Nasib memang tidak bisa di tebak. ayah pergi di saat kami masih butuh perlindungannya. Di tengah badai ekonomi yang melanda, Datang Sigit menawarkan pertolongan nya. hingga saat dia mengajakku menikah tidak ada alasan untuk menolaknya.
. pada awalnya aku pikir aku sangat beruntung bersuamikan pria itu.. dia baik, penyayang dan idak pelit.
Tapi satu yang tidak bisa aku mengerti, bayang-bayang keluarganya tidak bisa lepas dari kehidupannya walaupun dia sudah membina keluarga baru dengan ku.
Semua yang menyangkut keluarga harus di diskusikan dengan orang tuanya.
janji untuk membiayai adik-adik ku hanya omong kosong belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Atas permintaan ku. Mas Agam menemaniku ke kantor polisi untuk melaporkan mas Sigit sekeluarga. Tak lupa kami membawa bukti foto dan hasil visum dari pihak rumah sakit.
"Baik, kami akan segera menindak lanjuti laporan anda. Dan harap selalu bersedia sewaktu-waktu kami membutuhkan keterangan."
Aku keluar dari kantor polisi itu dengan lega. Semoga hukum masih berjalan dengan adil di negeri ini. Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang pada anak lain.
"Kau puas, May?" tanya mas Agam yang menyetir di sampingku.
Aku menggeleng.
"Sebelum mereka mendapatkan balasannya, saya belum merasa puas."
"Itulah maksudku. Sampai kemanapun kita tidak akan bertemu dengan yang namanya kepuasan."
"Maksudnya? Saya tidak paham."
"Sebenarnya, aku tidak ingin kau melanjutkan kasus ini. Akan lebih baik di selesaikan secara kekeluargaan. bagaimanapun, Sigit adalah ayah kandung Bulan. Apa yang terjadi pada Bulan jika di mengerti semua ini. Tapi kembali lagi ini hak mu untuk memutuskan. Itu hanya pendapat ku saja, jangan di pikirkan." ucapnya tersenyum.
"Memang benar, sih. Tapi hati saya terlalu sakit mengingat perlakuan mereka selama ini."
"Sudahlah, apapun itu, aku tetap akan mendukungmu"
Hubungan ku dengan mas Agam semakin akrab. Bahkan dia sering datang kerumah sekedar untuk bertemu Bulan. Walau bisik-bisik tetangga mulai terdengar mengusik telinga, aku abaikan saja. Itu pesan mas Agam.
"Selagi kita tidak melanggar norma dan aturan, kenapa mereka harus keberatan?" itulah pendapatnya.
Seperti siang itu, mas Agam datang kerumah. Dia membawa oleh-oleh untuk Bulan.
Kedua itu sangat bahagia saat bertemu. Hal itu membuatku terharu.
Bulan sudah asik dengan mainannya. mas Agam menghampiri ku.
"Bagaimana, sudah ada kabar dari kantor polisi?"
"Belum, Mas.."
"Yang sabar, ya.. Semua pasti ada hikmahnya."
Saat kami sedang mengobrol, Shofia datang menghampiri.
"May, kau sudah dengar belum? Bengkel mas Sigit yang besar itu terbakar"
"Hah? kau tau darimana?" tanyaku antusias.
"Aku juga di beritahu teman. Saat ini juga sedang ramai di sosmed." dia menyodorkan ponselnya.
Rupanya seseorang telah merekam momen itu dan meng-upload nya di sosmed.
Aku dan mas Agam melihatnya dengan seksama.
Api sangat besar melalap bangunan besar itu. Orang-orang sibuk mengeluarkan mobil dan motor yang masih bisa di selamatkan.
Kejadian itu tentu sangat memukul perasaan mas Sigit. dia sangat bangga pada usaha yang dirintisnya dari nol itu. walaupun masih punya beberapa cabang, tapi yang kebakaran itu adalah induknya.
Aku menarik nafas berat.
"Kenapa?" tanya Sofia bingung.
"Padahal May sudah melaporkan Sigit dan keluarganya." mas Agam yang menjawabnya.
"Benar, May?" tanya Sofia.
Aku hanya mengangguk.
"Tidak bisa di bayangkan apa ya g terjadi dengan keluarga itu, terutama Sigit. Bagaimana, apa kau masih mau melanjutkannya?"
Tanya Mas Agam.
"Sudah terlanjur, biarkan saja berjalan sesuai prosedur." mas Agam terdiam menanggapi keputusanku.
Bukannya aku bahagia menabur garam di atas luka mereka, Tapi laporan sudah di proses tidak mungkin di tarik kembali.
Kita tunggu perkembangannya saja." ucapku pada Sofia.
***
alam hatinya, aku mendapat chat dari seseorang. dia bilang salah seorang penggemar ceritaku.
(Aku penggemar beratmu. cerita yang kau angkat itu hidup, gak monoton)
(Terimakasih, dokan ya biar kedepannya tambah baik lagi dan rezekinya juga di lancarkan) aku membalasnya.
(Mba, aku tertarik untuk mengajak mba bekerja sama)
Aku mulai tertarik dengan tawarannya.
Dia menawarkan menjadi agen sebuah brand kecantikan. karena. Dia merasa aku cukup komersil, apalagi di kalangan para penggemarku. apa salah ya di coba. Toh tidak beresiko juga karena tidak pakai modal. Dia akan mengirim barangnya dan aku tinggal memasarkannya. Dari sana aku akan mendapat beberapa persen dari hasilnya.
Bismillah.. Aku niatkan semua demi Alhamdulillah. Akhirnya kami deal bekerjasama dengan modal kepercayaan saja. Aku juga tidak tau, mungkin ini jawaban dari doa-doa ku setiap malam. Allah mengirim Rizki dari jalan yang tidak pernah aku sangka.
Pertama dia mengirim paket khusus untuk aku pakai sendiri.
Hari kedua dari laporan masuk. Mas Sigit datang kerumah.
Wajahnya sendu. rambutnya acak-acakan.
"May, kau pasti sudah mendengar apa yang menimpaku."
"Iya, lalu?" jawabku dingin. Ibu sampai menggamit lenganku.
'Selain itu kau sudah melaporkan kami juga.
Ibu sakit, ayah juga sakit. mereka shok oleh panggilan polisi di tambah lagi kebakaran di bengkel. Tara harus di rawat karena kecelakaan di sekolahnya. Kepalaku hampir pecah, lengkap sudah penderitaanku."
"Mas, sebenarnya kedatangan mu untuk curhat, ya? Maaf aku tidak ada waktu untuk mendengarkan." ucap ku ketus.
"May, aku mohon, cabut laporanmu. Kami sudah mendapat balasannya." dia sama sekali tidak tersinggung dengan sindiran ku.
"Tidak bisa..! enak saja."
"Dimana May yang dulu aku kenal? May yang lembut dan pemaaf. May yang membuatku jatuh cinta...?" wajahnya sangat memelas.
May yang dulu sudah hilang, Mas. itupun karena dirimu...
May yang sekarang adalah wanita yang tegas yang hidup hanya untuk anaknya.
"May, dimana hati nurani mu? Baiklah, kami mang salah. tapi hatimu tidak terketuk dengan musibah yang kami alami?"
Walaupun mulutku berkata tidak, tapi hatiku sebenarnya iba juga. Aku masih May yang punya perasaan.
Dia tidak mau beranjak sedikitpun tanpa mendapat maaf ku dan berjanji mencabut laporanku.
"Baiklah.. Aku aku akan menarik laporan itu. Tapi semuanya belum selesai, ya..!" ancam ku geram. Aku paling tidak bisa melihat orang memohon.
Dan benar saja, setelah ku pikir dan minta pertimbangan Mas Agam dan ibu.
Aku mencabut laporan itu. Dengan catatan mas Sigit tidak akan mengambil Bulan dan merecoki kami lagi.
Beberapa Minggu memang terasa tenang. jauh dari berita mas Sigit dan keluarganya.
Aku bisa fokus pada pekerjaan baruku menjual skin care.
Luar biasa hasilnya. Tanpa pernah ku duga. Satu box pertama langsung ludes.
Yang kedua , ketiga dan seterusnya.
Akhirnya aku dan Dewi nama wanita itu, sepakat bertemu.
Maba Iren seorang Owners brand tersebut. Usianya sekitar tiga tahun lebih tua dari ku.
Dia menganggap ku aku pantas menerima reward dari hasil penjualan yang telah ku capai.
Mulai saat itu aku menjadi reseller tetap nya.
Kegiatan ku menulis masih tetap berjalan. Usaha skin care juga semakin pesat. Hal itu membuat pundi-pundi juga bertambah. Alhamdulillah tanpa latar belakang pendidikan yang tinggi aku bisa memberi kenyamanan pada keluarga ku.
Mas Agam juga selalu mendukung ku. di sela kegiatannya dia masih sempat mengajak Bulan jalan-jalan.
Mas Sigit? Aku tidak tau kabarnya dalam tiga minggu ini. Aku berharap dia ataupun keluarga nya tidak pernah muncul lagi di hadapan kami.