Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pengantin yang Gagal
Bu Nur menggaet tangan menantunya dan mulai masuk ke ruang tamu yang bernuansa putih. Ruang tamu yang terlihat asri karena bersebelahan dengan taman yang ditata sedemikian rupa. "Wah, Mamah suka bunga ya, sama kayak Emanya Inan, rumahnya penuh bunga," ucap Jinan mengawali percakapannya dengan sang mertua.
"Iya, Sayang. Mama dan Ema kamu dulu, itu suka berlomba-lomba menanam bunga di sekolah. Apa kamu juga suka bunga?" jawab Bu Nur.
"Hehe senang sih, tapi selalu diomeli sama Emak, soalnya Inan sering mecahin potnya hehe,"
"Lah, kok, bisa mecahin, emang berat?"
"Enggak sih, cuma Inan sering main bola deket taman, hehe!" Bu Nur dan Isa tertawa mendengar ocehan Jinan.
Karena malam sudah larut, Jinan dan Isa disuruh menginap di rumah Bu Nur. "Om, ranjangnya sempit, gimana tidurnya?" keluh Jinan tatkala melihat ranjang Isa yang hanya berukuran 150x200cm.
"Ya gak apa-apa, kita kan bisa tidur di sini. Masih muat berdua kok, ya meski harus dempetan.''
"Itu maunya Om,''
Isa kembali terkekeh mendengar omelan Jinan. Karena terpaksa, Jinan pun akhirnya mau tidur di samping Isa. Rasa aneh kini mulai menjalar ke seluruh pori dan nadi mereka berdua, hingga menimbulkan hawa panas di antara mereka. "Nan, mm apa kamu merasakan sesuatu?'' tanya Isa sambil tengadah ke langit-langit kamarnya.
Jinan pun menoleh sambil menyengir mencoba menyembunyikan kegelisahan yang kian mendera hatinya. ''Iya Om, Inan kok, gelisah gitu. Kaya ada sesuatu yang mendesak di diri Inan. Kenapa begitu ya?'' Jinan balik bertanya dengan polosnya, membuat Isa bertambah gelisah.
''Apa kamu mau mencoba sesuatu?'' tanya Isa sembari menoleh ke arah Jinan. Tangannya mulai mengelus pipi mulus itu. Dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Jinan, sementara Jinan, kini memejamkan matanya.
''Om, Inan udah ... pengen ...!'' Ucapan Jinan tertahan oleh wajah Isa yang terus mendekat.
"Baik, Mas akan penuhi keinginan kamu,'' bisik Isa dengan suara parau. Ia makin berani mengarahkan tangannya ke pundak Jinan dan memegangi kepalanya bermaksud mendekatkan kepala Jinan ke arahnya, tapi ...
"Om, maksud Inan, Inan udah kepengen pipis, udah kebelet ni!" ucap Jinan sambil menyengir kuda.
Mata Isa melotot seketika melihat Jinan yang langsung mendorongnya, kemudian berlari menuju kamar mandi. ''Ya ampun, ni anak, bikin kesel aja!'' gerutunya kesal. "serasa diajak terbang kemudian dijatuhkan dari atas awan, akhkhkhgkh!'' Isa berteriak sambil mengacak rambutnya. Kemudian membaringkan tubuhnya membelakangi tempat Jinan.
''Om, Om, Ya ... Kok, udah ninggalin tidur?'' Jinan memanggil -manggil Isa sambil mengguncang tangannya, tapi Isa tak menanggapi. Karena kesal, dia terus berpura-pura tidur. ''Hmm, ya udah lah, baiknya Inan juga tidur,'' putus Jinan setelah melihat Isa tak juga bangun. Dia akhirnya membaringkan dirinya dengan memunggungi Isa juga. Setelah dirasa Jinan sudah tidur, Isa kembali beraksi dengan menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya.
''Biarlah hanya begini dulu. Aku harus berusaha sabar menghadapi dia. Ya maklum aja nikah sama anak bau kencur, harus banyak bersabar!'' Isa bergumam menasehati dirinya sendiri.
Pagi harinya, Jinan pergi ke dapur bermaksud membuatkan sarapan, tapi dia tak mendapati Isa, karena Isa sudah pergi terlebih dahulu. "Tadi suami kamu buru-buru pergi, kamu pergi sama Pak Deni saja ya?" ucap Bu Nur. Jinan pun tak membantah.
Sementara itu Isa, dia buru-buru pergi karena mendapat telefon dari assisten Kimberly yang mengatakan bahwa Kimberly masuk rumah sakit. Langkah Isa begitu cepat karena dia sangat cemas dengan keadaan mantan kekasihnya itu. "Bagaimana keadaan kamu, Kim?" tanya Isa setelah dia berada di ruang rawat Kimberly.
"Kepala Kim pusing, Mas. Mas, Kim nyesal karena pernah nolak Mas untuk cepat nikah. Apa sekarang kita bisa lanjutkan rencana kita?" tanya Kimberly sambil terisak. Isa kini terlihat mematung mendengar permohonan mantannya. Wajahnya memerah menahan kecewa yang luar biasa.
"Maaf, Kim, kamu terlambat. Mas udah menikah, dan Mas sangat menyayangi istri Mas. Jadi jangan pernah berharap lagi. Kamu cari saja yang lain, yang lebih sempurna dari Mas," jawab Isa berusaha menolak rasa iba yang tiba-tiba menyeruak dalam hatinya.
"Mas keterlaluan, kenapa Mas ingkar janji? Bukannya Mas dulu bilang bahwa Mas sayang Kim, sekarang Mas ingkar janji!" pekik Kimberly sambil melempar bantal ke arah Isa.
"Tidak ada yang ingkar janji, Mas sebelumnya sudah mengatakan bahwa Mas tidak akan main-main dengan yang namanya pernikahan. Jadi berhentilah berharap. Kalau kamu sudah gak ada apa-apa, Mas akan pergi. Permisi!" ucap Isa sambil berdiri dan melangkah pergi meninggalkan wanita yang dulu pernah dan masih digilainya.
Rasa cinta Isa terhadap Kimberly masih belum punah seutuhnya meski dia sudah dapat menyayangi Jinan sebagai istrinya. Tap satu hal yang akan dia pegang teguh dalam hidupnya, yaitu prinsipnya. Dia sudah bertekat akan setia pada wanita yang telah dia nikahi, meski hatinya masih bersama Kimberly.
"Aaah, Mas keterlaluan! Siapa sebenarnya istrinya, aku yakin dia tidak lebih baik dariku. Aku harus mendekati Jinan. Gadis kecil itu pasti keluarga istri Mas Isa, aku harus memancingnya agar memberi tahuku di mana istrinya Mas Isa. Aku ingin lihat, apa kamu masih bisa tetap setia pada istri kampungmu itu?" tekat Kimberly dengan meremas seprei rumah sakit yang dia duduki.
Sementara itu Isa, dia buru-buru keluar dari rumah sakit, tapi dia berpapasan dengan Tia yang baru saja menengok sepupunya. "Kak Isa, Kak Isa udah nengok Kak Kim?'' tanya Tia sok akrab. Isa hanya mengangguk dan tak menampakkan ekspresi apa pun. "Hari ini Tia ada kuliah pagi, apa Kak Isa bisa mengantarku sekalian, Tia malas harus naik taksi," rayu Tia dengan berlenggak-lenggok di depan Isa.
"Baik, silakan ikut!" jawab Isa sambil melangkah keluar diikuti oleh Tia dengan senyum penuh kebanggaan karena dia akan diantar oleh orang terkaya seasia tenggara itu.
Sesampainya di halaman kampus, Tia langsung keluar, dia berbalik menghadap mobil Isa dan memintanya keluar kala dia melihat Jinan berada di depan gerbang kampus. "Kak Isa, antar Tia ke sana dulu, yu!" pinta Tia sambil merengek manja.
Isa yang muak melihat sikap remaja itu segera keluar bermaksud menyuruh Tia pergi sendiri. "Jangan manja, ayo masuk, kan sudah dekat!" seru Isa sambil berdiri di pinggir mobilnya.
"Ok, Kak Isa, terima kasih, Kak Isa Sayang!" sahut Tia setengah berteriak karena ingin di dengar Jinan.
Jinan yang akan masuk ke gerbang pun kini menoleh ke arah Tia dan Isa. Wajah remaja tomboy itu terlihat memerah melihat sang suami mengantar orang yang menganggap dia lawan.
..... semangat Thor up nya 🥳😘😘🫰😘
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.