NovelToon NovelToon
Hati Yang Kau Sakiti

Hati Yang Kau Sakiti

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Wanita Karir / Persahabatan
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hawa zaza

Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.

Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.

Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.

Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.

Kamu tak boleh terpuruk selamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

"Sebaiknya segera bawa kerumah sakit, karena keadaan anak ibu sudah lemes begini. Di sini tidak melayani rawat inap." Dokter berusia sekitar empat puluh tahunan itu terlihat menghela nafas, menatap lekat pada Munaroh yang terlihat panik.

"Baik dok, terimakasih banyak." Sahut Munaroh dengan lesu. Langkah kakinya terasa berat, dadanya teramat perih melihat keadaan putranya yang terus muntah hingga muntahannya berwarna kuning.

Dengan tangan gemetar, Munaroh menghubungi kakaknya yang kebetulan juga tinggal tak jauh dari kontrakannya.

"Mbak, tolong aku mbak. Brio, Brio sakit." Cicit Munaroh setelah panggilan teleponnya diangkat sang kakak.

"Kamu dimana, kenapa nelpon aku, dimana suamimu?" Sahut Warni dengan suara cemprengnya.

"Mas Bimo kerumahnya mbak Iis, aku di puskesmas dan dokter memintaku untuk segera bawa Brio ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan. Brio terus muntah muntah, mbak. Aku takut, ini anaknya sampai lemes." Isak Munaroh dengan perasaan campur aduk. Takut terjadi sesuatu pada anaknya dan marah dengan sikap Bimo yang acuh dengan keadaan anaknya. Setelah mendapat jawaban dari kakaknya, Munaroh terdiam, duduk di kursi kayu yang disediakan di pelataran depan puskesmas. Pikirannya tiba tiba tertuju pada Laras. Dulu Munaroh sering melarang Bimo pulang saat Laras mengabari keadaan Luna yang sakit dan harus di rawat di rumah sakit.

"Apakah ini karma?" Gumam Munaroh lirih, tak terasa air matanya kembali mengalir.

"Roh, ayo aku antar ke rumah sakit, kamu jangan ngelamun aja." Tiba tiba terdengar suara Warni yang mengangetkan lamunan Munaroh. Perempuan bertubuh gempal itu sudah siap di atas motor matic nya. Tanpa menunggu lama, Munaroh langsung naik ke boncengan dan motor melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit terdekat.

"Bagaimana suamimu itu, Roh. Sudah tau anaknya sakit kayak gini kok malah sibuk ngurusin kakaknya. Bukannya keluarga mereka juga banyak yang di Surabaya?" Sewot Warni yang kesal setelah mendengar cerita Munaroh. Mereka sedang duduk tak jauh dari ranjang Brio, anak itu akhirnya harus rawat inap karena sudah dehidrasi.

"Entahlah mbak, akhir akhir ini mas Bimo sering marah marah dan sikapnya kasar. Aku curiga dia punya selingkuhan karena sering pulang larut malam." Lirih Munaroh dengan nada kecewa.

"Kamu harus tegas, dan jangan pernah kalah dan mau mengalah. Buat Bimo kembali bertekuk lutut seperti dulu. Kamu itu yang sok sokan tidak mau lagi ngisi jampi jampi ke Bimo, makanya jangan terlalu percaya diri kamu. Wong Bimo nurut dan lebih condong ke kamu ya karena suwuk dari pakde, bukannya dia benar benar suka sama kamu." Cerocos Warni yang kesal dengan adiknya yang tidak mau mendengarkan omongannya.

"Setelah anakmu sembuh, cepat temui pakdemu. Sebaiknya kamu terus gunakan cara itu untuk terus membuat Bimo tunduk." Kembali Warni memberi nasehat pada Munaroh yang terlihat menghembuskan nafasnya dalam.

"Iya mbak, aku pikir setelah cerai dengan istrinya, mas Bimo akan sepenuhnya jadi milikku dan tidak ada pengganggu lagi, tapi ternyata justru sikapnya semakin kasar dan perhitungan." Sahut Munaroh dengan dada sesak.

"Kamu itu yang bodoh, sudah tau Bimo menikahi kamu karena cara licikmu. Kalau kamu tidak terus kasih dia guna guna ya mana bakalan dia mau menikahi mu. Dia itu cinta sama istri dan anaknya. Brio di rawat apa kamu sudah kasih tau ke Bimo?" Balas Warni ketus, kesal dengan Munaroh yang kadang kadang lemot.

"Sudah mbak, tapi pesannya belum di buka. Di telpon juga gak diangkat." Sahut Munaroh dengan wajah lesunya.

"Biarkan saja, nanti juga di baca. Yang penting kamu sudah memberitahu Bimo keadaan anaknya." Sahut Warni santai, perempuan bertubuh gempal itu lantas berdiri dan berniat untuk kembali pulang.

"Aku tinggal pulang dulu, warungnya tidak ada yang jaga. Tadi pas aku tinggal aku nitip sama mas mu, dia mana bisa handle kalau pembeli mulai banyak." Sambung Warni, setelah mendapat jawaban dari Munaroh, Warni langsung berjalan dengan cepat meninggalkan rumah sakit.

Sudah pukul delapan malam, tapi Bimo tak kunjung datang. Bahkan pesan yang tadi dikirim Munaroh hanya di baca saja, bahkan saat di telpon Bimo juga tidak mau mengangkatnya.

"Keterlaluan kamu, mas. Harusnya kamu lebih perduli dengan anakmu dari pada suami mbakmu itu." Geram Munaroh dengan dada naik turun.

Sedangkan di lain tempat, Bimo yang sejak tadi mengurus keperluan suami kakaknya terlihat letih. Bagaimana tidak, semua Bimo yang ngurus bahkan biaya juga Bimo yang harus mengeluarkan uang nya. Iis mengeluh tidak punya uang sama sekali karena suaminya sakit dan tidak bisa bekerja.

"Mbak, aku tinggal dulu ya. Aku harus kerumah sakit BDS, Brio juga di rawat di sana." Pamit Bimo setelah selesai mengurus tetek bengek keperluan kakak dan suaminya.

"Anakmu sakit apa, perasaan kemarin dia baik baik saja." Sahut Iis terdengar tak suka.

"Belum tau, tapi dari semalam dia muntah muntah terus." Sahut Bimo yang nampak letih dan terlihat frustasi.

"Paling masuk angin, istrimu itu yang gak becus. Masuk angin saja sampai masuk rumah sakit, memang gak berguna tuh Munaroh." Sengit Iis yang memang tak suka dengan Munaroh, tapi dia selalu pura-pura baik di depannya.

"Gak taulah, mbak. Yasudah aku tinggal dulu, kalau ada apa apa hubungi nomorku." Sambung Bimo lesu, saat akan beranjak Iis kembali menghentikan langkahnya.

"Bim." Panggil Iis dengan suara yang dibuat sendu.

"Iya mbak, ada apa?" Balas Bimo yang menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Iis.

"Aku tidak punya pegangan sama sekali, dan Dewi besok juga harus sekolah dan aku gak pegang uang. Boleh aku pinjam uangmu lagi, kasihan Dewi kalau tidak bisa jajan di sekolah." Bimo menghirup udara sebanyak mungkin, lagi lagi kakaknya meminjam uang. Padahal hampir setiap hari dia mengeluarkan uang untuk keperluan kakaknya.

"Aku cuma punya segini, mbak. Brio juga di rawat, tentunya juga butuh biaya." Bimo mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dua lembar dan menyerahkan pada kakaknya yang nampak kecewa.

"Segini mana cukup, Bim? Apalagi nunggu masmu di rumah sakit, di sini apa apa mahal." Sahut Iis dengan memasang wajah melasnya.

"Aku sudah gak ada lagi, mbak. Brio juga butuh biaya, mbak Iis coba minta sama Roy." Balas Bimo yang mulai kesal, karena kakaknya selalu saja memintanya untuk membantunya.

"Roy itu banyak kebutuhan, Bim. Gajinya cukup untuk keperluannya sendiri, apalagi dia baru memodifikasi motornya." Sahut Iis dengan tak tau malunya.

"Mbak, Roy itu sudah besar. Ajari dia punya tanggung jawab sama keluarganya. Dia sudah kerja dan punya penghasilan, setidaknya dia kudu bisa bantu bantu kesulitan orang tuanya. Maaf, aku hanya bisa kasih segitu." Sahut Bimo cepat, dia sudah cukup pusing memikirkan keuangannya yang akhir akhir ini mulai menipis.

"Tapi Bim." Sanggah Iis yang masih belum mau menyerah.

"Kalau Roy gak mau bantu, jual saja perhiasan mbak. Aku juga punya kebutuhan sendiri, mbak." Sahut Bimo kesal dan langsung pergi begitu saja, tak perduli lagi dengan teriakan Iis yang masih terus memanggil namanya.

1
neng ade
dihh .. dasar ga tau malu .. si Dewi hamil sm si Roy yg udah kabur eh malah mau jerat si Wawan buat nikahan Dewi yg perut nya udah kelihatan lagi hamil .. apa. benar si Wawan sebodoh itu
neng ade
menyesal ?? udah pasti itu .. tapi sayang nya semua udah terlambat
neng ade
bener2 manusia ga tau diri.. !
neng ade
diihh.. dasar ga tau malu .. masih aja mau memanfaatkan Laras ..
neng ade
lagi satu masalah besar akan muncul . Dewi hamil Roy kabur
neng ade
eh ga. nyangka. ya si Munaroh itu jadi pemuas nafsu teman2 nya si Bimo .. jangan2 keputihan yang di alami nya itu suatu penyakit .
neng ade
ya liat aja Bim.. karma buruk mu itu udah datang menghampiri mu .. bukan nya sadar diri tapi masih aja menghina Laras
neng ade
haha .. Bimo .. Bimo yang cuma mau ngincar uang nya Laras tuh kamu .. jangan ngomong sembarangan karena kamu blm tau siapa tuh calon suami nya Laras ..
neng ade
Iya bener tuh kata bule Tini jngn mimpi klo Laras mau balik an lagi ..
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..
neng ade
Itu si Bimo yg datang .. dasar udah putus urat malu nya .. ah .. kirain Laras udh nikah sm mas Dana ternyata baru mau lamaran besok .. semoga lancar acara nya
neng ade
dasar keluarga ga tau malu .. emang nya Laras mau balik an lagi.. dia udah menikah dan jadi juragan kos .. jngn halus km Bimo
neng ade
Udah keras ikan iblis tuh si Bimo
neng ade
Ga nyangka ya keluarga Bimo kelakuan nya sangat buruk
neng ade
mau mau mas Dana .. ayo gas poll .. 😁😍
Lusia Ani Hermawati
lanjutkan tor
neng ade
si lis mah udah ke enakan di melanin sm si Bimo bukan nya usaha cari kerja sendiri .. maka nya jadi orang tuh jngn sombong selalu menghina Laras miskin dan ga bisa kerja .. akhir nya km juga ga bisa kerja dan bakalan jadi miskin
neng ade
bagaimana pun keadaan anak nya seorang ibu selalu melimpahkan kasih sayang nya dan menerima semua nya dngn hati yang lapang karena anak adalah pelita bagi ibu nya
neng ade
yah memang begitulah sikap nya si Bimo .. baru nyadar ya ..
neng ade
kamu memang orang baik rezeki mu juga lancar dan tak disangka sangka datang nya hingga Allah pertemukan dngn orang baik juga yaitu mas Wardhana . semoga km berjodoh dngn nya
neng ade
Ya walaupun saudara kadang mereka tak mau peduli karena keadaan kita yg kekurangan dan enggan membantu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!