Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Mereka akhirnya pulang menuju tempatnya masing-masing. Didalam mobil Al duduk bersama papi, kemudian papi tiba-tiba berkata yang membuat Al mengernyitkan dahi.
"Son, boleh papi meminta bantuanmu?"
"Apa itu pi?"
"Tolong cari tau siapa Tyo itu, papi merasa tidak enak hati saat melihatnya tadi." jawab papi dengan mimik muka serius.
Al mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya apa yang sedang papi pikirkan sampai papi meminta bantuannya mencari tau tentang Tyo.
Dan jujur saja, melihat Tyo tadi, Al pun merasa ada sesuatu yang tidak baik. Bukan karena perasaan cemburu, melainkan perasaan lain yang begitu membuatnya merasa tidak enak hati.
"Baik pi, tapi maaf apa Al boleh menanyakan sesuatu?" tanya Al kepada papi
"Apa itu son?"
"Apa papi juga berpikir seperti yang Al pikir mengenai Tyo?"
Papi tidak paham maksud putranya itu, namun melihat raut wajah Al sepertinya kekhawatiran dirinya dengan Al sama.
"Andrew?" tanya papi langsung menerka yang ada dipikiran Al.
Alvian mengangguk kemudian memalingkan wajahnya menghadap ke jendela. Papi hanya menarik nafas panjang, kemudian ia menepuk pundak anaknya.
"Cari tau saja dulu, jangan langsung mengambil kesimpulan, namun kita harus tetap waspada."
"Baik pi!".
...****************...
Sementara itu Raisya membawa Tyo ke klinik terdekat untuk memeriksa keadaan Tyo akibat bogem mentah yang melayang dari tangan kekasihnya.
"Aku minta maaf atas nama Vian ya kak, harusnya aku segera menceritakan soal kakak kepadanya, namun aku tidak sempat." ucap Raisya kepada sang kakak.
"It's ok Rai, kakak paham kok." jawab Tyo sambil mengusap puncak kepala adik sepupunya itu.
Setelah dokter selesai memberinya pengobatan, mereka pun memutuskan untung pulang. Tyo berencana mengantar Raisya, namun Raisya menolak dengan alasan arah tempat tinggal mereka berbeda.
Tyo yang mengenal sifat sang adik lantas tidak memaksanya, ia pun menurut lalu pergi melajukan mobilnya saat Raisya sudah masuk kedalam taxi.
...****************...
Raisya sudah berada di unit apartemennya, ia pun memutuskan untuk mandi air hangat karena hari ini membuatnya sangat penat oleh banyak hal.
Setelah selesai mandi ia pun segera keluar untuk berpakaian dan menuju dapur untuk membuat kopi kesukaannya yaitu Cappuccino.
Saat tengah berada didapur, seseorang memencet bel apartemennya, dan ternyata itu Alvian. Raisya pun membukakan pintu dan mengizinkan Al masuk, mempersilahkannya duduk lalu ia kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat kopi, tak lupa ia pun membuatkan satu cangkir yang sama untuk kekasihnya.
"Ini!" ucap Raisya sambil menyuguhkan secangkir Cappuccino yang masih panas untuk Alvian.
"Makasih Sya!" ucap Al sambil meniupkan asap kopi.
"Vian, kebetulan kamu kesini, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Tentang apa itu Sya?"
"Ini tentang Tyo! Kita ngobrol di balkon saja yuk gerah sekali rasanya, padahal aku sudah mandi." ajak Raisya sambil membawa cangkir-cangkir kopi itu dan berjalan ke balkon.
Balkon apartement Raisya memang cukup luas. Sehingga sangat nyaman untuk dipakai nongkrong bersama teman-teman.
Raisya duduk di sofa panjang dan Alvian duduk disampingnya. Raisya mulai mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
"Beb!"
Alvian yang tengah menghisap rokoknya tersedak asap sampai batuk-batuk mendengar Raisya memanggilnya dengan sebutan Beb. Raisya membantu menepuk-nepuk punggungnya.
"Kamu panggil aku apa?" tanya Al heran, karena itu kali pertama ia dipanggil seperti itu oleh Raisya.
"Aku panggil beb, kenapa?"
"Ah, nggak apa-apa kok! Tumben aja." jawab Al sambil menyeruput kopinya lagi.
"Beb, aku pengen cerita soal kak Tyo, boleh gak?"
Alvian terdiam sejenak, dalam hatinya ia berkata, kebetulan sekali itu juga yang ingin ia tanyakan kepadanya.
"Boleh kok beb!" ucap Al mengikutinya memanggil beb.
Kali ini Raisya yang tersedak mendengar dirinya dipanggil beb oleh sang kekasih.
"Kamu gak apa-apa kan beb?" tanya Al sambil menepuk-nepuk punggung Raisya.
"E-enggak kok, aku cuma kaget aja km juga panggil aku begitu, geli-geli gimana gitu dengernya hehe hehe." ucap Raisya kikuk.
"Oh iya kamu mau bilang apa soal Tyo?"
"Hmm, aku sih sebenernya agak merasa janggal sama kak Tyo beberapa tahun ini."
"Janggal gimana?" tanya Al penasaran.
"Iya janggal, seolah kak Tyo bukan kak Tyo."
"Hah, gimana maksudnya beb?"
"Gini beb, aku merasa kak Tyo yang sekarang bukanlah kak Tyo yang dulu."
"Kenapa begitu?"
"Setau aku kak Tyo itu punya tanda lahir dipinggangnya. Dan tadi pas aku antar dia ke RS untuk mengobati luka yang dipinggang dia akibat kamu pukul tadi. Aku gak liat ada tanda lahir itu."
"Ah masa sih, mungkin tanda lahir itu sudah dia hilangkan kali beb!" ucap Al sambil memperbaiki rambut Raisya yang menghalangi wajah cantiknya.
"Gak mungkin beb, karena kak Tyo pernah bilang sebelumnya, kalau tanda lahir itu akan menjadi ciri khas dia sampai mati, dan dia sangat menyukai tanda lahir itu, karena bentuknya seperti hati, dan tanda itu sangat langka."
"Apa ada hal lain lagi yang membuat kamu merasa dia bukan kak Tyo, selain dari tanda lahir itu?"
"Ada!"
"Apa itu?"
"Dia pernah menghilang beberapa bulan lamanya, namun saat ia kembali, tubuhnya sedikit lebih tinggi dan lebih putih dari sebelumnya."
Alvian terdiam sejenak, ia tengah berpikir, memang postur Tyo setinggi dan seputih Andrew, hanyak wajah mereka yang berbeda.
"Apa kamu punya foto kak Tyo sebelumnya?"
"Ada, sebentar!" Raisya lalu menuju kamarnya dan membuka laci, lalu mengambil sebuah album foto, kemudian memberikannya kepada Al.
"Ini beb!"
Al mulai membuka lembar demi lembar Album foto itu. Diantara foto itu ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Ini siapa beb?" tanya Al sambil menunjuk salah satu orang yang berada didalam foto.
"Oh itu kak Andrew, dia salah satu temannya kak Tyo saat masih kuliah dulu, kenapa beb? Kamu kenal dia?"
Al hanya terdiam tidak menjawab, ia bertanya-tanya apa Raisya mengenal baik soal kak Andrew.
"Kamu kenal baik ya sama kak Andrew?"
"Enggak sih, cuma kak Tyo sering banget kemana-mana sama dia, dan dia juga beberapa kali suka main ke rumah aku bareng kak Tyo kalo pas orang tuaku lagi gak ada dirumah."
"Ngapain?"
"Biasalah anak cowok, merokok minum, karena kalo dirumah kak Tyo kan gak bisa karena ada om dan tante."
"O ya?"
"Iya, bahkan karena mereka kemana-mana selalu berdua, sering dibilang anak kembar, liat deh wajah mereka juga sekilas hampir miripkan! Hanya kak Andrew lebih putih dan lebih tinggi sedikit." jelas Raisya lagi.
Al hanya mengangguk-angguk sebagai jawaban, ia lalu meminta tolong kepada Raisya untuk mengambilkan minum. Raisya mengangguk lalu berjalan menuju dapur.
Kesempatan itu ia gunakan untuk mengambil gambar melalui kamera ponselnya. Ia mengambil beberapa gambar dari album foto yang sedang ia lihat.
Sebelum Raisya kembali ia segera menyimpan kembali ponselnya. Dan kembali fokus pada foto-foto yang lain agar Raisya tidak curiga, mengapa ia bertanya soal Andrew.
"Ini beb!"
"Makasih!" jawab Al sambil menenggak minuman yang baru saja dibawa Raisya.
"Lalu apa ada hal lain yang buat kamu curiga?"
"Ada!"
"Apa lagi?"
"Cara dia memanggilku, itu sangat berbeda sekali." jawab Raisya sambil tertegun.
"Memang bagaimana?"
"Sedari kecil, kak Tyo selalu memanggilku Isya, tapi semenjak ia menghilang dan kembali lagi ia jadi memanggilku Rai, seperti yang lain!"
"Apa kamu pernah menanyakan kemana ia menghilang selama itu kepadanya?"
"Pernah namun ia menjawab bila ia jatuh saat hiking bersama teman-temannya dan ia sempat hilang ingatan! Namun saat aku tanya pada teman-teman yang biasa bersama kak Tyo, tidak ada dari mereka yang ikut hiking bersamanya, dan yang lebih anehnya lagi, kak Tyo gak pernah hiking, karena dia tidak suka naik gunung." Sya menjelaskan dengan tatapan sedikit melamun.
Hal itu membuat Al juga merasa yakin jika Tyo yang sekarang memang ada hubungannya dengan Andrew.