NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22. Kabar

Binar sudah sampai di rumahnya sejak tadi, semua barang-barang yang ia beli dimasukkan ke kamarnya. Lalu ia tak keluar lagi. Bahkan ketika mami dan papinya mengetuk pintu untuk mengajaknya makan bersama, Binar berteriak tak mau.

Untuk kedua kalinya mami Binar mengetuk pintu dan menanyakan keadaan Binar. Gadis itu menjawab dengan berteriak baik-baik saja dari dalam kamar. Meski sang mami meminta Binar untuk membuka pintu dengan nada khawatir, gadis itu tetap tak mau membukanya.

Binar sedang gusar, berkali-kali mencoba menghubungi Cakra sedari tadi, namun lelaki itu tak mengangkat panggilannya. Ia mengirim pesan, boro-boro dibalas, dibuka pun tidak. Membuatnya tambah kesal.

Untung saja ia tadi membeli cukup banyak tisu, sementara barang lain ia berikan ke Yosep. Binar baru saja menghabiskan dua bungkus tisu setelah dari tadi menangis. Matanya sampai bengkak dan memerah. Binar benar-benar dibuat patah hati. Keadaannya begitu kacau, rambutnya bahkan acak-acakan. Kamarnya juga berserakan tisu dan berantakan. Tapi Binar tak peduli.

Ia tengkurap di atas ranjang dengan kepala menoleh ke samping kanan, kini menatap ponselnya yang tak menunjukkan pesan balasan atau pun panggilan dari orang yang ia tunggu-tunggu.

Padahal orang itu sedang online.

Binar menjerit dan meraung-raung kesal dalam hati.

"Kak Cakra ...." Binar bergumam. Ia sudah terlalu putus asa.

"Apa jangan-jangan kak Cakra lagi chat-an sama kak Sasha? Makannya nggak balas chat aku?" monolognya.

Mau ke rumah lelaki itu, tapi Binar ragu. Mau ngapain nanti? Bagaimana kalau Cakra malah nyuruh dia pergi seperti halnya di UKS?

Satu pop up masuk. Binar mengambil smartphone miliknya dengan malas.

Namun detik berikutnya, kedua mata Binar membulat. Ia langsung duduk bersila di atas ranjang dan membuka pesan yang ia dapatkan.

Kak Cakra❤: Jangan spam, jadi eror hp gue, untung punya lebih dari satu. Gue lagi ngerjain tugas.

Kak Cakra❤: Nggak ada kerjaan lain apa lo sampai nelponin gue lebih dari 50 kali? Berhenti nelponin gue.

Hanya balasan seperti itu dari rentetan pesan dan untaian kalimat yang sudah Binar kirimkan layaknya cerpen. Tapi Binar sudah senang sampai gadis itu kini menangis lagi.

Binar: Maaf :( habisnya kak Cakra nggak jawab panggilan sama pesan aku. Kak Cakra marah banget sama aku?

Binar: Aku khawatir. Gimana kabar kak Cakra?

Gadis itu membalas dengan jemari yang agak bergetar. Ia melihat Cakra mengetik, tapi tidak ngetik lagi ... lama sekali. Tapi masih online. Lelaki itu mengetik lagi, lama. Binar masih sangat amat dan punya banyak stok sabar.

Kak Cakra❤: Baik.

Kak Cakra❤: Wadah bekas makan udah gue kembaliin tadi ke rumah lo. Tanya aja ke satpam. Gue malas masuk soalnya.

Binar: Syukur kalau kakak baik-baik aja. Kak Sasha pasti rawat kak Cakra dengan baik tadi.

Kedua mata Binar memanas. Ia tak bisa menahan lelehan bening yang lagi dan lagi tanpa lelah meluncur di kedua pipinya.

Binar: Oh, iya. Tadi aku lihat kak Cakra sama kak Sasha pulang bareng.

Binar: Tetap sehat ya, aku sayang Kak Cakra. Peluk online.

Binar: Kalau bisa pengen peluk langsung T_T (delete)

Ia keluar dari ruang obrolan. Sebuah pesan masuk lain datang. Binar tak membukanya tapi masih bisa melihat dari siapa dan apa isi pesan itu.

Kak Seno: Bi?

Binar menekan ikon home, ia mematikan data dan smartphone miliknya. Gadis itu menangis lagi. Ia memukul-mukul pelan dadanya.

"Cengeng ... dari tadi nangis mulu," ucapnya di sela tangis.

"Gitu doang. Tapi kenapa ini sakit banget? Aduh potek hati aku."

"Kenapa tadi si nenek sihir dibonceng kak Cakra sih ... kan jadi gini!" rengek gadis itu sambil membuka satu bungkus tisu yang baru.

Hal yang ia soroti, kalau Cakra punya lebih dari satu smartphone, berarti nomor hp nya juga banyak. Binar cuma punya satu nomornya. Pantas dari tadi tidak diangkat atau pun dibalas. Binar tambah nelangsa.

***

Beginilah risiko nangis berjam-jam dan setelah itu langsung tidur. Binar menatap pantulan dirinya di cermin, ia menghela napas dengan ekspresi tambah murung melihat wajahnya teramat mengenaskan. Matanya bengkak sudah seperti kantong mata ikan mas, memerah juga, wajahnya kucel dan kusam, rambutnya pun sudah seperti rambut singa jantan.

Gadis itu memijit pelipisnya yang terasa nyeri, ia juga jadi sakit kepala.

Lengkap sudah penderitaannya. Binar tidak mengaktifkan data dan mengecek smartphone lagi setelah semalam mengirimkan balasan pada Cakra. Ia malah lanjut nangis dan ketiduran.

Akibatnya terasa pagi ini setelah ia bangun. Niatnya, Binar hanya mau mengurung diri di kamar dan bergelung dalam selimut di atas kasur mumpung ini hari Minggu. Tapi mengingat ia tak memberi kabar apa pun karena di kamar terus setelah pulang sekolah kemarin, Binar jadi merasa bersalah dan tidak enak, mungkin mami dan papinya mengkhawatirkan keadaannya.

Ia berniat untuk membereskan kekacauan yang ia sendiri buat di kamarnya. Mulai dari tisu, bungkus makanan ringan dan minuman, serta hal-hal yang berserakan hingga bisa menyakiti penglihatan.

Tapi, ia punya banyak maid di rumah. Kenapa tidak mereka saja yang membereskan? Binar juga lagi mode malas beres-beres sendiri.

Alhasil, Binar meminta dua orang maid di rumahnya untuk datang ke kamarnya. Satu orang untuk membereskan itu serta membereskan tempat tidurnya, dengan syarat tidak boleh menyentuh barang lain yang berhubungan dengan barang-barang boy group kpop idolanya. Sementara satunya lagi, ia minta untuk menyiapkan air hangat. Binar ingin berendam, ia butuh relaksasi.

***

Mulai dari berendam, memakai pakaian, dan lain-lain. Binar menghabiskan hampir tiga jam untuk menyiapkan diri sebelum turun ke bawah menuju ruang makan.

Gadis itu melangkahkan kaki. Matanya sudah tak sebengkak tadi dan tak terlalu terlihat mengenaskan berkat polesan make up tangannya yang sudah Binar anggap ajaib. Bahkan bibirnya yang tadi pias dan tak semerah muda biasanya, ia poles lip tint berwarna pink.

Binar sudah sampai di ruang makan, dari ambang pintu ia bisa melihat kedua orangtuanya sudah duduk menunggu untuk makan bersama. Ada juga beberapa maid yang berdiri untuk membantu menghidangkan makanan di sana.

Mami dan papinya tersenyum melihat kedatangan Binar. Putri tunggal mereka yang cantik, Binar menguraikan rambut panjangnya, ia menggunakan atasan bahu terbuka berwarna biru dengan gambar buah cherry di depan, Binar memadukannya dengan celana highwaist berwarna putih dan alas kaki berbulu berwarna senada dengan celananya.

"Pagi, Papi!" sapa Binar sambil mengecup pipi kanan papinya.

"Pagi juga, sayang." papi Binar balas menyapa.

Binar kembali melangkah, ia mengecup pipi kanan maminya.

"Selamat pagi, Mami."

"Selamat pagi juga, kesayangan mami."

Mami Binar balas mengecup pipi kanan putrinya. Lalu, Binar duduk di kursi sisi maminya.

"Binar, kamu nggak apa-apa? Kemarin kamu ngurung diri di kamar, mami khawatir."

"Aku nggak papa, Mi. Jangan khawatir."

"Kalau kamu butuh seseorang untuk berbagi cerita. Kamu bisa kasih tahu mami, oke?"

Gadis itu mengangguk sambil tersenyum. "Oke."

Mami Binar meminta maid yang ada di sana untung mengambilkan makanan ke piring mereka.

"Oh iya. Nanti mami mau nyoba buat tiramisu. Binar bantuin mami ya?"

"Tiramisu? Siap Mami!!!" kata Binar antusias juga.

"Tuhan, selamatkan aku dari bencana ini," gumam papi Binar.

Ia tak tahu barang apa yang akan rusak, atau luka apa yang akan didapatkan istrinya nanti. Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang tidak diingankan seperti sebelum-sebelumnya ketika sang istri terjun ke dapur.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!