Yuda Laksana adalah seorang anak yang ditemukan oleh Eyang Braja Sedeng didalam sebuah hutan yang angker.
kedua orang tuanya mati terbunuh oleh sekumpulan perampok yang menyerang desa mereka.
Dengan gemblengan ilmu silat dan pukulan sakti menjadikan Yuda Laksana tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna dan diwariskan senjata maha dahsyat pedang Naga Bumi dan diberikan nama baru Yuda Edan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Dick, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertolongan Yuda
"Dengar aku perempuan bodoh! Bukankah kita melakukannya atas dasar suka sama suka, jadi wajar saja kalau aku menolak untuk mengawinimu. Bisa saja engkau melakukannya dengan orang lain juga dan minta pertanggungjawabanku!"jawab Prakoso.
"Lelaki bangsat.....hari ini kau harus mati ditanganku"ucap mayang geram dan hati yang hancur berkeping-keping.
Mayang menghunuskan pedangnya dan melesat dengan kecepatan tinggi menyabet dan menusuk dengan jurus-jurus tingkat tinggi perguruan tersebut sehingga hanya terlihat seperti bayang-bayang saking cepatnya tetapi Prakoso yang diserang hanya tertawa-tawa dengan menyebutkan setiap jurus yang dikeluarkan Mayang sehingga amarah Mayang semakin menjadi-jadi.
Prakoso mempercepat gerakannya dan berhasil memukul badan pedang yang dipegang Mayang sehingga terjatuh lalu tangannya bergerak menotok urat besar dipangkal leher Mayang sehingga kaku tegang.
Dengan kurang ajar dihadapan guru dan teman-teman seperguruannya dia meremas sepasang gunung kembar Mayang dengan kasarnya.
Mayang yang tidak dapat bergerak hanya berteriak memaki, "jangan sentuh aku bajingan bangsat"teriaknya marah.
Wajah Mayang merah seperti saga saking geramnya.
"Kalian semua minggirlah, biar eyang yang akan menghabisi iblis ini"ucap Eyang Jimbaran.
Tangan eyang berwarna kemerahan yang memaparkan hawa panas menyengat lalu tempat itu laksana terpanggang.
Eyang Jimbaran akan mengeluarkan pukulan Segara Geni yang ditakuti dalam rimba persilatan.
Prakoso kembali tertawa terbahak-bahak, "hanya jurus picisan saja engkau mau pamerkan dihadapanku orang tua bego....!"ledek Prakoso.
Mendidih darah Eyang Jimbaran dimaki seperti itu dia menghimpun seluruh tenaga dalamnya sehingga cahaya merah menyala semakin terang ditangannya.
"Orang tua perhatikan senjata apa yang ada ditanganku ini, apakah engkau mengenalinya?"ucap Prakoso yang tiba-tiba dari balik bajunya dia mengeluarkan sebuah benda berbentuk keris berluk tujuh yang berkilauan.
Saat Prakoso melebarkan badan Keris tersebut terbesit cahaya pelangi keluar dari badan Keris.
Eyang Jimbaran kaget tiada terkira....
"Keris...pelangi...bukankah senjata ini sudah hilang dalam rimba persilatan, kenapa sekarang bisa ada ditangan iblis ini?"gumam Eyang Jimbaran.
"Apa hubunganmu dengan pendekar sakti Keris pelangi?"tanya Eyang Jimbaran karena didalam hatinya sang eyang bertanya-tanya bagaimana senjata pusaka tersebut bisa dijatuh ketangan iblis ini karena senjata tersebut adalah satu dari banyak pusaka yang ditakuti dalam dunia persilatan.
"Hahahaha..."Prakoso tertawa terbahak-bahak, "kau bisa tanyakan sama setan-setan di neraka saat engkau sudah jadi bangkai tua bangka!!!"ucap Prakoso yang memakai orang tua yang sudah mengajarkannya ilmu kesaktian.
Eyang Jimbaran menyadari bahwa sesuatu telah terjadi dengan pendekar Keris pelangi dan mengetahui bahaya yang sedang mengancam karena dahsyatnya senjata ditangan iblis tersebut lalu dia berseru kepada murid-muridnya,"kalian semua dengar perkataan guru, cepat kalian semua tinggalkan tempat ini sekarang juga!"perintah eyang Jimbaran.
"Tidak guru kalaupun kami harus mati kami rela untuk membalas kebaikan guru kepada kami"ucap mereka bersama-sama.
Lalu sepuluh orang dengan golok terhunus ditangan menyerang sang pemuda.
Prakoso dengan mudahnya mengelakkan setiap serangan golok yang ingin mencincang dirinya itu.
Sepuluh jurus berlalu, tiba-tiba Prakoso berteriak lantang dan balas menyerang.
Satu demi satu korban berjatuhan terkena tendangannya.
Ada yang kepala rengkah, dada jebol, tangan terputus terkena sabetan Keris sakti ditangannya yang langsung menghitam hangus.
Eyang Jimbaran berteriak lantang, "hentikan pertarungan...akulah lawanmu iblis... semuanya mundur!!!"teriak eyang Jimbaran.
Eyang Jimbaran langsung berkelebat dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga yang terlihat hanya cahaya pelangi dari badan Keris dan cahaya merah dari tangan Eyang Jimbaran saling melilit.
"Mati kau iblis!!!"ucap Eyang Jimbaran yang berteriak lantang saat tangannya terulur untuk menghantam batok kepala Prakoso.
Prakoso yang melihat bahaya besar menghadang merintangi serangan pukulan Segara Geni dengan melebarkan badan Keris sehingga cahaya pelangi terpapar melebar melindungi kepala Prakoso.
Eyang Jimbaran terlempar puluhan tombak kebelakang dan langsung memuntahkan darah kental berbuku-buku dari mulutnya.
Dadanya serasa remuk dan seluruh tulang-tulangnya seperti digembosi.
Sang eyang segera mengambil duduk bersila dan mengatur jalan nafas akibat peredaran darah yang kacau balau lalu menyalurkan hawa murni untuk meredakan sakit yang hebat pada dadanya.
Di pihak Prakoso saat terjadi bentrokkan pukulan dengan badan Keris terjajar lima langkah ke belakang dan rembesan darah keluar dari mulutnya.
"Boleh juga tenaga dalam orang tua ini, aku harus segera menyelesaikan urusan disini dengan segera"ucap Prakoso membatin.
Lalu Prakoso menyimpan kembali Keris saktinya kebalik bajunya.
Dengan tertawa terkekeh, dia berkata, "hari ini dunia persilatan akan berkabung karena padepokan Rajawali Sakti akan aku ratakan dengan tanah"ucap Prakoso dengan pongah.
Eyang Jimbaran membuka matanya dengan dibantu oleh beberapa murid padepokan mencoba berdiri.
Mayang berteriak, "bangsat, lepaskan totokanmu ini jangan kau ganggu guruku"ucap mayang lantang.
Prakoso berkata,"tunggu waktumu manisku, setelah aku membereskan orang tua itu aku akan membawamu ketempatku"ujar Prakoso.
"Cuih bangsat, cepat lepaskan totokanmu"ucap mayang kembali.
Tanpa menghiraukan makian Mayang, berkatalah Prakoso,"orang tua apakah engkau mengenali pukulan yang akan aku lepaskan ini?"ucap Prakoso.
Tangan Prakoso tiba-tiba menjadi kebiruan dengan cahaya merah melapisinya.
Kaget sang eyang bukan kepalang melihat pukulan tersebut.
"Pukulan Kobra biru"desisnya dengan perasaan takut yang hebat.
Dia menyadari bahwa dirinya tidak akan bisa lolos dari pukulan tersebut.
"Kau sudah siap orang tua bertemu dengan penciptamu?"Prakoso berkata sambil mengejek.
Eyang Jimbaran menguatkan hatinya untuk menyongsong kematian, dia tidak bisa mengerahkan tenaga dalamnya badannya seperti lumpuh.
"Matilah kau orang tua bodoh!"ucap Prakoso.
Mayang hanya bisa memejamkan matanya, dia tidak akan sanggup melihat guru dan saudara-saudara seperguruannya yang sebentar lagi akan menyongsong maut.
Cahaya biru memaparkan hawa panas dan beracun melesat ke arah Eyang Jimbaran dan sisa murid perguruan yang tersisa.
Mereka semua hanya bisa pasrah dan menyebut nama pencipta mereka saat cahaya biru yang sangat panas sebentar lagi akan menghantam mereka dan membawa mereka ke alam lain...
Cahaya biru yang menghamparkan hawa sangat panas yang dilepaskan oleh Prakoso melesat dengan sangat cepat ke arah eyang Jimbaran dan sisa murid perguruan Rajawali Sakti.
Mereka hanya bisa pasrah menanti kematian yang mendekat.
Tiba-tiba dari atas pohon melesat cahaya keperakan yang juga menghamparkan hawa sangat panas memotong jalur pukulan Kobra biru di udara.
Terdengar suara ledakan yang memekakkan daun telinga juga terdengar teriakan histeris dua anak murid yang melindungi guru mereka terlempar beberapa tombak dengan tubuh matang biru terkena pecahan sinar pukulan sakti yang bentrok diudara.
Kaki Prakoso melesak kedalam tanah sampai sebatas betis dengan dada yang berdenyut sakit dan aliran darah kacau balau.
"Bangsat, keluar kau! Jangan berlaku pengecut!"teriak Prakoso.
Tiba-tiba dari atas pohon melayang turun seorang pemuda berpakaian serba putih, berikat kepala putih sedang menggerogoti bonggol jagung rebus tanpa mengeluarkan suara sama sekali saat kakinya menyentuh tanah padahal jarak yang dilompatinya sekitar lima tombak.
Sambil menggaruk kepalanya pemuda tersebut hanya menatap Prakoso lalu mencampakkan bonggol jagung tersebut ke tanah.
Prakoso berkata,"siapa kau orang sedeng berani mencampuri urusanku?"tanya Prakoso.
Bukannya menjawab pertanyaan orang, pemuda tersebut melangkah ke hadapan eyang Jimbaran dan murid-muridnya.
Bersambung...