NovelToon NovelToon
PENGGUNA BATU BINTANG

PENGGUNA BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Time Travel / Fantasi Wanita / Pembaca Pikiran / Pulau Terpencil
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tenth_Soldier

Petualangan seorang putri dengan kekuatan membuat portal sinar ungu yang berakhir dengan tanggung jawab sebagai pengguna batu bintang bersama kawan-kawan barunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yu Ginah Kembali Dikejar Ular Raksasa

Ular itu kemudian mendongak ke atas dan mencoba merambat ke atas, tapi hal itu tak mungkin bisa dilakukannya sebab tubuh belakangnya tak mungkin bisa menahan tubuh depannya yang lebih panjang.

Kemudian pasukan panah Ghayankbara mencoba memanah ular besar itu secara serentak namun menghasilkan berbagai reaksi anak panah yang berbeda.

Ada yang bisa menembus kulit ular itu namun banyak juga yang melenting tak mampu menembus sisik ular yang sangat keras itu.

Andiek dengan gagasannya pun kini harus berpikir ulang melihat kenyataan besarnya ular itu karena dia memerlukan sumber air yang sangat besar, sedang di tempat itu sama sekali tak terlihat sungai sekecil apapun.

Jaka mencoba membidik ular itu dengan batu bintang merah dikerisnya. Kerisnya mengeluarkan bola-bola api yang dia arahkan ke mata ular raksasa itu.

Ular itu mendesis kesakitan dia berpindah ke sisi tembok dimana Bahri dan Mawinei berjaga.

Mawinei membuat gerakan menebas dengan kedua tangannya ke arah ular itu, tapi tebasan angin yang biasa dia gunakan menebas kayu bakar untuk neneknya sama sekali tak dirasa oleh kulit ular itu.

Sementara Bahri dengan pelan-pelan membuat tanah di belakang ular itu turun kebawah, dia tak ingin ular itu menyadarinya.

"Buat dia sibuk terus Mawinei, aku akan menggali lubang besar di belakang ular itu," bisik Bahri.

Ular itu tertarik dengan Mawinei karena jubah Mawinei mirip sayap burung enggang, Mawinei pun menggunakan pusaran anginnya melayang dan terbang memutari tempat pengungsian penduduk itu.

Memancing pandangan ular itu hanya padanya saja dan setelah lubang besar yang dibuat Bahri selesai barulah dia akan mengarahkan ular itu agar terperosok dalam lubang besar.

Bahri dengan perhitungan dan perkiraan kasarnya masih harus melakukan penurunan permukaan dasar lubangnya.

Tinggi tembok yang dia injak itulah yang menjadi acuan dalamnya lubang itu. Sedikit lagi dan...

" Baiklah Mawinei coba kau arahkan dia ke lubang yang telah selesai aku buat itu! " seru Bahri.

Mawinei kemudian terbang menuju ke atas lubang yang telah dibuat Bahri dan ular itu tak menyadarinya karena pandangannya terus menatap Mawinei.

Bahri bersiap menurunkan dasar lubang lagi seandainya ular itu masih mampu meraih permukaan kembali.

Ular itupun jatuh dalam lubang buatan Bahri dan tak bisa menggapai ke atas permukaan, Bahri juga semakin menurunkan permukaan dasar dalam lubang itu agar semakin jauh lebih dalam lagi.

" Cukup Mawinei kemarilah ! " teriak Bahri keras pada Mawinei yang masih berputar-putar di atas lubang besar itu.

Mawinei yang mendengar teriakan Bahri pun mendatangi Bahri dan menjatuhkan dirinya di gendongan Bahri. Sambil tersenyum malu.

" Lah seperti bayi saja minta di gendong," kata Bahri juga tersenyum.

" Sesekali bolehlah bermanja-manja," Mawinei menjawab sambil melingkarkan lengan ke leher Bahri.

" Tapi ini belum selesai ular itu masih hidup," Bahri malah menimang-nimang Mawinei bagai seorang bayi.

Mereka berdua pun kembali mengawasi lubang besar yang ada jauh di bawah mereka.

" Apakah sebaiknya lubang itu ditutup saja?" tanya Mawinei.

" Harusnya begitu, tapi sepertinya ada yang tidak beres." kata Bahri.

" Yuk kita turun dari tembok ini." ajak Bahri.

Yu Ginah yang mendengar para prajurit bersorak sorai karena ular itu telah jatuh dalam lubang yang sangat dalam akhirnya memberanikan dirinya menyelinap kembali keluar dari tempat pengungsian itu.

Ia kembali menuju rumahnya hendak mengambil beberapa baju, bahan pangan dan bayinya, dengan cepat-cepat diapun menuju dusunnya tanpa seorangpun mengetahuinya.

Akhirnya Jaka, Tihu, Andiek, Bahri, dan Mawinei mendekati lubang besar itu. Mereka memutuskan hendak membakar ular besar itu saja.

Mawinei menebas pepohonan di sekitar lubang besar itu dengan tebasan anginnya.

Jaka membakar kayu pohon yang ditebas Mawinei menggunakan keris batu bintang merahnya. Kombinasi api dan angin yang dipadukan menghasilkan kekuatan panas yang luar biasa gerahnya.

Lubang yang tadinya berdasar sangat gelap itu akhirnya menjadi benderang karena api yang dihasilkan dari pembakaran kayu-kayu pohon itu, namun mereka merasa aneh karena tiada pergerakan yang hebat ketika kayu-kayu yang terbakar api itu berada di dasar lubang, apakah ular raksasa itu tahan api?

" Kenapa seperti tidak ada tanda-tanda ular raksasa itu ya? " tanya Andiek.

" Aku juga heran," kata Bahri tak mengerti.

" Atau jangan-jangan di bawah sana ada sumber airnya? " Tihu menduga-duga.

Keempat anak itu merasakan hawa panas yang sangat hebat dari lubang besar itu mereka mundur selangkah demi selangkah, kecuali Jaka batu bintang merahnya membuat dia terlindungi dari sengatan suhu panas apapun.

" Baiklah kalau begitu biarlah aku akan memeriksa di dasar lubang itu memastikan apakah ular itu sudah mati atau belum", kata Jaka.

Keempat anak yang tadinya tak mendengar Jaka dengan serius itu kemudian berseru bersamaan.

"APAA...!! " semua anak berseru tak mempercayainya.

" Itu tindakan ceroboh Jaka," sanggah Tihu.

" Seandainya ular besar itu masih hidup kau akan ditelannya pula, " lanjutnya.

" Kobaran api yang begitu panasnya mungkin akan membuatmu matang terlebih dahulu sebelum kau berada di dasar lubang itu. " ucap Bahri mengingatkan.

" Benar, Jaka jangan kau lakukan itu sangatlah berbahaya," Mawinei turut cemas.

" Tapi kak Jaka kan kebal sama api sepanas apapun itu suhunya? " Andiek mencoba berada di pihak Jaka.

" Aku juga tak akan seceroboh yang kalian pikirkan, ingat kata para tetua kita bahwa kita harus saling mendukung, begini rencananya.. " Jaka pun menjelaskan secara rinci apa yang akan di lakukannya.

Akhirnya dengan bantuan kekuatan putri Tihu, Jaka Satya juga mengeluarkan kesaktian batu bintang merahnya melindungi tubuhnya dengan bara api yang menyala-nyala.

" Kalian mundur semua pintu pintas ke dasar lubang itu pastilah sangat membara panasnya," putri Tihu memperingatkan teman-temannya.

Benar saja, ketika pintu pintas putri Tihu muncul dia sendiri harus mundur beberapa puluh hasta saking terasa panas bara api dalam dasar lubang itu.

Saat itu juga Jaka memasuki pintu pintas ungu dan putri Tihu langsung menutupnya.

Mereka menghitung berapa lama Jaka harus memeriksa ular besar itu di bawah sana.

Sudah disepakati bersama mereka akan menghitung sampai lima puluh hitungan. Begitu pintu pintas putri Tihu menghilang mereka langsung mulai menghitung.

"Satu, dua, tiga,... ". Andiek mulai menghitung dengan lisan, sementara Mawinei dan Tihu sangat cemas dengan kondisi Jaka mereka mengikuti hitungan Andiek dalam batin.

"...Dua puluh lima, dua puluh enam..".

Bahri mengakui keberanian Jaka di situasi yang sama belum tentu dia berani turun sendirian di dalam lubang yang dalam itu, sambil melipat kedua tangannya di dada, dia mencoba menebak kemungkinan apa saja yang akan membuat ular itu tidak ada di sana.

"Tiga puluh, tiga puluh satu, tiga puluh dua... ", suara Andiek masih terdengar nyaring menghitung waktu yang ditetapkan untuk Jaka.

Jika sampai hitungan lima puluh dan Jaka masih belum keluar dari pintu pintas maka mereka harus bertahan di tempat pengungsian dan itu artinya ular raksasa itu masih hidup.

" Empat puluh tujuh, empat puluh delapan, empat puluh sembilan, Lima puluh... ", Andiek menghentikan hitungannya, putri Tihu mengambil posisi aman membuka pintu pintas kembali menuju dasar lubang yang panas itu.

Dia berharap Jaka muncul dari pintunya itu, " Ayolah Jaka cepatlah kau keluar dari sana", rasa cemas dan takut meliputi hati putri Tihu.

Mawinei yang biasanya tenang itupun ikut gelisah.

Akhirnya karena tak kunjung muncul dari pintu itu Andiek berniat memasuki pintu pintas itu dia melingkupi sekujur tubuhnya dengar bulatan air yang lebih besar darinya dia menengok ke Tihu memberi isyarat hendak memeriksa Jaka di bawah sana.

Tentu saja Tihu tak mengijinkannya, kehilangan satu orang saja sudah berat baginya. Tak mau mengambil resiko dia tutup kembali pintu pintas ungunya.

Dengan langkah lemah dia menuju ke tempat pengungsian sambil menundukkan kepalanya, dia merasa sangat bersalah dengan menuruti keputusan Jaka dan Andiek.

Mawinei yang melihat putri Tihu sangat memahami perasaannya dia menghampiri putri Tihu berusaha menghiburnya.

Dan tepat ketika mereka berjalan menuju lorong pengungsian lagi-lagi terdengar suara wanita paruh baya meminta tolong.

Ya, suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara Yu Ginah yang lari terbirit-birit sambil menggendong bayi dan bakul dari bambu di punggungnya.

" Tolong, tolong ada ular raksasa lagiiii...!! " teriak Yu Ginah.

Di menara pengawas, prajurit Ghayankbara juga melihat gerakan pepohonan yang patah tak beraturan mengejar ke arah Yu Ginah.

Tihu segera membuka pintu pintas agar Yu Ginah cepat masuk dalam beteng pengungsian.

Dan mereka pun kembali melihat ular raksasa yang sama muncul dari balik pepohonan.

" Lho kenapa Yu Ginah kembali dikejar ular itu? " tanya prajurit Ghayankbara.

" Iya, pak tadi sewaktu saya lihat ular raksasa itu jatuh dalam lubang lalu saya pulang sebentar pak ke rumah saya menjemput anak saya ini, serta mengambil beberapa baju ganti pak," jawab Yu Ginah.

"Lalu pak, saya berniat langsung ke tempat ini tapi ada yang aneh pak dibelakang rumah saya seperti mengepul asap, .."

"Iya Pak itu asap seperti keluar dari tebing pinggir kebun saya pak... pas saya perhatikan lama-lama muncul kepala ular raksasa itu pak dia melihat saya lagi pak... Iya pak... Ya langsung saya lari pak... Iya pak... " panjang lebar Yu Ginah memberi penjelasan.

1
Nitopeng
samurai showdown /Sneer/
Dwi Utomo
ok
Nitopeng
keren!
Nitopeng
Luar biasa
Nitopeng
gila!
Nitopeng
wuk wuk
Rosy
OK banget apalagi ada gambarnya
Rosy
Suromenggolo kurang gede badannya
Rosy
Garudaaaa!!!
Guns
nyummy
Guns
penempatan ilustrasinya kasih jarak Thor biar imbang
Guns
good night
Guns
kreatif, rumah pohonnya asyik
Guns
banyak pengetahuan baru, itu kan elf Thor? hhhh tapi bagus memperkaya etnis kita hhhh
Guns
/Good/
Guns
hhhhh Goblin itu Thor! hhhh sip!
Guns
jadi ingat Saur Sepuh
Guns
keren, pengetahuan baru nih /Good/
Guns
hhhhh
Guns
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!