Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
5 tahun berlalu...
Randy tak henti memikirkan Alya selama 5 tahun ini. Ia terus mengerahkan anak buahnya untuk mencari Alya. Bukan untuk melanjutkan balas dendamnya, tapi karena ia masih kepikiran soal janin yang Alya kandung saat itu.
“Kalau benar Alya mengandung benihku, di mana mereka sekarang? Tentu anak itu sudah besar,” gumamnya.
Entah mengapa, dendamnya seakan luntur perlahan selepas kepergian Alya dalam keadaan hamil. Terlebih, setelah ia mendengar sepenggal cerita Alya setelah putus darinya. Yang pasti, Randy juga kepikiran soal ucapan terakhir Alya padanya saat itu.
“Apa sebenarnya maksud Alya mengatakan aku akan menyesal setelah tahu alasannya memutuskanku? Jelas-jelas karena ibunya tidak mau anaknya berpacaran dengan yatim piatu tanpa masa depan sepertiku dulu,” pikir Randy.
Bahkan, yang Randy rasakan saat malam panas itu pun masih ia ingat betul bagaimana nikmatnya. Kenikmatan itu seakan berbeda saat ia melakukan hubungan suami istri dengan Nadia, istrinya sendiri. Jelas saja, saat bersama Alya, ada andil rasa cinta yang muncul, berbeda saat melakukannya dengan Nadia yang sampai saat ini belum bisa ia cintai di tahun keenam pernikahan mereka.
Ya, Randy menikahi Nadia 6 tahun lalu, tepatnya saat 1 tahun sebelum akhirnya Randy menemukan Alya. Saat itu, Nadia adalah janda beranak 1 yang ditinggal mati suaminya. Saat menikahi Nadia, umur Raina masih 4 tahun kala itu. Om Tama lah yang menjodohkan mereka karena ayah Nadia adalah rekan bisnis Om Tama.
Saat tengah pusing memikirkan keberadaan Alya, tiba-tiba, ia rindu pada orang tua angkatnya. Dari dulu, saat sedang ada masalah, Bu Yusi dan Pak Mukid lah yang selalu menjadi pendengar setianya. Malah, mereka berdua selalu dapat kembali membuatnya tersenyum.
Randy lalu bergegas menuju rumah Bu Yusi, karena semenjak menikah, ia sudah tak tinggal lagi bersama mereka.
30 menit perjalanan, tiba lah ia di rumah kecil penuh kenangan itu.
Setelah mengetuk pintu, terlihat wanita senja berusia 65 tahun membukakan pintu. Ia tampak tersenyum melihat kedatangan Randy yang sudah sangat jarang menemuinya. Mereka pun saling berpelukan, tak kuasa menahan rindu. Meskipun tak ada hubungan darah, tapi ikatan batin mereka begitu kuat.
"Ibu apa kabar?" tanya Randy penuh haru.
"Ya begini lah, Nak. Kamu sendiri apa kabar? Sudah lama tak pulang," jawab Bu Yusi mengusap-usap lengan Randy.
Meminta maaf karena sudah jarang menemui, Randy mengaku sedang banyak pekerjaan. “Bapak mana, Bu?” Randy celingukan.
“Sudah setahun ini bapakmu sakit dan hanya bisa banyak tiduran,” jawab Bu Yusi membuat Randy merasa sedih.
Ia lalu menyesalkan sikap Bu Yusi yang tak bilang padanya, karena ia pasti akan mengusahakan kesembuhan pria yang ia anggap ayah itu.
“Sakit tua, Nak. Tidak akan bisa sembuh,” ucap Bu Yusi membawakan teh hangat.
Meminta maaf karena merasa abai pada kesehatan orang tua angkatnya, Randy berjanji akan lebih sering menyambangi mereka, meskipun Nadia pernah mengatakan bahwa suaminya itu tak boleh sering-sering ke rumah masa kecilnya dulu.
Bu Yusi pun tersenyum, ia masih tak menyangka Randy begitu gagah sekarang, karena baginya Randy masih lah anak kecil.
“Ada apa, Nak, tiba-tiba pulang ke rumah?” tanya Bu Yusi yang seakan paham jika anak angkatnya itu sedang tak baik-baik saja.
Dengan wajah sendunya, Randy mulai menceritakan apa yang sedang ia rasakan saat ini. “Ibu masih ingat ‘kan tentang Alya? Kekasih Randy yang waktu itu pernah Randy ceritakan.”
Wajah Bu Yusi seketika sumringah ketika mendengar nama Alya. Ia lalu menanyakan kabar perempuan lemah lembut nan cantik itu, karena ia juga merindukannya. Dulu, ia lumayan sering bertemu dengan Alya saat masih menjadi kekasih Randy.
Menunduk lesu, Randy menceritakan apa yang sudah ia lakukan pada mantan kekasihnya itu.
Senyum Bu Yusi langsung surut, ia pun seperti menahan tangisnya. Apa yang Randy lakukan sungguh membuatnya kecewa. Seketika ia merasa gagal menjadi seorang ibu yang selama ini telah berusaha mendidik anaknya.
“Iya, Bu, Randy salah. Randy menyesal. Tak seharusnya Randy berbuat sejahat itu pada Alya. Randy ingin meminta maaf padanya, juga bertanggung jawab pada anak itu,” ujar Randy menyesal.
Masih menangis, Bu Yusi seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi tak sanggup ia katakan saat itu.
***
Hari ini adalah ulang tahun Raina yang ke-10. Randy sengaja ingin merayakannya di sebuah panti asuhan, agar anak tirinya itu mengerti keadaan sekitarnya yang tak seberuntung dirinya. Selama ini, perayaan ulang tahun Raina selalu dalam bentuk pesta. Mengingat juga, Randy yang merupakan anak yatim piatu ingin berbagi pada anak-anak senasib dirinya.
Diantar Geni, mereka tiba di panti asuhan “Asuh Asih”. Geni lah yang memilih tempat ini dan diminta untuk mengkoordinir acara pagi ini. Termasuk pemesanan makanan juga diurus olehnya.
Tak ingin membuat pesta, acara hari ini hanya lah semacam tasyakuran. Randy juga tak ingin ada dekor dan tiup lilin, agar tak membuat iri para penghuni panti. Mereka pun mulai masuk ke dalam, karena anak-anak panti sudah menunggu mereka, termasuk pemilik yayasan.
“Silakan, Tuan,” ujar Geni mempersilakan masuk.
“Kamu buka saja dulu acaranya, biar Nadia dan Raina ikut masuk duluan. Saya mau ke kamar mandi sebentar,” ucap Randy celingukan mencari kamar mandi.
Geni lalu tampak menunjukkan kemungkinan lokasi kamar mandi panti asuhan.
Karena semua orang tengah berkumpul dalam acara, seakan tak ada yang bisa ia tanyai. Randy pun menahan rasa kebeletnya sembari celingukan terus mencari kamar mandi. Hingga ada seorang anak laki-laki berusia kurang lebih 5 tahun, tak sengaja menabraknya saat berlari.
“Aduh, maaf, Om, Gio tidak sengaja,” ujar anak lucu itu begitu sopan.
Seakan terpana pada sikap anak kecil yang tampan itu, Randy tampak terdiam sejenak, padahal seharusnya ia segera menanyakan lokasi kamar mandi.
...****************...