Another Life

Dua minggu sebelum perilisan film ‘Deathless’, Leo dan Nathan mengunjungi studio rekaman produser Jay. Mereka penasaran dengan lagu yang akan menjadi soundtrack utama film mereka.

“Hai, Leo, Nathan!” sapa Jay melihat dua orang aktor kenalannya memasuki studio.

“Hai, Kak Jay,” balas Leo dan Nathan.

“Kalian pasti ke sini untuk mendengarkan soundtrack utama film kalian,” tebak Jay yang tepat sasaran.

Produser itu pun hendak memutar lagu yang telah disetujui sebagai lagu utama dan mendapatkan bintang 5 oleh sutradara film ‘Deathless’. Sementara itu, Leo dan Nathan duduk di samping Jay menunggu lagu berjudul itu diputar.

Instrumen yang memiliki melodi bass yang kuat itu membuat ketiga pria yang duduk bersebelahan di sana tersenyum puas, lagu ini akan benar-benar cocok dengan film action ‘Deathless’.

Di detik ke lima belas, suara penyanyi perempuan mulai terdengar. Suara yang indah nan lembut, namun memiliki ketegasan dalam setiap kata-katanya. Leo

mengernyitkan dahi saat merasa familiar dengan suara itu. Pria 29 tahun itu pun segera mengecek label yang tertulis di file rekaman. Matanya seketika melebar membaca nama yang tertera di label itu.

‘Singer : Renata Anelis’

“Renata Anelis?” gumam Leo.

“Hah?” fokus Nathan juga ikut teralihkan mendengar nama itu, “kamu bilang apa, Kak?”

“Yang menyanyikan lagu ini…,” ucap Leo sambil menatap Jay menunggu konfirmasi dari sang produser.

“Oh, Renata Anelis. Dia penyanyi baru di Arial. Bagaimana? Suaranya bagus, kan?”

Ucapan Jay membuat kedua pria itu sama-sama terkejut. Leo terkejut karena yang mengisi soundtrack film-nya adalah adik kandungnya sendiri. Sedangkan Nathan terkejut karena ternyata gadis manis yang ia temui di jembatan waktu itu, selama ini bekerja di gedung yang sama dengannya.

...----------------...

Leo dan Nathan keluar dari studio dengan pikiran yang berkecamuk di kepala masing-masing. Nama ‘Renata Anelis’ masih membayangi pikiran mereka.

“Kak Leo kenal dengan Renata?” tanya Nathan tiba-tiba.

“Hah? Aku…,” Leo ingin meng-iya-kan pertanyaan tersebut, tapi ia ingat dengan ucapan sang adik yang ingin merahasiakan status mereka.

“Aku…, eum…, bagaimana denganmu? Kamu juga tampaknya mengenal Renata?” tanya Leo mencoba mengalihkan pembicaraan.

Nathan tersenyum tipis mengingat pertemuan pertamanya dengan gadis bernama Renata itu. Laki-laki itu bahkan sampai lupa kalau dirinya lah yang bertanya duluan.

“Aku tidak sengaja bertemu dengannya di jembatan kota,” ucap Nathan.

Leo mengernyitkan dahinya, “jembatan kota?”

“Lalu, kami makan di minimarket terdekat dan berkenalan,” senyum tipis itu tidak luntur dari wajah Nathan.

Senyuman itu tak luput dari pandangan Leo. Pria yang tak lain adalah kakak dari gadis yang mereka bicarakan itu pun menatap dengan penuh selidik.

“Kamu… suka dengannya?” tanya Leo.

Nathan terdiam. Laki-laki itu tidak bisa memberikan jawaban apa pun, hanya mengulum senyum menampakkan lesung pipit.

Leo tertawa kencang melihat respon malu-malu Nathan. Astaga, diamnya Nathan adalah sebuah jawaban untuk pertanyaan Leo. Putra sulung keluarga Airlangga itu tidak menyangka ada yang menyukai adiknya yang sedari dulu selalu disembunyikan oleh keluarga karena dianggap sebagai aib.

Yang menyukai adiknya juga bukan orang sembarangan. Nathan adalah aktor muda papan atas yang digilai kamum hawa di seluruh penjuru negeri. Selain itu, Nathan juga salah satu sahabat Leo di Arial Entertainment. Maka dari itu, Leo merasa senang kalau Nathan benar-benar menyukai adiknya.

...----------------...

Pukul 10 malam, Rena sedang belajar di kamarnya. Gadis itu punya target untuk masuk jurusan kedokteran di kampus negeri terbaik di Indonesia. Saat sedang fokus belajar, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya dengan gerakan buru-buru hingga menimbulkan suara keras.

Brak!

“Rena!”

“Astaga!!” latah Rena.

Jantung gadis itu rasanya ingin copot saja ketika Leo berlari memasuki kamarnya sambil berteriak memanggil-manggil namanya.

“Ada apa sih, Kak?” tanya Rena sambil mengelus-elus dadanya yang masih bergemuruh.

Rena merasa aneh saat melihat sang kakak yang biasanya menampilkan ekspresi dingin, kini malah duduk di ranjangnya dengan wajah berseri-seri. Bukan seperti Leo yang ia kenal.

“Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu yang menyanyikan soundtrack untuk film kakak?” tanya Leo bersemangat.

Rena melongo mendengar pertanyaan kakaknya. Hanya karena itu kakaknya sampai berlari-larian sambil berteriak heboh memasuki kamarnya. Tingkah laku anggota keluarga Airlangga tidak pernah gagal membuat Rena terheran-heran.

“Yaa… karena kakak tidak bertanya,” jawab Rena asal.

Leo berdecak kesal karena mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan dari Rena. Ia ingin menggali lebih dalam tentang keikutsertaan Rena dalam proyek soundtrack itu, tapi ada hal penting lain yang harus ia tanyakan kepada sang adik.

“Oh iya, bagaimana kamu bisa mengenal Nathan?”

Tampak tertegun sebentar, kemudian Rena mengalihkan seluruh atensinya kepada sang kakak, “bagaimana kakak tahu?”

Leo mengedikkan bahunya, “Nathan cerita tentang dirimu.”

“Dia bercerita tentangku?” gumam Rena dengan dahi mengernyit, tapi sedetik kemudian ia pun menyadari sesuatu.

“Dia cerita tentangku?! Kepada kakak?!” panik Rena, “itu berarti dia tahu kalau aku adik Kak Leo?! Sial! Kakak memberitahunya, ya?!”

“Astaga, tidak! Dia tidak tahu kalau kamu adikku,” ucap Leo mencoba menenangkan sang adik yang sedang berteriak hendak mengamuk.

“Lalu, kenapa kalian membicarakanku?” tanya Rena yang sudah mulai tenang.

“Kami membicarakanmu karena kamu adalah penyanyi soundtrack film kami. Itu saja,” jelas Leo.

Rena menghela napas lega. Ia tidak ingin ada orang yang tahu tentang hubungannya dengan keluarga Airlangga.

“Apa kamu menyukai Nathan?” tanya Leo tiba-tiba.

Rena menatap horor kakaknya, “pertanyaan macam apa itu?!”

Leo kembali mengedikkan bahunya, “aku hanya penasaran.”

Rena menatap sinis sang kakak. Ia sudah terbiasa dengan Leo yang selalu mengabaikannya, jadi ketika melihat Leo yang banyak bicara seperti ini, ia pun benar-benar merasa tidak nyaman.

“Pergi sana, kakak mengganggu belajarku saja,” sungut Rena, lalu kembali mengerjakan latihan soal.

“Kamu belajar terlalu keras,” gumam Leo sambil mengintip buku tebal yang terbuka di meja belajar.

Rena mendengus kesal, “jadi pemalas salah, jadi rajin juga salah. Maunya apa sih?”

Leo tertawa kecil, lalu mencubit pipi gembil sang adik dengan gemas, “marah-marah terus, kenapa sih?”

“Iishh, sakit pipiku!” seru Rena sambil menepis tangan kakaknya.

Leo kembali tertawa melihat wajah garang adiknya. Menjahili Rena adalah hobi baru Leo.

“Setelah gym besok, ikut kakak ke rumah sakit,” ucap Leo setelah menghentikan tawanya.

“Kenapa?” tanya Rena dengan dahi mengernyit.

“Tidak apa-apa, hanya ingin mengajakmu melihat-lihat rumah sakit keluarga kita,” kata Leo.

Rena pun hanya menganggukkan kepalanya setuju. Ia yang mulai tertarik dengan profesi dokter pun merasa cukup senang ketika sang kakak menawarinya pergi bersama untuk melihat-lihat rumah sakit milik keluarga Airlangga.

...----------------...