NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin dekat

Safira melirik Gavin yang sedang menyetir. Sejak tadi mereka saling bisu, menunggu siapa yang akan memulai pembicaraan.

"Apa Revan selalu seperti itu?"

Safira mendesah, lega. Tapi agak kaget dengan pertanyaan Gavin. "Enggak juga. Di makan malam waktu itu kita bahkan gak ngobrol."

"Mungkin dia emang ada maksud lain sama kamu."

Safira tertawa kecil. "Kamu masih mikirin yang tadi? Kak Revan itu bercanda, dia 'kan udah nikah. Kak Diana juga santai aja."

Gavin cemberut. "Aku gak suka candaannya."

Safira mencubit pipi Gavin hingga sang empunya mengaduh. "Kamu itu lucu banget, sih, kalau cemburu. Jadi pengen gigit."

"Gigit aja."

"Apaan, sih?" Pipi Safira sudah bersemu menahan malu.

"Katanya mau gigit, nanti aku kasih biar kamu puas."

"Udah, jangan bahas itu lagi." Safira berkilah, menyembunyikan pipi merahnya.

Mobil Gavin memasuki gerbang yang sudah dibuka petugasnya. Ia melajukan mobilnya hingga mereka sampai di depan rumah Safira.

Setelah membuka sabuk pengamannya Safira tidak langsung turun. "Mau masuk dulu?"

...

"Kakak mau makan malam apa?" Safira bertanya setelah selesai berganti pakaian dan menghampiri Gavin yang duduk di sofa.

"Emang kamu mau masak?"

"Y-ya, bukan masakan aku. Nanti aku minta—"

"Kenapa gak kamu aja yang masak?" Gavin memainkan helaian rambut Safira yang setengah basah.

"Gak bisa masak." Safira cemberut.

"Belajar dari google, kita masak bareng, gimana?"

Safira menatap Gavin berbinar lantas mengangguk semangat. "Ayo!"

Mereka pun turun menuju dapur. Di sana ada dua orang chef yang tengah membuat adonan pastry di meja, dan beberapa pelayan yang sedang membersihkan piring serta peralatan dapur lainnya.

"Non Safira ada apa? Non ingin makan sesuatu?" Surti datang dari arah luar, mungkin ada pelayan yang melapor tentang keberadaan Safira di dapur.

"Bi, kak Gavin sama Safira mau masak. Kira-kira di mana kita masaknya?"

Surti nampak kebingungan. "Non bisa bilang sama bibi mau makan apa, nanti chef yang buatkan."

Safira menggeleng. "Kita itu lagi kencan, bi. Jadi bibi gak usah protes. Kali ini biar Safira aja yang masak."

Surti hendak membantah tapi urung dilakukan, apalagi melihat raut bahagia Safira. Maka Surti pun memutuskan membawa para chef dan pelayan yang lain pergi dari dapur, setelah menjelaskan secara singkat penggunaan alat-alat di dapur.

Setelah mendengar penjelasan bi Surti yang lumayan singkat, Safira dan Gavin pun pergi ke pantry untuk mencari bahan masakan mereka.

"Jadi, kita mau masak apa?" Safira menatap Gavin bingung setelah melihat banyaknya bahan masakan di sana.

Gavin balik menatap dirinya, sejurus kemudian mereka tertawa bersamaan.

"Kita bikin sandwich aja deh yang gampang," ujar Safira setelah berhasil meredam tawanya.

"Boleh." Gavin dan Safira mulai mengumpulkan berbagai bahan untuk isian roti mereka nantinya.

Mereka kembali ke dapur dan termenung bersamaan.

"Mungkin kita harus cari pisau dulu buat motong sayurannya." Safira pun mengikuti Gavin mencari keberadaan pisau di setiap laci.

Setelah berhasil menemukan pisau, Gavin bertugas memotong sayuran, Safira melihat-lihat resep di internet yang ada di pintu kulkas. Tidak lupa ia memutar lagu romantis setelah mendapatkan resep yang kelihatan enak. Safira kini membuat saus untuk sandwich-nya. Mereka memasak sembari ikut menyanyikan lirik di lagu itu bersama, tidak lupa sesekali menari mengikuti iramanya. Makan malam kali ini akan jadi salah satu favorit Safira dari semua daftar malam favoritnya bersama Gavin.

.

.

"Kamu suka yang mana?" Safira menujukkan tiga desain undangan yang ada iPad miliknya. Gavin mengalihkan perhatian dari posel lalu melirik ketiganya. Gavin menunjuk salah satunya. "Aku suka yang ini."

Safira mengangguk. "Selera kita sama berarti."

Safira tersenyum memandangi desain undangan untuk pertunangan mereka. Setelah menghubungi pihak vendor tentang undangan yang akan mereka gunakan, sekarang giliran mengatur gaun di butik langganan Ibunya. Mungkin tidak perlu melibatkan Gavin, toh, ini 'kan bukan pesta pernikahan.

"Untuk jas, nanti pihak butik yang datang ke rumah kamu, ya."

"Iya, kamu urus aja masalah itu." Gavin memasukkan ponselnya ke saku lantas berdiri. "Aku pulang dulu, ya, besok ke sini lagi."

Safira diam saja kala Gavin mengusap rambutnya. Beberapa minggu ini ia merasa Gavin sedikit berbeda, entah apa karna perasaannya saja. Padahal harusnya ia bahagia, perjuangan mereka sudah memasuki babak tengah.

...

"Anak Mama cantik sekali," puji Mama Amanda sambil memotret Safira dari berbagai sudut, untuk dipamerkan di grup sosialitanya. "Mirip pengantin beneran."

"Kamu jangan cemberut, dong, seperti orang terpaksa nikah aja." Ibunya berkomentar, seakan memancing Safira yang banyak diam.

Mama Amanda tertawa canggung, "ah, mungkin Safira gugup, wajar, mbak."

"Iya, Mama benar." Safira akhirnya tersenyum.

"Mama sudah kirim foto kamu sama Gavin. Katanya dia udah gak sabar pengen cepat-cepat hari-H. Ih, so sweet banget kalian." Safira hanyak tersenyum menanggapinya, siapapun bisa tahu kalau yang dikatakan Mama Amanda itu bohong, pasalnya hubungan dua orang itu belum kunjung membaik sejak kejadian lalu.

"Setelah ini kamu ikut makan malam sama Ibu, supir kamu biar pulang duluan." Ibunya berkata mutlak, sebuah titah yang harus ia lakukan.

"Iya, Bu."

Ibunya lantas bergantian melakukan fitting gaun untuk nanti. Safira dibantu Mama Amanda duduk di sofa yang ada di sana.

"Makasih, Ma."

"Safira, kamu tahu 'kan kalau Mama sayang banget sama kamu? Mama akan menjamin hubungan kalian, kalau ada apa-apa kamu cerita aja sama Mama." Mama Amanda berkata padanya sambil menggenggam tangannya dengan tekanan yang penuh keyakinan.

"Iya, makasih, Ma."

"Jangan pikirkan hal lain selain kesehatan kamu, ya." Safira pun mengangguk.

...

Ibunya mengajak makan malam di restoran yang biasa mereka kunjungi. Biasanya ia kurang suka dengan tempat ini, tapi sekarang pengecualian. Ibunya banyak tersenyum sepanjang jalan, seperti ada sesuatu yang membahagiakan. Setelah mereka sampai di ruangan yang sudah direservasi, pelayan datang membawa welcome drink untuk mereka. Ibunya meminum itu, tidak dengan Safira.

"Santai saja, Ibu gak akan marah-marah kali ini, kalau itu yang kamu takutkan sejak tadi." Ibunya tiba-tiba saja tersenyum.

Safira berdeham. "Jadi, makan malam kita tentang apa?"

"Kita tunggu dulu seseorang."

Setelah itu pintu terbuka hingga menampilkan sosok Gio di sana.

"K-kenapa?" Safira terkejut lantas menatap Ibunya.

"Ada hal yang harus aku sampaikan." Gio berkata dengan tegas.

"Aku gak mau dengar." Safira lantas berdiri dan hendak berjalan ke luar sebelum Ibunya berkata, "Safira, kamu dengar dia dulu."

Safira pun dengan berat hati kembali duduk di tempatnya. Gio duduk di samping Ibunya. Gio segera memberikan ponselnya pada Safira.

Sejenak, Safira tertegun menatap foto di ponsel Gio. Tapi itu tak berlangsung lama, ia menjaga suaranya sebelum bertanya, "kenapa dengan ini?"

"Gimana? Apa ini cukup untuk membuktikan kalau Gavin bukan orang yang tepat?"

Safira menghela napas. "Lalu kenapa kalau dia bukan orang yang tepat? Dengar Gio, keluarga Halim bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan hal seperti foto itu. Mau kamu berikan banyak foto padaku, itu tidak mengubah apapun. Saat aku sudah memilih, apapun resikonya harus siap ditanggung. Aku harap setelah ini kamu paham."

"Safira, yang aku pikirkan itu perasaan kamu. Aku—"

"Kalau kamu mikirin perasaan aku seperti yang kamu sebutkan, foto itu gak akan ada di sini sekarang," pangkas Safira telak.

"Aku cuma mau tunjukkan Gavin itu orang seperti apa. Kamu harus sadar, selama ini kamu cuma permainan bagi dia."

"Kamu gak kenal sama dia."

"Safira, please, aku cuma butuh kesempatan sekali aja."

"Safira, tidak ada salahnya beri dia kesempatan sekarang." Ibunya ikut berkomentar.

"Bu, aku ini sebentar lagi tunangan, apa yang sebenarnya Ibu pikirkan?"

"Ibu gak mau kamu terjebak bersama anak itu."

Safira tersenyum sinis, "Apa bedanya bersama orang yang tidak aku cintai?"

"Baik, kalau begitu kita bertaruh. Kalau anak itu jujur tentang foto tadi, Ibu gak akan ganggu hubungan kalian. Tapi kalau sebaliknya, kamu harus mencoba bersama Gio."

...

SafHalim : kak, sekarang bisa ke rumah 'kan?

GavinP : maaf ya gak bisa

SafHalim : tapi ini penting

GavinP : kita bahas besok ya

SafHalim : besok aku sibuk

GavinP : oke, aku ke sana sekarang

Safira mematikan layar ponselnya lalu menatap jalan malam yang sekelam pikirannya.

"... Ra..."

"Safira, kita sudah sampai." Panggilan dari Gio menyadarkan Safira. Berapa lama ia melamun? Apa satu jam? Atau kurang?

"Kamu gak apa-apa?" Gio meraba pundak Safira khawatir.

Safira menggeleng. "Aku turun dulu."

"Tunggu dulu!" Gio menahan pergelangan tangan Safira. "Aku harap kamu menemukan orang yang terbaik." Tidak lupa Gio mengecup punggung tangan Safira.

Safira turun dari mobil. Ia tidak langsung masuk, melainkan menatap kepergian mobil Gio, hingga mobil lain berganti datang. Sang pemilik mobil turun dan menghampirinya tergesa.

"Itu." Gavin menunjuk mobil Gio yang sudah menghilang. "Kenapa cowok itu ada di sini?"

"Kak." Safira menarik tangan Gavin. "kiss me!"

Gavin hendak bertanya, tapi ia menarik tengkuk Safira dan melalukan permintaannya.

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!