Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Masih Belum
Aditya terus mengayunkan tombaknya untuk menumbangkan musuh satu demi satu. Tombak hitam miliknya mulai dipenuhi dengan darah segar yang tidak ada satupun yang berwarna merah. Semua yang ditebas dan ditusuk oleh Aditya hanyalah mereka yang berasal dari kultus Dark Heaven. Darah mereka sudah berubah menjadi gelap sejak mereka melakukan ritual untuk bergabung dengan kultus.
Almeera yang melihat putranya menghabisi musuh dengan wajah tanpa ekspresi hanya bisa memperhatikan dalam diam. Dia yakin ini adalah kali pertama Aditya membunuh seseorang, tapi mengapa Aditya bisa berekspresi seperti itu? Apa yang sebenarnya Aditya sembunyikan selama ini?
Irene menepuk pundak Almeera. "Putramu sungguh luar biasa. Tidak heran keluarga Nareswara bisa mendapatkan gelar Archduke," kata Irene sambil tersenyum kecil. Tangannya yang lain terus menembaki musuh tanpa ampun.
Almeera hanya mengangguk saat mendengar ucapan Irene. Dia tahu Aditya adalah anak yang sangat berbakat, namun di sisi lain dia merasa apa yang dilakukan Aditya sampai saat ini bukan hanya sekadar bakat. Dia merasa Aditya mendapatkan semua itu melalui pengalaman yang sangat lama, bahkan mungkin lebih lama dari dia berada di dunia.
"Tetaplah fokus! Masih banyak yang perlu kita lakukan saat ini," ucap Irene yang membuyarkan lamunan Almeera.
Aditya yang terus mengayunkan tombaknya merasa sangat tidak tenang. Dia memiliki firasat bahwa semua tidak akan berakhir semudah ini. Duke Nazareth pasti sedang merencanakan sesuatu.
Tiba-tiba nafas Aditya tercekat saat dia merasakan aura membunuh yang sangat luar biasa. "Apa-apaan ini?" lirihnya sambil berusaha mencari arah datangnya aura itu. Ia kemudian berlari dan menebas musuh yang masih kebingungan untuk sampai ke sumber dari aura itu.
"Kenapa kau di sini? Pergilah!" ucap Aldrin saat melihat Aditya yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Aditya dengan pandangan yang menatap ke arah Nazareth yang dipenuhi aura merah di sekujur tubuhnya.
"Wah, wah. Siapa ini? Pewaris dari Nareswara sepertinya sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
Nazareth melesat maju ke arah Aditya. Kecepatannya bagai angin yang sama sekali tidak bisa diikuti oleh mata Aditya.
"Claaang."
Beruntung Aldrin bisa melindungi Aditya tepat waktu. Dia mendorong Aditya untuk menjauh dari sana. "Pergilah! Kami bahkan belum tentu bisa melindungi diri sendiri."
"Aditya menggenggam tombaknya erat menahan amarah. Dia merasa sangat tidak berguna saat ini. Apakah yang ia lakukan selama ini sia-sia?
Nazareth tertawa sangat keras. "Mau ke mana kau anak muda? Kembalilah kemari!" panggil Nazareth sambil terus menyerang Aldrin secara bertubi-tubi. Tawa Nazareth yang mengerikan terdengar sangat menjengkelkan di telinga Aditya.
Aditya menahan dirinya kemudian ia berbalik untuk menjauh. Adrin benar. Kehadirannya di sini hanya akan merepotkan mereka. Dia hanya perlu melakukan apa yang ia bisa untuk memenangkan pertempuran ini.
Situasi pertempuran menjadi semakin sengit. Para pengikut Dark Heaven terus saja berdatangan tanpa henti. Mereka seolah-olah sedang memanggil semua pengikut kultus dari seluruh penjuru negeri.
Dengan jumlah musuh yang terus bertambah membuat mental sekutu Aditya mulai jatuh. Mereka sedikit demi sedikit terdorong mundur dan merasa takut. Aditya terus berteriak menyemangati mereka, namun hal itu tidak berdampak banyak.
Saat Aditya mulai merasa putus asa tiba-tiba dia melihat cahaya terang yang memancar di seluruh penjuru medan perempuan. Aditya merasa tubuhnya menjadi lebih ringan dan pergerakan musuh terlihat lebih lambat.
Aditya tersenyum. "Terima kasih, Prof," ujarnya yang mulai kembali bersemangat. Profesor Elena pasti sudah selesai mengaktifkan formasi pertempuran tingkat tinggi.
Di sisi lain Nazareth merasa agak frustasi. Sekalipun dia yakin bahwa dia jauh lebih kuat dari mereka, orang-orang yang dibawa oleh keluarga Nareswara sangat menjengkelkan. Wajahnya yang tadi terlihat penuh dengan senyuman kini berubah menjadi sangat serius.
"Ah, mungkin sudah saatnya aku membunuh kalian berempat." Tanpa basa-basi Nazareth mengayunkan belati kecilnya dengan kuat ke arah Aldrin. Walaupun Adrin sudah menahannya dia masih tetap terlempar beberapa meter ke belakang.
"Bajingan, kau." Ezra yang melihat itu ingin membalas Nazareth, tapi tidak ada satupun serangannya yang mendarat di tubuh Nazareth.
"Kau juga juga sangat menjengkelkan. Rakyat jelata yang diangkat menjadi Baron sepertimu tidak pantas untuk berdiri sejajar dengan bangsawan yang lain," ucap Nazareth.
"Kau tidak layak untuk menilaiku." Ezra terus melancarkan serangan yang kemudian dibantu oleh Saka di sampingnya.
"Apa hanya ini kemampuan kalian berdua?" ejek Nazareth sambil menangkis dan menghindari serangan mereka berdua. Saka yang geram akhirnya mulai menggunakan auranya.
"Diam kau orang gila! Aku akan membunuhmu di sini." Dengan cahaya biru terang di pedang raksasa milik Saka membuat Nazareth bergerak mundur. Dia bisa merasakan bahaya dari serangan yang akan dilancarkan Saka.
"Selesai sudah," ucap Saka sambil mengarahkan pedangnya ke arah Nazareth.
[Ganendra Ultimate Strike - Thunder Swing]
"Duaar."
Seperti sebuah petir serangan Saka memancarkan sengatan listrik ke segala arah. Serangan itu sudah cukup untuk membuat Nazareth terlempar lalu ambruk ke belakang.
Melihat kesempatan itu Mustaza tidak tinggal diam. Dia menyerang Nazareth dengan sihir terkuat yang bisa ia gunakan saat ini.
[Bachtiar Ultimate Magic - Deadly Wind]
Serangan Mustaza mendarat langsung ke perut Nazareth yang berusaha bangun. Ia terlempar lagi ke belakang. Mulutnya memuntahkan darah segar ke tanah. Serangan Mustaza benar-benar menembus perut Nazareth.
Dengan kondisi yang seperti itu Nazareth masih berusaha bangun. Mulutnya kembali membentuk sebuah senyuman kemudian ia tertawa sambil terbatuk-batuk.
"Memang kalian lebih kuat dari yang aku bayangkan. Seharusnya dari awal aku tidak meremehkan kalian," ujar Nazareth sambil menahan pendarahan di perutnya.
Aldrin mendekat dan meletakkan pedangnya di leher Nazareth. "Kau masih saja banyak bicara, ya?"
Nazareth masih bisa tertawa saat merasakan dinginnya pedang Aldrin di lehernya. "Bunuh saja aku jika kau bisa!" tantang Nazareth.
Karena kesal Aldrin mengayunkan pedangnya tepat ke leher Nazareth. Tapi kemudian matanya terbelalak. Bukannya leher Nazareth yang tertebas, tapi malah pedang miliknya yang hancur berkeping-keping. Aldrin segera mundur karena merasa ada sesuatu yang salah.
Nazareth kembali berdiri. Luka di perutnya beregenerasi dengan sangat cepat. "Hahaha, saksikanlah kekuatan yang diberikan oleh Lord kami!" ujar Nazareth.
Tiba-tiba semua pengikut Dark Heaven jatuh bersimpuh. Mereka menatap ke langit sambil terus meneriakkan kata Dark Heaven. Semua sekutu Aditya terdiam bingung dengan situasi ini. Mereka hanya diam mematung melihat ke arah mereka.
"Sialan. Apa lagi ini?"
^^^^^^Continued ^^^^^^
selamat berkarya terus.....