manusia, ketika ada celah sedikit tentang bisnis. Semua akan dibisniskan termasuk kesehatan. Sehat tidaklah mahal, menjaganya lah yang mahal.
“Veronica”gumamnya.
Wanita itu seperti mengajarkan nya satu hal yang tidak pernah ia pahami dan lakukan selama ini. Satu hal ketika ia berada di desa adalah semua hal tidak bisa dibeli dengan uang. Yaitu kebahagiaan.
Dia mengingat pembicaraannya dengan wanita itu tentang kebahagiaan orang desa. Semua serba kelompok dan tidak menyendiri. Membutuhkan satu sama lain, dan bercerita banyak hal ketika berkumpul.
“Ada denganmu?”
“Tidak ada, hanya sedang mengingat sesuatu saja.”
Rejandra turun dari mobil dan mengambil oleh-oleh yang dibelinya tadi. Selama perjalanan dia merasa heran dengan kelakuan sepupunya ini. Sangat aneh.
“Ya sudah aku pulang dulu, sampai bertemu lain kali”pamitnya pada Derandra.
Derandra melambaikan tangannya pada Rejandra dengan tersenyum aneh. “Ada apa dengan nya?”gumam Rejandra.
Beruntungnya jarak rumah antara keduanya hanya dua rumah, mereka masih satu RT dan juga satu komplek. Jadi dia tidak perlu berjalan jauh ke rumahnya.
Derandra juga keluar dari mobilnya dan menenteng barang bawaannya. Tak lupa dia juga memberikan oleh-oleh pada supirnya karena sudah mengantarkannya ke desa. Derandra juga harus membagi oleh-oleh ini antara orang tuanya dan Veronica tentunya.
Dia harus membedakan kedua oleh-oleh agar tidak tertukar nantinya. Mengingat orangtuanya sangat suka dengan oleh-oleh makanan dari berbagai kota.
Tentunya dia harus membedakan keduanya agar oleh-oleh yang akan diberikannya pada Veronica tidak langsung dilahap oleh orangtuanya.
Jika itu terjadi, Derandra bisa membayangkan wajah kecewa Veronica karena oleh-oleh yang dipesannya tidak ada.
Setelah selesai ia menenteng kedua kantong tas itu di tangannya. Satunya untuk keluarga, dan satunya lagi untuk temannya. Derandra sudah tidak sabar untuk bertemu dengan wanita itu nantinya.
“Selamat malam keluargaku tercinta, anakmu ini sudah pulang dengan buah tangan yang akan membuat keluarga saya senang”ucap Derandra dengan nada yang dibuat serta senyum sombongnya untuk dipamerkan pada Mallory.
Tentunya Mallory yang melihat itu hanya berdecih, anaknya yang satu ini memang tidak punya akhlak kalau bersama dengannya.
Derandra pun mendekati kedua orangtuanya yang duduk berdampingan. Ia mendusel kedua orangtuanya dan duduk ditengah-tengah antara keduanya. Memisahkan pasangan ini agar tidak dekat duduknya.
“Kamu bawa apa Ndra? Kayaknya enak-enak tuh?”tanya Firanda dengan melihat kantong tas yang dibawa anaknya.
“Tentunya mama, anak kesayangan mu ini ketika keluar kota akan selalu membawa oleh-oleh untuk orang rumah. Karena sejatinya orang rumah itu memang butuh buah tangan ketika ada salah satu anggota keluarganya pergi keluar kota. Tentunya juga agar orang rumah bisa mencicipi makanan khas daerah yang di kunjungi anggota keluarga tersebut. Supaya bisa merasakan makanan itu dari anggota keluarga yang tidak ikut pergi”jelas Derandra sambil menekankan kata terakhir.
Hal itu untuk menyindir papanya, karena setiap pria itu keluar kota tidak akan ada yang namanya buah tangan. Bagi Mallory membeli buah tangan adalah hal yang sia-sia karena membuang waktu.
“Dasar anak gak tau diri!”decih Mallory.
“Pah!”tegur Firanda dengan menatap tajam ke arah suaminya.
Derandra yang berada di tengah keduanya hanya bisa tertawa kecil, melihat papahnya yang mengkerut karena tatapan tajam Firanda.
Mereka berdua pun mencicipi makanan yang dibawa Derandra dari luar kota. Jajanan yang dimakan mereka berdua itu adalah sale pisang khas kota itu. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu, karena matanya tertuju pada bentuknya yang unik.
“Tumben kamu Ndra beli makanannya yang enak dan juga cocok buat mamah dan papah.”
“Iya, biasanya kalau beli oleh-oleh selalu buat gigi kita periksa ke dokter yah mah.”
“Bener, baru kali ini kamu membeli makanan yang cocok untuk mama papa.”
Derandra yang dibicarakan seperti hanya memberengutkan wajahnya. Dia tidak akan mengelak dengan fakta yang diucapkan kedua orangtuanya. Karena memang selama ini dia membeli oleh-oleh selalu tidak cocok dengan umur kedua orangtuanya.
Penyebabnya adalah dia sengaja membeli oleh-oleh itu untuk diberikan pada Atlas, namun keduluan dimakan orangtuanya.
“Kalau di tas itu isinya apa aja? Itu buat mama ya?”tunjuk Firanda pada tas yng ada id sofa sebelah.
“Bukan, itu buat temenku. Mama dan papa kan udah dapet, jadi ya itu oleh-olehnya”jawab Derandra.
“Emang siapa temenmu? Perasaan temenmu cuma Atlas sama Reja”sahut Mallory.
Derandra mendekati tas itu dan menentengnya untuk dibawa ke kamar. “Yang jelas temen Andra bukan mereka berdua, masih ada temen yang lain. Jadi hamba mohon undur diri untuk kembali istirahat nyonya tuan selamat malam”pamitnya dengan membungkukkan badannya dan pergi ke kamar dengan wajah yang ceria.
“Ada apa dengan anakmu mah?”tanya Mallory pada istrinya yang menikmati jajanan tradisional itu.
“Entah”jawab Firanda dengan mengendikkan bahunya.
ΠΠ
Perasaan senang serta bahagia menghampiri Derandra yang saat ini akan mengunjungi seseorang. Dia sangat bersemangat akan hari ini untuk bertemu dengan temannya yang akhir-akhir ini sering bersamanya.
Dari pagi dia sudah menyiapkan segalanya, bahkan dia juga meninggalkan kebiasaan pagi hanya untuk bersiap diri.
Perubahan yang dibawa Derandra membuat kedua orangtuanya, Mallory dan Firanda melihatnya aneh. Senyum-senyum sendiri sambil melihat tas yang dibawanya, serta menari-nari sambil mengangkat tasnya.
Bahkan sampai di meja makan dia tetap berkelakuan aneh seperti itu, Firanda juga memeriksa keadaan Derandra. Namun tentu saja tidak terjadi apa-apa dengan anaknya itu.
Setelah selesai sarapan Derandra pamit pada kedua orangtuanya dn tak lupa mencium pipi mamanya. Dia keluar rumah dengan menari-nari sambil mengangkat tas tentengannya.
“Anakmu kenapa mah?”tanya Mallory dengan nada heran.
“Mama nggak tau, mungkin dia lagi dapat penghasilan besar dari bisnisnya. Atau dia mungkin lagi jatuh cinta?!”
“Kalau papa pikir, dengan kelakuan seperti itu. Mungkin memang lagi jatuh cinta anakmu.”
“Wah! Kalau beneran aku harus beritahu Narisa tentang hal ini!”perginya dari meja makan dan langsung menuju kamarnya untuk mengambil ponsel. Meninggalkan Mallory di meja makan sendirian.
“Gak anak gak emak emang sama aja, bapaknya yang disuruh bersihin mejanya”keluh Mallory.
Sementara yang dibicarakan kedua orangtua itu, saat ini dia sedang menikmati perjalanan. Kemacetan yang dialaminya hari ini, tidak akan membuatnya mengeluh karena perasaan bahagia sedang menyergap di dalam dirinya.
Tidak peduli dengan berbagai umpatan dari beberapa orang akibat kemacetan, dia lebih baik mendengar musik yang disetel nya.
Lagu yang diputarnya ini tentang perasaan bahagia dari seseorang yang ingin bertemu dengan kekasihnya. Dan itu sangat menggambarkan perasaan Derandra.
Bedanya dia tidak memiliki kekasih sedangkan di lagu ini gambarannya mempunyai kekasih.
Setelah sampai ke tempat tujuan, Derandra menunggu seseorang itu dari dalam mobilnya. Ini akan menjadi kejutan bagi wanita itu karena dia datang terlalu pagi.
Perjanjian bertemu sebetulnya adalah nanti sore ketika pulang kerja. Namun karena Derandra terlalu bersemangat untuk bertemu dengan wanita itu, dia mendahului perjanjian awalnya.
Dia ingin segera bertemu dengan wanita itu. Beberapa kali dia mengaca pada kaca di mobilnya untuk melihat penampilannya.
Dan tentu hasilnya sangat sempurna sesuai dengan keinginannya. “Sempurna Derandra, kamu adalah pria paling tampan di muka bumi ini”ucapnya dengan pede akut.
Selang beberapa menit menunggu akhirnya wanita yang ditunggu keluar dari guanya. Dia pun keluar dari mobilnya dan melambaikan tangannya pada wanita itu.
“Veron!”panggilnya.
Veron yang namannya dipanggil pun menolehkan kepalanya ke arah orang yang memanggil. Ia pun mendekati orang itu.
“Andra? Kok kamu bisa disini? Kan perjanjiannya nanti sore?”tanya Veronica.
“Bisa dong, udah gak sabar aja pengen segera berikan kamu oleh-olehnya. Kalau nanti sore nunggunya kelamaan, sekalian aja sekarang mumpung masih pagi”jawab Derandra.
"Tapi kan kalau di bedah sekarang malah nggak jadi kerja dong aku.”
“Iya juga,”ujarnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Yaudah nanti sore aja, kamu mau numpang nggak?”
“Tau aja kalau aku lagi butuh tumpangan yuk!”ajak Veronica padanya. Derandra yang melihat itu hanya bisa terkekeh dengan kelakuan wanita itu.
“Benar-benar wanita yang unik”gumamnya. Derandra pun masuk ke dalam mobilnya dan menjalankannya.
Waktu yang dia butuhkan untuk mengantar wanita itu hanya beberapa menit dari tempat kostnya.
Walaupun nantinya dia akan memutar arah untuk ke tempat kerjanya, itu bukan masalah baginya. Yang penting dia harus mengantarkan wanita di sampingnya ini.
Sepanjang jalan perjalanan mereka mengobrol banyak hal, Derandra juga menceritakan tentang kasus yang ada di desa. Dan respon yang dirasakan wanita itu adalah kebahagiaan.
Parasit yang sering menggerogoti warga desa akhirnya terlah pergi karena ulahnya sendiri. Dan ormas yang di dirikan kades itu juga dibubarkan oleh warga desa, karena itu sangat menggangu kehidupan warga desa yang ada disana.
Veronica juga tak menyangka bahwa ada orang baik yang mau membantu warga desa dengan tulus seperti itu. Semua itu sangat membantu warga desa yang ada disana.
Jembatan yang rusak parah, serta kepala desa dan ormas yang mengganggu benar-benar diselesaikan oleh bos Derandra.
“Gimana ya kalau dia tahu bahwa bos yang dimaksudnya itu aku? Apa dia akan tetap menganggapku sebagai temannya?”batin Derandra.
Jika sudah seperti ini Derandra tidak bisa berbuat banyak, mengingat obrolan mereka tentang ketimpangan sosial. Dia bisa melihat raut Veronica seakan tidak suka dengan orang-orang yang memiliki harta berbeda jauh darinya.
Sesampainya di cafe, Derandra memberhentikan mobilnya di pinggir yang disebutkan Veronica. Setelah itu Veronica keluar dari mobilnya.
“Terima kasih sudah mengantarku, dan jangan lupa nanti sore kita ketemu lagi. Dan kamu nggak usah menjemputku lagi oke.”
“Tempatnya nanti akan ku beritahu!”
Belum sempat Derandra menyampaikan sesuatu wanita itu sudah pergi begitu saja dari hadapannya. Dia hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkah wanita itu.
“Si Veron, ajib bener dapet pacar yang mapan.”
“Iya juga, kadang kalau ngelihat dia sering dipuji-puji oleh pelanggan suka bikin kesel sendiri. Wanita itu memang nggak ada harga dirinya.”
“Benar, apa lagi berita terbaru dia yang merebut suami orang! Ih gak malu banget!”
“Namanya juga wanita murahan, apalagi dia itu dari kampung. Tahu sendiri kan orang kampung kalau dapat orang mapan kayak gimana?”
“Ih jijik banget astaga.”
Berbagai ungkapan kasar menurutnya yang ditujukan pada Veronica. Entah kesalahan apa yang dibuat Veronica hingga banyak dibenci oleh rekan kerjanya.
Derandra yang mendengar itu hanya mengelus dadanya, ingin sekali dia menanyakan hal ini pada Veronica. Namun wanita itu seakan tertutup pada dirinya.
“Mungkin aku harus sedikit memaksanya untuk mengetahui kenapa dia dibenci seperti itu.”
salam hangat dari saya👋
jika berkenan mampir juga🙏