Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Kenapa masih disini? Kenapa tidak pulang saja!!" Ketus Bella saat melihat Elang masih di dalam kamarnya.
Bella sudah mengganti bajunya dengan piyama tipis berbahan satin bertali spaghetti. Memperlihatkan lekuk tubuh dan kulitnya yang mulus.
"Aku mau tidur di sini!!" Elang menjawab tapi matanya fokus pada majalah yang di bacanya.
"Di sini hanya ada sofa kecil, kau bisa tidur di kamar lain. Atau di kamar Marisa juga silahkan!!" Ucapan Bella kali ini membuat Elang beralih menatapnya. Ucapan yang keluar dari mulut Bella seolah sindiran untuk dirinya yang masih berhubungan dengan Marisa.
"Ranjang ini lebar jadi tidak masalah!!" Elang tak mampu membalas singgungan Bella tengang dirinya dan Marisa. Memang kenyataannya begitu, jika dirinya masih mencintai Marisa, namun saat di meja makan tadi, entah mengapa ada rasa bersalah saat melihat Bella lebih memilih menjauh padahal Bella yang telah menyiapkan makan untuknya.
"Cih, kau bilang tak sudi seranjang denganku!!" Bella mulai membaringkan tubuhnya membelakangi Elang.
Elang hanya mampu diam, karena yang di ucapkan Bella memang benar. Dia pernah mengatakan seperti itu kepada wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
Bella terus bergerak untuk mencari posisi yang menurutnya nyaman. Tapi sialnya pergerakan Bella tadi membuat piyama yang di kenakannya sedikit terangkat di bagian pahanya. Elang sejak tadi memang sudah memperhatikan penampilan Bella dan berusaha sekuat mungkin untuk menghiraukannya. Tapi entah sengaja atau tidak Bella malah seperti mempermainkannya.
"Apa kau selalu berpakaian seperti ini saat tidur?? Apa kau tidak merasa kedinginan?" Elang sudah tidak tahan lagi menyuarakan kegelisahannya.
Bella berbalik menatap Elang yang ternyata sedang mengamatinya.
"Memangnya kenapa? Bukankah kau sudah tau? Kenapa bertanya?" Ketus Bella, lalu berbalik lagi. Memang sejak mereka menikah, Elang selalu melihat Bella dengan piyama seperti itu.
Elang semakin gemas dengan tingkah Bella yang acuh tak acuh. Elang memang pria normal, namun tidak mudah tergoda walau banyak sekali gadis yang rela melemparkan tubuhnya kepada Elang. Tapi melihat Bella seperti ini membuat badan Elang memanas. Elang menyibakkan selimut yang menutupi kakinya untuk menutupi tubuh Bella.
-
Hingga pagi menjelang dua insan yang baru pertama kalinya tidur satu ranjang itu masih enggan membuka matanya. Ralat, ke dua kalinya, karena yang pertama adalah malam terkutuk itu.
Berlahan Bella mengerjabkan matanya, mulai terbangun dari mimpi indahnya. Matanya masih berat untuk terbuka sempurna.
"Emmm jam berapa ini?" Suara Elang membuat Bella membuka matanya dengan lebar setelah tadi terasa seperti di beri perekat.
Ternyata Bella sudah merubah posisi tidurnya, kini Bella berhadapan dengan Elang, bahkan wajah mereka sangat dekat. Ternyata Elang juga sudah membuka matanya. Pandangan mereka bertemu, saling mengunci. Entah saling mengagumi atau mencaci yang ada di dalam benak mereka, yang jelas tak ada niatan dari mereka untuk mengakhirinya.
Sudah lebih dari dua menit mereka dalam posisi seperti itu membuat Bella menjadi risih. Hingga Bella mengalah memutuskan aksi saling pandang di pagi hari itu.
"Hal sial apa yang akan aku dapat hari ini saat bangun saja yang pertama aku lihat wajahmu!!" Gumam Bella namun masih di dengar jelas oleh Elang.
Bella menyibakkan selimutnya memilih beranjak dari ranjangnya. Namun Elang menarik tangannya hingga Bella kembali jatuh ranjang.
Elang mendekatkan wajahnya dengan Bella, mengungkung Bella dengan tubuhnya yang berotot.
"Mau apa kau!!" Bella berusaha menutupi kegugupannya.
" Membuat harimu sial!!" Seringaian licik terbit di bibir Elang. Melihat wajah Bella memerah membuat Elang semakin bersemangat menggoda istri batunya itu.
"Jangan macam-macam!!" Geram Bella, berusaha mendorong dada Elang yang terasa keras ditangan Bella.
"Memangnya kenapa, kau istriku dan kita juga pernah melakukannya bukan? Jadi kenapa kau takut?" Elang semakin mendekatkan wajahnya.
"Dasar g*la!!" Umpat Bella. Tenaganya tak seberapa untuk mendorong Elang. Bahkan kini kakinya sengaja di tindih dengan kaki Elang yang berat. Sepertinya Elang sudah paham betul dengan serangan Bella.
Elang semakin mendekat, mendekat lagi Bella tak kuasa lagi sehingga menutup rapat bibir dan kedua matanya. Tapi sudah beberapa saat Bella tak merasakan apapun.
"Kau jelek saat gugup seperti itu" Bisik Elang di telinga Bella. Persis seperti apa yang pernah Bella lakukan kepada Elang. Ternyata Elang hanya mempermainkannya saja.
"Dasar kurang a*ar!! Menyingkir!!" Bella mencubit pinggang Elang yang rampung dan berotot.
"Awww!! Ha ha ha ha ah" Teriak Elang namun di iringi tawa terbahak bahak dari pira itu karena pagi-pagi begini berhasil mengerjai seorang Bella yang seperti batu.
***
Cekrek cekrek..
Foto dari berbagai angle didapatkan dari subjek yang sejak beberapa hari ini diincarnya. Orang dengan pakaian serba hitam dan topi yang selalu menutupi kepalanya membuat orang itu tampak sangat misterius. Sudah beberapa hari ini ia mengikuti kemanapun subjeknya pergi.
Meski tak tampak sekalipun hal yang mencurigakan dari targetnya. Tapi sekecil apapun pergerakannya tak luput dari perhatiannya. Siapapun yang di temui orang yang diincarnya akan menjadi target selanjutnya.
"Menghadapi orang licik seperti mu memang harus lebih licik" Senyuman tipis terbit di bibir pria berkacamata itu.
***
Siang ini Elang mendapatkan undangan makan siang di sebuah restoran bersama Marisa. Dengan gagahnya Elang memasuki restoran itu membuat beberapa wanita berbisik tentang ketampanannya. Sudah hal biasa bagi Elang jika menjadi pusat perhatian di manapun ia berada.
Elang berjalan sambil memperhatikan sudut restoran mencari kliennya berada.
BRUUKK...
"Maaf Tuan saya tidak sengaja" Ucap seorang pria yang baru saja menabrak Elang.
"Tidak papa, lain kali perhatikan jalannya!!" Elang melihat penampilan orang di depannya dengan aneh. Di siang bolong begini berpakaian tertutup dan memakai topi di dalam restoran.
"Hati-hati dong kalau jalan, ini kan di dalam ruangan bukan di lapangan, ngapain buru-buru!!" Omel Marisa.
"Iya Tuan Nona, sekali lagi saya minta maaf. Permisi!!" Pria berkaca mata tebal itu berbicara tanpa memperhatikan lawan bicaranya.
Elang menatap sedikit aneh kepada pria yang berlalu dari hadapannya itu. Seperti tak asing bagi Elang. Elang mengedikkan bahunya lalu kembali melangkah.
"Kamu kenal Lang??" Tanya Marisa saat Elang terus memperhatikan pria tadi.
"Sepertinya tidak!!" Jawab Elang acuh.
Mata Elang membelakak seketika, saat ia menangkap sosok Bella di kejauhan, keluar dari ruang VIP. Tanpa pikir panjang Elang berbalik dan mengejar pria bertopi yang tadi menabraknya.
"Elang!! Elang kamu mau kemana?" teriak Marisa.
Elang berlari menelusuri setiap sudut parkiran, dia yakin pasti pria tadi belum jauh dan masih di sekitar sana. Firasat Elang tidak salah jika ia tidak asing dengan sosok itu. Ternyata laki-laki yang menabraknya tadi adalah pria misterius yang sering di temui Bella.
"Ah s*al!! Cepat sekali perginya!!" Elang menggeram kesal.
"Apa dia pria berinisial D itu??" Batin Elang.
-
-
-
-
-
Happy reading, Jangan lupa tinggalkan jejak mu😘
dan Bella mungkin lelah atau malas untuk berkoar2
gak menye2
good Arabella