NovelToon NovelToon
Kebangkitan Sang Pembunuh Bayaran

Kebangkitan Sang Pembunuh Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:56.2k
Nilai: 5
Nama Author: R.A Wibowo

Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.

Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.

Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!

“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

PAGI hari ini Sekolah Luna mendapatkan murid pindahan. Sebagaimana siswi baru semestinya, ia memperkenalkan diri.

Rambutnya panjang, menjulang sampai punggung. Warnya Biru keabuan, parasnya elok. Didukung oleh senyuman yang begitu manis.

“Selamat pagi, semuanya!”

Mendapatkan murid baru merupakan peristiwa baru, seketika saja para murid laki terpesona. Seolah tersihir oleh keelokan gadis di depan, mereka memberang, berseru secara bersamaa.

“SELAMAT, PAGI!”

Begitu jawaban mereka yang serempak. Gadis ini bibit unggul baru, kecantikannya menurut mereka dapat menyaingi Luna. Bedanya gadis pindahan ini agaknya punya semacam aura positif, sebut saja aura kecerian.

“Gila cantik banget.”

“Dia udah kaya artis papan atas, anjir.”’

“Ajak kenalan kuy, mau gua gas.”

“Nanti dulu lah belum juga mulai.”

“Ehem,” sang guru berdehem. Guru berlabel mapel Olahraga, menggunakan jaket Vans warna merah. Sebut dia Bu Dinar. 

Semua mendadak diam, paham arti dari deheman sang guru. Yang artinya untuk tak buat onar. “Kamu boleh lanjut, nak.” 

Siswi baru ini menganggukan kepala, tampak begitu bersemangat. Seolah baru pertama kali berada di bangku sekolah, ia berseru penuh ceria melambaikan tangan. 

“Kenalin semuanya, nama saya Viola, senang berkenalan dengan kalian.”

Nyatanya keheningan cuma berlalu sepersekian menit. Para murid utamakan lelaki, rata-rata bermata keranjang. Berikan senyuman dan kedipan gadis manis maka mereka akan …

“SENANG BERKENALAN, VIOLA.”

Mendadak saja, seontoro kelas heboh. Para siswa begitu bersemangat. Disisi lain pihak perempuan menghela.

Pun demikian dengan Luna Wijaya yang menatap kegembiraan sekolah. Baginya kedatangan murid pindahan bukan hal buruk, namun entah kenapa ia punya firasat tak enak. Gadis itu patutnya tak terlalu didekati.

\*

“LUNA!” seruan ceria dari si gadis. Membuat langkahnya terhenti, demikian sama dengan sosok sahabat di samping.

Luna mengerutkan kening. “Kenapa?” 

Disisi lain, teman disampingnya tersenyum. “Dia murid baru dari kelasmu yang kamu ceritain?” tanya Rindi tampak kagum.

Luna hanya menganggukan kepala.

“Boleh aku ikut kalian, mau ke kantin? Ajak aku dong.” 

Luna pikir itu bukan masalah besar, namun naluri menolaknya. Sebagai orang yang berada di medan tempur, ia menyadari bahwa sosok di depan mencurigakan.

“Maaf, tapi—-” ketika hendak menolak dengan sopan. Teman disamping buru-buru saja menjawab.

“Gak masalah ayo makan bareng …” Rindi antusias menjawab, menatap Luna. “gak masalah, kan?”

Luna menghela napas. Baiklah, mungkin sekedar naluri tanpa bukti nyata. Lagipula bagaimanapun musuhnya, Luna sangat percaya diri bisa mengalahkan gadis kecil ini.

“oke, boleh saja.”

“Hore, sudah lama aku gak makan bareng teman-teman.”

Luna sekali lagi menatap si gadis. Senyuman itu begitu senang.

\*

Sudah bukan hal baru bahwa ini terjadi. Pada awalnya Luna memilih cuek, namun si gadis baru bernama Viola itu kini kerap mendekatinya.

Istilah bahasa gaul ia menjadi sok akrab.

Viola, sejak hari pertama kedatangannya, mulai menunjukkan sisi dirinya yang tak hanya menarik perhatian, tetapi juga mengundang perasaan aneh di hati Luna. Setiap kesempatan, Viola selalu berusaha untuk berada di dekat Luna, entah itu saat jam istirahat, di kelas, atau bahkan saat pulang sekolah. Kadang bahkan membuntuti sampai kamar mandi.

Ketika ditanya kenapa melakukan hal itu, ia hanya menjawab. “Bahwa ia ingin berteman dengan Luna.”

Luna boleh saja menolak mentah-mentahan, dan mengusir si gadis. Namun Rindi yang juga sekarang bersamanya selalu memutus saat ingin berbicara, malah mendukung kebersamaan mereka. 

Luna tak habis pikir. Rindi memang gadis baik, barangkali ia cuma merasa bersimpati dengan Viola, karena selalu sendiri. Hal ini persisi seperti yang dia alami dulu

"Hei, Luna! Ayo bareng ke perpustakaan?" Suara riang Viola terdengar dari belakang saat Luna baru saja keluar dari kelas. Pada suatu ketika.

Luna menoleh, menatap gadis yang senyumannya tak pernah pudar. "Aku... sebenarnya ada urusan lain," jawabnya perlahan, berusaha tetap sopan. Namun, sebelum Luna sempat menyelesaikan kalimatnya, Viola sudah menarik tangannya dengan lembut.

"Ayo, aku cuma mau ngobrol aja kok! Lagipula, kita kan bisa lebih mengenal satu sama lain," ujar Viola dengan senyum manis yang nyaris tak bisa ditolak.

Hal yang sama dilakukan oleh Rindi, alih-alih paham kerepotan sang teman. Ia malah berujar. “kayaknya kamu punya fans baru … ehehe.” Rindi pun tersenyum, sedikit gelap. “aku punya saingan baru.”

Demi tuhan, Luna tak ingin mencari tahu kata dari ‘fans baru.’ dan ‘saingan baru.’ memikirkannya saja ia sudah pening.

Pada akhirnya Luna hanya bisa mengangguk kecil, merasa tidak enak untuk menolak secara terang-terangan. 

Seiring berjalannya waktu, sikap Viola semakin mencolok. Ia selalu muncul di tempat yang sama dengan Luna, seolah-olah ia memiliki radar khusus yang memberitahunya di mana Luna berada.

"Boleh aku pinjam buku catatanmu, Luna? Aku suka banget cara kamu menulis catatan," Viola bertanya dengan nada lembut.

Kehadirannya yang semakin intens, serta ketertarikan berlebihan pada segala hal yang Luna lakukan, membuat Luna semakin ragu. Setiap kali Viola mendekat, Luna merasakan firasat buruk itu semakin menguat. Bukan karena Viola bersikap kasar atau jahat, tapi justru karena senyuman manisnya yang tak pernah luntur, keceriaan yang terasa dipaksakan, dan kedekatan yang terkesan terlalu cepat.

Viola menjadi seperti bayangan yang terus mengikuti, sok akrab dengan cara yang membuat Luna tak nyaman. Walau Rindi dan teman-teman lain menyambut kehadiran Viola dengan tangan terbuka, Luna merasa ada sesuatu yang salah. Setiap kali mereka bersama, Luna tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa gadis baru ini memiliki tujuan lain, sesuatu yang lebih dari sekadar mencari teman baru.

"Sok banget nih anak, akrabnya kebangetan," bisik Luna pada dirinya sendiri suatu hari. Tapi, entah mengapa, ia merasa bahwa menjauhkan diri dari Viola tidak semudah yang dibayangkannya.

\*

Pada suatu hari, Luna yang kebetulan sendiri (Tak ada Rindi yang bersama) mendapatkan ajakan pulang bersama dari Viola. Hari sudah menjelang sore.

“Luna, hari sudah makin gelap. Gimana kalau—”

“gak!” jawab Luna dingin. Tak ada entitas bernama Rindi membuat ia lebih leluasa dalam berkata. 

Luna acuh tak acuh, mengangkat tas di bahu. “Aku ada urusan, mau pulang sendiri.” Begitu ucapnya 

Ketika Viola sendirian di kelas, Saat Luna telah pergi. Mendadak senyuman di wajah si gadis hilang.

Ia pun berdesisi marah, gambaran gadis ceria hilang begitu saja.

Dengan emosi yang berkemucat, ia merogoh saku. Mengambil benda pipih untuk menelpon seseorang.

bip ..

bip ..

Lamanya koneksi membuat ia makin murka, “lama banget sih,” geram si gadis. 

Selang beberapa detik. Ia terkoneksi.

“halo, bos.”

“Bagaimana kondisi disana, Viola?” tanya suara disebrang telepon.

“Cukup susah. Gadis bernama Luna itu susah didekati. Ia selalu wasapada, tak heran bahwa kita kalah malam itu.”

“benar sekali, jangan gegabah. Viola. Keluarga Elang berharap denganmu.”

“Saya paham, Tuan Baskara. Akan kubuat Luna wijaya menerima luka kami. Akan kubuat dia menyesal karena sudah. AKAN KUKALAHKAN DIA!”

“Semangat yang bagus. Aku mengadalkanmu.”

Viola tertawa puas. Siap menggambarkan rencana untuk esok hari.Ia yakin seratus persen bisa mengalahkan luna.

Namun ia terlalu meremehkan musuh. Luna Wijaya adlah reinkarnasi pembunuh bayaran yang patut diwaspadai.

“Sudah kuduga,” kata Luna. Melihat hasil cctv kelas, penyedap suara di sana.”jadi dia mata-mata keluarga Elang, dasar ular.”

Luna bukanlah orang bodoh, ia sudah curiga sejak awal. Maka dari itu ia melakukan langkah, meretas segala bentuk CCTV sekolah, memasukan ke ponsel (yang baru saja dicolong dari kediaman Hans). Tak hanya itu, ia pun menaruh penyedap di tubuh serta pakaian Viola.

Penyedap itu teramat kecil, dibuat dengan teknologi canggih, lagi-lagi diambil dari kediaman Hans. Seorang hacker sejati selalu punya alat yang berguna.

“Dia ingin menghancurkanku?” Luna tersenyum. “mari kita lihat siapa yang akan hancur terlebih dahulu.”

1
Melz
keren ....👍
Hasnah Siti
oh god...nanggung udah kak... ditunggu lanjutan nya 👌❤️🔥🔥🔥
Narimah Ahmad
👍👍👍 emang seru
Azura75
mulai dr jam brp bangun utk dandannya? smp dandan bbrp jam utk ke sekolah? 😳
Dede Mila
mulai baca
Myss Guccy
SETAAAAANNNNN LUNAAA🤣🤣🤣🤣
Yusni
coba diceritain derail thor biar yg baca tanbah seru
Yusni
tertarik ku...semoga tmh keren novelnya
fidha muf
2x hidup katanya mantan pembunuh tpi msih oon grusa grusu percuma hidup lagii reina 🤮🤮
Jumiati Jumiati
Luar biasa
nadira ST
lama2 viola minta dipites nempel tres kayak debu, sama si rindi oon mau aja dikadalin cewek ppb
Manusia Biasa: Terlebih dia gak punya teman banyak lagi
Manusia Biasa: Kalau kata saya sih Rindi gak salah, bayangkan saja. Ia dulu kerap diasingkan dan diasingkan itu gak enak. Dia cuma iba aja sama murid baru—yang terbilang pasti gak punya teman.

Jadi Rindi istilah cuma mau teman akrab.
total 2 replies
Angie Dara
rok mini selutut kak, bukan sebahu😭
Manusia Biasa: Sama-sama
Angie Dara: ok kak, semangat terus saya suka ceritanya
total 3 replies
Zahra Pu
Luar biasa
zylla
😱😱😱
Manusia Biasa: hehehehe
total 1 replies
.Cleaner.
apakah Al temannya luna?
Manusia Biasa: Yup. bener, kalau lupa. Nama panjangnya Alfian
total 1 replies
Ayu Dani
wah keparat ternyata Alfin Mahendra musuh yang sesungguhnya
key Hana: ya kan dari awal juga udah janggal
Manusia Biasa: hahaha, diluar prediksi ya
total 2 replies
Manusia Biasa
Hans MVP kali ini. hehehe, keren anakku satu ini emang
Ayu Dani
ikutan tegang gue
.Cleaner.
bagus sangat bagus😍👍
Anonymous
Baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!