Kebangkitan Sang Pembunuh Bayaran

Kebangkitan Sang Pembunuh Bayaran

Bab 1 Kegagalan dan Lahir kembali

MALAM itu hujan deras mengguyur kota, gemuruh petir menyambar. Gelap nan pengap, menciptakan suasana yang mencengkam. 

 Di dalam gedung tua, seorang wanita berlumuran darah, nafasnya terengah-engah. Pertarungan yang tiada kunjung henti jelas membuat ia kelelahan. Namun tekadnya tak pernah gentar, digenggamnya pistol itu lebih erat.

 “Levy five. Bagaimana kondisi di sana?” tanya seorang pria melalui Tactical Headsets—-sebuah alat komunikasi jarak jauh.

 “Saya Levy Five. Kondisi masih memburuk, pergerakan musuh tidak juga berhenti,” jawab si wanita, suaranya serat dan terbata-bata. 

 “Dimengerti!” sahut pria tersebut. “Jangan paksakan diri, Levy Five—tidak, maksudku Reina. jangan bertindak gegabah.”

 Reina, gadis berambut hitam legam itu tersenyum. Ada kehangatan di hatinya kala mendapatkan rasa khawatir dari pria itu.  “Aku tahu, Gil. Kau kira aku siapa? Aku Reina, tak akan kalah dengan mereka. Keluarga dragon, bukan lawan yang pantas buatku,” ujar Reina percaya diri.

 Suara langkah kaki terdengar mendekat, Reina merapat ke dinding, menahan napas. Jantungnya berdebar kencang, namun ia tetap tenang. Matanya tajam mengawasi setiap pergerakan.

 Suara hentakan kaki semakin mendekat, Reina sekali lagi menghirup napas dalam-dalam. Musuh makin mendekat.

 “Akhirnya ketemu juga.” Suara berat terdengar dari belakang. Ketika Reina membalikan badan, selusin orang telah berada di sana. Memegang pistol secara bersamaan. Sementara Reina hanya seorang diri. 

 “Main petak umpet berakhir di sini, Reina Amelia. Levy five.” Ia adalah petinggi dari keluarga Mafia dragon 10. Musuh bebuyutan Reina. “menyerahlah Reina, serahkan barang itu! Dan akan kupertimbangkan nyawamu.”

 Reina tak gentar, ia malah tersenyum. “coa saja kalau bisa!”

 Amarah petinggi keluarga Dragon tak diragukan lagi meledak, ia berseru marah. Menyuruh semua anak buah untuk menembaknya.

 Pertarungan pun tak bisa dielakan lagi. Peluru berdesingan, darah bercucuran, Reina bertarung dengan segala kekuatannya. Namun kali ini, musuh terlalu banyak. Ia terpojok, tak ada jalan keluar.

 “sudah sadar diri? Menyerahlah dan berikan barang itu!” 

 Reina menggelengkan kepala.

 “Kamu masih belum sadar akan posisi? kalau begitu matilah!”

 Door…

 Suara tembakan itu bukan dari musuh, melainkan Reina. Si gadis menembak salah satu atap gedung yang ringkih, membuat atap itu berjatuhan. Selusin orang di belakang tertimpa atap itu. Sekarang hanya tersisa Reina dan bos dragon 10.

 Kini posisi berganti, dalam kondisi duel. Reina jelas lebih unggul.

 “Sialan—” Petinggi dragon itu membelalakan mata, ia terlalu meremehkan Reina. Namun segalanya telah terlambat kala sebuah pistol mengarah kepadanya.

 “Berakhir sudah, Liam. Bos dragon ke-10. Kalian kalah.” Tatapan dingin dari Reina nyatanya membuat pria berlabel bos mafia dragon itu berkeringat dingin, ia menundukkan kepala.

  “Heh?” Liam tersenyum. “berakhir? Dan mati? Kau yang berakhir! Aku menang! Pertarungan kita cuma pengalihan. Aku sudah menyusun rencana. 

 Salah satu mata-mataku sudah menaruh bom di sini dan dia juga sudah mengambil barang itu! Kau kalah Levy five.”

   “Apa yang kamu katakan??” Mata Luna membulat melihat sebuah remote bom di tangan Liam.

 “Mari kita mati bersama, Luna!”

   Luna langsung waspada dia melompat mundur Dengan gesit dan hendar kabur. Tapi segalanya telah terlambat 

   BOM…

 Seketika itu, suara ledakan besar terdengar. Gedung tua itu runtuh, menghancurkan segala yang ada di dalamnya. Reina terjatuh, tubuhnya terasa berat, pandangannya mulai mengabur.

“Reina! Reina!” suara Gil terdengar samar-samar melalui Tactical Headsets. Namun Reina tak bisa lagi merespons. Kesadarannya perlahan menghilang.

*

Sebuah sirine mobil ambulans terdengar nyaring, membelah jalanan. Suster di sana menatap mayat seorang gadis berambut coklat yang tergeletak tak bernyawa.

“Dia tak bernyawa.”

Suster itu kembali menangis bila mengingat kejadian kematian gadis remaja SMA ini. Menurut kabar, ia terpeleset dari kolam renang sekolah karena tidak bisa berenang ia pun meninggal karena kehabisan napas.

“Segara bawa dia ke ruang mayat!”

*

REINA membuka matanya, terasa sangat berat. Tubuh ini terasa sangat sakit, kemudian Reina mendapati dirinya terbaring di kasur. 

Tubuhnya terasa asing, tidak seperti biasanya. Ia mencoba bangkit, namun rasa sakit menghentikannya. Ia menatap sekeliling, bingung.

“Apa yang terjadi?” gumamnya pelan. Lalu mata dia membulat. “tunggu, pakaian putih ini,ruangan ini. Aku berada di  kamar mayat!” Pakaian putih yang ia kenakan jelas merupakan pakaian jenazah.

Lalu Reina melihat sosok di balik cermin. Jelas ini bukan tubuhnya. Rambut si gadis ini panjang berwarna coklat, kulit sawo matang. “serius? Sebenarnya apa yang terjadi?”

“Siapa gadis ini? Dia bukan tubuhku!”

Terpopuler

Comments

L K

L K

namanya reina atau luna sih?

2024-10-03

0

Dede Mila

Dede Mila

mulai baca

2024-08-31

0

Ayu Dani

Ayu Dani

mampir Thor

2024-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!