Honey merasa jengah dengan kehidupannya yang maha sempurna. Ditengah rasa jengah yang melanda, ia mempunyai ide gila; mengajak teman daringnya bertukar posisi. Teman daringnya merupakan anak dari penyelam handal di Barcelona.
Ia pikir setelah bertukar tempat dengan temannya, kehidupannya akan berubah menyenangkan, nyatanya salah. Ia harus menghadapi berbagai masalah, termasuk masalah hatinya yang terpaut pada ayah teman daringnya.
Follow IG Author @ThalindaLena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Masih berusaha menarik perhatian James.
Semenjak peristiwa malam itu, sikap James terhadap Honey berubah menjadi lebih dingin. Setiap kali Honey mencoba mendekat, James seolah menjauh dan terus begitu, membuat Honey merasa putus asa untuk terus berusaha mendekati James.
"Kau marah padaku?" Honey bertanya pelan sambil duduk di ruang makan, matanya terus memperhatikan setiap gerakan James yang tengah memasak sarapan. Pria itu terlihat begitu sexy dan menggoda, terlebih dengan hanya mengenakan celana, tubuh atletisnya tampak begitu menggairahkan. Honey merasa sulit untuk tidak menatapnya, meski hatinya merasa hancur.
"Tidak!" jawab James tegas dan dingin, tak menoleh pada gadis cantik yang duduk di ruang makan.
"Tapi, sikapmu sekarang seperti menunjukkan kalau kau sedang marah padaku."
"Mungkin hanya perasaanmu saja," balas James dengan suara datar dan tidak berperasaan. Wajahnya tetap terarah pada teflon yang ada di atas kompor. Kemudian suasana diantara mereka menjadi lebih hening dan tegang. Hanya suara teflon yang beradu di atas kompor yang terdengar, seakan menciptakan lantunan musik melankolis yang menjadi latar belakang diantara mereka.
Tak berselang lama, sarapan telah tersaji dengan indah. James menghidangkan dua piring omelet di atas meja yang terlihat lezat.
Kemudian pria matang itu duduk bersebrangan dengan Honey.
"Seminggu lagi aku akan kembali ke Barcelona," ucap Honey dengan nada lirih, bibirnya gemetar seraya menggenggam garpu erat-erat.
James seketika menghentikan gerakan tangannya yang sedang memotong omeletnya, perasaannya serasa dipelintir oleh kata-kata Honey. Ia mengangkat kepala, dan menatap datar Honey, mencoba menyembunyikan kepedihan di balik matanya yang kosong.
Honey terdiam, menatap mata James nanar, jantungnya berdebar kencang. Ia berharap pria itu akan mengatakan sesuatu padanya, tapi sayang, ia kembali menelan pil pahit kekecewaan.
James terlihat sangat acuh, dan hanya merespon dengan deheman yang menampar perasaan Honey. Lalu ia kembali fokus pada omeletenya, menutupi kesedihan dan ketakutan akan kepergian gadis yang sangat dicintainya.
Helaan nafas kasar meluncur keluar dari bibir Honey. Meski dia tidak bisa membaca isi hati dan pikiran James, namun dari sikap dingin dan acuh yang ditunjukkan pria itu, seolah menegaskan bahwa dia sama sekali tidak tertarik padanya. Honey merasa begitu terpukul, dan seakan sebuah tembok tebal memisahkan mereka. Mungkin inilah saatnya untuk menyerah, putus asa menjalar di hati Honey, dan terbersit keinginan untuk melupakan perasaannya terhadap James.
Namun, tanpa sepengetahuan Honey, hati dan pikiran James saat ini sedang diliputi kegelisahan yang mendalam. Pria itu berjuang mengendalikan perasaan sukanya terhadap Honey, berusaha untuk memadamkan gejolak hatinya.
James merasa tidak pantas untuk Honey. Dia sudah tua, sedangkan Honey masih muda dan kaya raya.
Setelah sarapan selesai. James menuju pantai, hari ini ia bertugas menjaga pantai. Seperti biasa, ia kagumi banyak wanita, namun tidak ada satupun wanita yang mampu menarik perhatiannya kecuali Honey.
.
.
Di rumah. Honey saat ini sedang menerima telepon dari orang tuanya.
"Honey! Apa-apaan kau ini, kenapa memasukkan wanita asing ke dalam apartement-mu?!" bentak Alpha kepada putrinya dari ujung telepon.
"M-Mom, aku bisa menjelaskannya." Honey ketakutan dan tidak menyangka kalau rencananya akan diketahui keluarganya.
"Di mana kau sekarang?!" sahut Kai kepada putri sulungnya itu.
"Aku sedang berada di suatu tempat."
"PULANG!!!!"
"Honey, kedua orang tuamu sangat marah, dan jangan libatkan aku dalam hal ini karena kau yang meminta untuk bertukar tempat." Suara Ana terdengar gemetar ketakutan.