GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
***
"Jadi, yang Dinda bisikan ke gue itu benar Na, kalau lo diteror oleh orang asing?" Zahra bertanya untuk membuka obrolan diantara ketiga nya.
" Bukan diteror Ra, aaaaakh! Gue nggak tahu harus dari mana nyeritain nya sekalian," balas Redyna seraya menjambak rambut dengan kedua tangan nya, gadis itu terlihat seperti orang yang sedang frustasi.
Dinda menarik paksa tangan Redyna yang sedang menjambak rambut nya itu." ceritain aja yang sekiranya lo bisa ceritain kekita,Na.
Gue takut lo jadi gila gara-gara mendem masalah sendiri." sebelum memberi tahu kedua gadis itu tentang masalah nya, Redyna menarik nafas nya dalam-dalam kemudian membuangnya".
Hari Sabtu kemarin, tiba-tiba ada orang yang ngelamar gue,pas itu kejadian nya gue baru aja datang, habis dari luar sama bang Raga.
Gue shock tahun nggak,sih. Dilamar dadakan sama orang yang nggak gue kenal sama sekali,jelas waktu itu gue langsung nolak dia mentah-mentah.
" orang nya ganteng nggak?" Zahra memotong ucapan Redyna, wajah gadis itu sedikit dicondongkan agar lebih mendekat kearah sahabat nya.
Redyna terdiam untuk sesaat, baru setelah itu ia menjawab," ganteng banget malah. Tapi sayang.....dia om-om."selepas mengatakan itu, Redyna menjerit ngeri.
" Gue nggak mau kawin sama om-om. Entar kalau dia modar, gue jadi janda dong? Kyaaa, gue nggak mau!"
"tenang..... tenang..... nggak usah panik,ok?" Dinda bersuara untuk menenangkan Redyna yang tiba-tiba histeris.
" Lo gimana sih, Din?! Si Dyna mau dikawinin sama om-om,Lo bilang tenang?! Kalau sahabat kita jadi jagdis, gimana? Edan lo" hardik Zahra yang membuat Dinda tersentak ditempat nya.
" bukan itu maksud gue Ra,lo salah faham! Lagian apa itu jagdis?"
"janda gadis,"Zahra terkekeh,ketika dua orang yang dihadapan nya memasang wajah datar, terutama wajah Redyna yang lebih datar dari pada Dinda," maaf ya. Ayo silahkan dilanjut ceritanya.
Gue langsung menolak lamaran dia mentah-mentah, karena alasannya ya gue ini masih SMA, belum mencapai usia kriteria untuk menikah.
Habis itu gue langsung izin pergi kekamar, semisalnya gue masih ada disana, yang ada pembahasan lamaran itu malah tambah panjang.
Malam nya, Mama dan Papa ngasih tau kalau Om Gav hampir nekat mau nyusul gue kekamar.Om Gavin nggak terima dan pengen minta penjelasan langsung dari gue nya.
Untung orang tua Om Gav langsung maksa anaknya pulang pas itu juga." Redyna melanjutkan ceritanya sampai akhir.
Sedangkan Zahra dan Dinda bergidik begitu selesai mendengar cerita dari Redyna, kemudian menatap gadis itu dengan tatapan aneh.
Entah punya dosa apa sahabat mereka ini, sampai dikejar-kejar om-om yang belum jelas asal usulnya. Aneh pikir mereka bersamaan.
"Nama nya Gav?" tanya Dinda yang mendapat gelengan kepala dari Redyna," terus?"
Redyna mengeluarkan ponselnya yang ada disaku seragam, lalu menunjukkan isi pesan yang dikirimkan oleh Gavin beberapa menit yang lalu.
"Namanya 'Gavin', gue panggil aja 'Gav'. Kepanjangan kalau nyebut nama dia, gue terlalu malas.
"Ih, untung aja lo nggak disusul beneran ke kamar Na." ucap Zahra.
Kening Redyna mengernyit, lantas ia bertanya,"emang kenapa?"
"Entar lo diuboxsing, secara kan dia pria dewasa. Apalagi waktu itu lamaran nya langsung lo tolak,duh....gue nggak bisa mikir terlalu jauh sampe kesana."
Dinda menjawab dengan tawa gelinya, kemudian, kemudian disusul Zahra yang ikut tertawa dan itu menambah kekesalan Redyna.
"Nggak ada jalan keluarnya kalau gue cerita ke kalian berdua!" sungut Redyna berapi-api, gadis itu beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kelas dengan menghentakkan kakinya.
"Heh ! Mau kemana lo?" teriak Dinda ketika Redyna akan mencapai pintu.
"Keruangan guru. Gue mau setor hafalan ke Bu Widi! Kalian pulang aja duluan, gue bisa naik ojol atau minta jemput bang Raga!"
Balas Redyna juga berteriak, seraya melambaikan tangan nya, dengan tubuh membelakangi kedua sahabat nya yang masih terpaku ditempat duduk.
Hari ini Redyna terpaksa pulang sedikit telat,ia belum sempat menyetor hafalan dari pelajaran Geografi kepada Bu Widi.
Redyna sungguh tidak menyukai pelajaran tersebut, geografi adalah mata pelajaran kedua yang tidak disukai nya setelah matematika.
Setelah menyetor hafalan dan mendapatkan nilai, Redyna segera bergegas pulang.
Sebelum nya Zahra dan Dinda sudah memberi pesan kepada nya, bahwa kedua gadis itu akan pulang lebih dulu. Jadi, Redyna terpaksa pulang menggunakan ojol kembali.
Jika meminta jemput pada Abang nya, pria itu sangat tidak bisa diandalkan.